Share

panggil ayah

"Ibu, apa Lea boleh panggil uncle kaya itu ayah?" tanya Alea pada Ibunya.

"Boleh, tapi ingat Alea, tidak boleh manja sama uncle itu. Tidak boleh minta apa pun dari uncle kaya itu," jawab Jessika. Dia mengizinkan putrinya untuk memanggil Sean dengan panggilan Ayah, tetapi dia melarang putrinya untuk tidak bersikap manja ataupun minta sesuatu pada ayahnya itu.

"Baik, Ibu," jawab gadis kecil itu dan langsung mendaratkan kecupan pada pipi sang Ibu.

"Sekarang, Lea duduk diam-diam, ya, Ibu mau kerja dulu," kata Jessika meminta putri kecilnya untuk duduk diam agar tidak menganggu dirinya saat bekerja.

"Iya, Ibu, semangat kerjanya," jawab Alea. Gadis cantik duplikat sang Ayah itu, dia langsung berpindah ke sofa dan duduk diam sambil mewarnai buku gambarnya.

Jessika, mulai sibuk dengan layar laptopnya.

Tok tok tok

"Selamat siang, makan siang, yuk!" ucap Stella dan mengajak Jessika dan Alea makan siang.

"Aku masih banyak kerjaan, kamu duluan saja." Jessika menolak untuk makan siang bersama sahabatnya. Wanita itu sengaja menolak ajakan Stella karena dia tidak ingin Alea terus-terusan bertemu dengan Sean.

"Ya, sudah, aku bawa Lea makan, ya?" Stella meminta izin untuk membawa Alea untuk ikut makan siang bersamanya.

Stella diminta oleh Sean, untuk mengajak Jessika dan Alea untuk makan siang bersama mereka. Sean juga berpesan, jikalau Jessika tidak bisa ikut, maka ajak Alea saja.

"Tidak perlu!" Dengan tegas Jessika melarang Stella membawa putrinya.

Stella, menatap Jessika curiga. Dia bingung dengan perubahan sikap sahabatnya itu.

"Aku sahabat kamu loh, Jes, aku juga tidak mungkin sakiti Lea, jikalau dia mau ikut makan sama aku," ujar Stella sedikit kesal.

"Bukan begitu, Stella, tapi aku tidak mau merepotkan kamu," elak Jessika mencoba menjelaskan pada sahabatnya.

"Terus? Dari nada bicara kamu saja, kamu tidak percaya sama aku!" pekik Stella.

Jessika, menghela nafas dan tidak mau membuat sahabatnya tersinggung dia pun membiarkan Stella membawa Alea makan dia di luar.

"Oke, kamu boleh bawa Lea, tapi aku minta maaf kalau sudah merepotkan kamu." Jessika mengizinkan Alea untuk pergi makan siang.

Stella tersenyum, lalu mengandeng tangan Alea keluar dari ruangan Jessika.

"Da-da, Ibu, Lea makan siang dulu," pamit gadis kecil itu dengan melambaikan tangannya pada sang Ibu.

Jessika hanya tersenyum pada gadis kecilnya.

Stella mengandeng tangan Alea menuju mobil Sean.

"Ayo, masuk, sayang," kata Sean dan mengulurkan tangannya menyambut sang putri untuk masuk.

"Terima kasih, Ayah," ucap Alea.

Sean, tertegun saat mendengar Alea memanggilnya dengan sebutan Ayah. Dia mengembangkan senyum manis pada putri kecilnya.

"Ayah, Ibunya Lea sudah mengizinkan Lea panggil Uncle dengan sebutan Ayah," ujar Alea jujur pada Sean.

Sean, hanya menganggukkan kepalanya dan mengusap pucuk kepala gadisnya lembut.

Stella, menatap sepupunya itu dengan tatapan bingung sama seperti dia merasa bingung terhadap Jessika.

"Kak?" panggil Stella.

"Hmm," jawab Sean hanya berdeham dan mulai mengendarai mobilnya meninggalkan perusahaan. Dia akan membawa Alea dan Stella untuk makan di luar.

"Aku rasa seperti ada yang aneh sejak beberapa hari lalu," ujar Stella merasa sikap Sean dan sahabatnya terlihat aneh.

"Apa sebelum, Kak Sean, sudah saling kenal dengan Jessika?" tanya Stella.

"Tidak ada pertanyaan lain?!" tanya Sean ketus. Dia tidak ingin menceritakan masa lalunya dengan Ibu dari gadis kecil di sampingnya itu.

"Kata Ibu, ayah Lea ganteng bangat, kaya, tapi ayah kasar. Makanya ibu pergi ninggalin ayah," kata Alea ikut berbicara pada Sean dan Stella.

Lagi dan lagi perkataan gadis itu membuat Sean tertegun dan raut wajahnya merah merona.

"Ibu, kasih tahu siapa nama ayah, Lea?" tanya Stella.

Mendengar pertanyaan Stella, Sean hanya menatap sepupunya itu dari spion kecil.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status