Share

Gaun putih dan rantai di kaki

Selesai mandi aku segera berganti pakaian.  Dress panjang yang hampir menyentuh mata kaki. Seperti itulah pakaian yang selalu Rani siapkan untukku.

Rantai panjang mulai melingkar di kaki kiriku. Begitulah kondisiku saat pagi hingga sore hari. Di perlakukan seperti binatang, ah tidak! Binatang bahkan mendapatkan perlakuan lebih baik dari kondisiku sekarang. Setidaknya binatang di kebun binatang sana bisa menghirup udara bebas dan merasakan sinar mentari pagi. Tidak seperti diriku terkurung di ruang yang bahkan tak ada cela untuk sinar matahari masuk kedalam ruangan.

"Nona segeralah untuk menghabiskan sarapan Anda."

Ku lirik sekilas wajah Rani. Aku sungguh bosan dengan kalimat itu. Ingin rasanya ku lempar makanan di depanku ini. Bukan karena tidak bersyukur tapi rasanya muak harus makan pemberian dari iblis. Aku bahkan tidak tahu makanan ini makanan halal atau tidak. "Ck!"

"Nona?" Suara Rani kembali mengalihkan pandanganku.

"Tentu aku akan memakannya, jangan khawatirkan hal itu!"

Raut wajah Rani yang tadi sedikit menegang gini berubah menjadi lebih tenang. Aku tahu apa yang dia khawatirkan. Bukan siksaan ataupun masalah gaji. Lebih parah dan lebih hina dari pada itu. Rani akan di paksa untuk melayani teman- teman Xiloe, bahkan para Bodyguard secara bergilir. Tragedi buruk itu hampir saja terjadi kala aku mencoba untuk kabur. Tayangan live CCTV yang Xiloe sengaja pertontonkan padaku. Tentu hati nuraniku tak menginginkan itu. Rani masihlah kecil, ketika hal itu terjadi umurnya baru 14 tahun. Sekarang dia berusia 15 tahun. Kurang lebih itu terjadi setahun silam. Biarlah aku menderita disini toh aku juga tidak bisa melarikan diri kemanapun, mungkin.

Aku mulai memakan makanan di depanku. Cukup lengkap. Karbo, protein, buah juga ada. Seperti biasa makanan ini sedikit tawar dari masakan umumnya tapi lumayan enak. Aku tidak tahu siapa yang Xiloe pekerjaan untuk memasak makanan yang aku makan. Yang jelas seleranya sungguh payah seperti jiwanya. Hanya manis dari buah yang terasa itupun terasa pahit seperti hidupku.

Dengan malas ku makan sarapan pagiku.

"Kau tahu Rani?" Ucapku satelah meneguk susu.

"Em?" Rani sedikit mengrenyitkan keningnya. Dia seolah sedang berpikir keras mencoba mencerna perkataanku yang belum selesai.

"Sebanyak apapun makanan yang ku makan, dan sebergizi apapun itu, tak akan membuat tubuhku gemuk," ucapku lalu ku lanjutkan memakan buah anggur merah dua glintir.

"Mengapa begitu nona?" Tanya Rani padaku.

Ku toleh wajahnya sekilas, lalu kembali ku palingkan wajahku. "Beban pikiranku selalu menggrogoti diriku. Makanan yang ku makan hanya untuk energi untuk kembali memimkirkan beban pikiranku."

"Nona, maafkan saya," ucap Rani menunduk merasa bersalah.

"Tidak, ini bukan salahmu. Jangan merasa bersalah."

***

Waktu terus berlalu Rani mulai datang kembali memasuki kamar yang ku tempati. Dia mulai melepas rantai di kakiku. Menyiapkan air untukku mandi dan menyiapkan pakaian dress panjang putih polos. Ah! Aku sempat berpikir, Xiloe memberiku pakaian seperti hantu perawan. Apakah dia ingin aku mati gentayangan? Akan bagus jika aku benar- benar mati gentayangan. Dengan begitu aku bisa menghantui dirinya.

Usai berpakaian, Rani mulai pamit undur diri.

"Nona, jika tidak ada yang nona perlukan lagi, saya permisi dulu."

"Tunggu! Tidakkah kau melupakan sesuatu?" Tanyaku, mencoba mengingatkan Rani.

"Tidak nona. Saya permisi."

Jika aku membiarkan dia lalai, hal buruk bisa terjadi. Aku memanggil ulang Rani, sebelum ia sampai menyentuh ganggang pintu. "Rani, kau melupakan untuk menutup mataku." Kataku dengan nada tegas.

"Tidak nona," jawab Rani menggeleng sambil tersenyum kecil lalu pergi.

Ada apa dengannya? Jika terjadi sesuatu padanya aku benar- benar tidak akan merasa bersalah sedikitpun. Aku sudah mengingatkannya. Jangan salahkan aku Rani jika..., Ck! Aku marasa khawatir, bagaimana jika...,

Bohong jika aku tidak cemas. Aku berjalan mondar- mandir  di dalam kamar yang terkunci ini. Ketika rasa khawatir menyelimuti pikiranku, tiba- tiba pintu terbuka. Mataku terbelalak, aku terdiam, badanku terasa dingin terbujur kaku. Ku beranikan diri untuk menoleh ke arah pintu.

Deg! Ruangan begitu gelap semua lampu mati ketika aku menoleh. Tuhan, kejutan apa lagi ini? Tubuhku gemetar, kaki terasa lemas seakan tak mampu menopang tubuhku untuk berdiri. Langkah kaki seseorang yang semakin mendekat begitu jelas terdengar di indera pendengaranku.

Kakiku benar- benar terasa lemas, aku tak sanggup.

Saat aku hampir terjatuh ke lantai, tangan seseorang menangkapku lalu mendekapku ke dalam tubuhnya? Xiloe? Apakah dia?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status