Share

PENOLAKAN KIARA

Author: arafaq_9
last update Huling Na-update: 2024-06-13 02:28:15

Bukankah Victor sangat gila, bisa-bisanya dia mengintai Kiara melalui cctv tersembunyi. Yang mana bisa melihat apapun kegiatan Kiara, Victor tersenyum smirk. Pria itu terus menatap Kiara yang kini masuk ke dalam kamar mandi.

Victor mengerang, dan menggeram. Pria itu mengeluarkan miliknya, dan melakukan solo karir bermodalkan bantuan Kiara. Gila, Victor memang sudah gila.

Setelah menuntaskan segalanya, dan melihat Kiara yang mulai bersiap tidur. Victor menutup laptopnya, pria itu menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Kedua matanya memejam.

"Kau harus menjadi milikku, Kia. Kau tidak bisa berharap kepada putraku, untuk apa kau mengharapkan Edwin yang malah memilih wanita lain?" gumam Victor, pria itu membuka matanya, dan mendesah pelan.

"Kenapa susah sekali menjeratmu? Sedangkan di luar sana para wanita biasanya langsung melemparkan dirinya kepadaku, tapi kau?" Victor mengacak-acak rambutnya dengan kasar.

Tak lama kemudian, Victor berdiri. Pria itu melangkah keluar dari ruang kerjanya, dan menuju kamar Kiara. Setibanya di sana, Victor dengan pelan dan hati-hati masuk ke dalam kamar tersebut. Victor tersenyum saat melihat Kiara yang sudah terlelap.

Victor menaiki ranjang secara pelan, pria itu menarik tubuh Kiara ke dalam dekapannya. Kiara menggeliat, Victor pikir jika wanita itu akan bangun. Namun salah, yang ada Kiara semakin merapatkan tubuhnya.

"Cantik, kau selalu cantik. Kia," bisik Victor, ia menatap lekat wajah cantik Kiara. Sebelum akhirnya mengecup bibir ranum itu.

Keesokan harinya,

Kiara menggeliat, wanita itu membuka matanya. Kiara tersenyum saat tidak merasakan mual kembali seperti sebelumnya, tapi kini hidungnya mengendus-endus. Kiara seperti merasakan bau yang tidak asing.

"Kenapa ada bau parfum Daddy Victor? Apakah dia kesini? Tapi tidak mungkin, apakah karena semalam aku berdekatan dengannya?" monolog Kiara, ia menggelengkan kepalanya.

Sementara itu di sisi Victor, pria itu terkekeh gemas setelah melakukan aksi nekat dengan mendatangi kamar Kiara. Beruntung wanita itu bangun setelah dia pergi, Victor melangkah menuju kamarnya.

"Kau baru pulang, Edwin?" tanya Victor sebelum masuk ke dalam lift, pria itu melihat putranya yang baru keluar dari lift dengan penampilan yang sedikit berantakan.

"Iya, Dad. Aku baru pulang,"

"Dari mana? Kenapa penampilanmu juga berantakan seperti ini?" cerca Victor, ia menatap penuh selidik ke arah Edwin.

"Aku ada pekerjaan di luar kota, Dad. Wajar jika penampilanku seperti ini, pekerjaanku sangat banyak dan membuatku pusing," keluh Edwin, Victor mendesah pelan.

"Yasudah, istirahatlah. Daddy tadi mencarimu, ternyata kau baru pulang," kilah Victor, Edwin hanya mengangguk.

"Kalau begitu aku ke kamar dulu, Dad,"

"Ya," lirih Victor, pria itu melangkah masuk ke dalam lift dan tersenyum smirk.

Ruang makan,

"Berangkatlah bersama Daddy saat Parker izin," titah Edwin, membuat Kiara menggelengkan kepalanya. Sementara Victor tersenyum tipis, tipis sekali.

"T-tidak usah, Kak. Aku bisa berangkat naik taxi, lagi pula nanti merepotkan Daddy," ucap Kiara, Edwin menatapnya tajam.

"Bisakah kau tidak membantahku, Kiara?" geram Edwin.

"Sudahlah, Edwin. Tidak apa-apa, mungkin Kiara tidak nyaman berangkat bersama Daddy," sahut Victor dengan suara dinginnya, ia sedikit tidak suka melihat Edwin yang sedikit membentak Kiara.

"Tidak bisa, Dad. Seharusnya dia tau jika kawasan mansion ini sangat jauh dari jalanan besar, mana bisa dia memesan taxi? Lebih baik dia berangkat bersama Daddy saja," ujar Edwin, pria itu menatap Kiara kembali.

"Berangkat bersama Daddy, jangan merepotkan diri sendiri yang nanti ujung-ujungnya kau merepotkan orang lain!" sentak Edwin, Kiara akhirnya mengangguk. Wanita itu tidak dapat menolak kembali.

Pada akhirnya, kini Kiara sudah berada di dalam mobil Victor. Terlihat pria itu sedang memakai seatbelt, kemudian Victor melirik ke arah Kiara. Victor mendengkus geli, pria itu mencondongkan tubuhnya ke arah Kiara. Membuat Kiara mencengkram pakaiannya, dan memejamkan kedua matanya. Bahkan dia menahan nafasnya.

Klik!

"Aku hanya membantumu memasang seatbelt, tidak mungkin aku menciummu di sini. Kecuali kau yang mau sih," ucap Victor, Kiara membuka pejaman matanya. Wanita itu menatap datar Victor yang tersenyum.

"Kau sangat cantik, Baby."

Cup!

Victor mengecup pipi kiri Kiara, membuat Kiara melototkan matanya. Wanita itu menoleh ke arah Victor yang tertawa. Kiara kesal, sangat kesal.

"Daddy apa-apaan sih!" ketus Kiara.

"Apa?" tanya Victor dengan datar.

"Kenapa cium-cium, Kiara?"

"Bukan ciuman, itu kecupan Kiara. Jika ciuman seperti ini." Victor ingin menoleh, tapi Kiara menahannya.

"Berhentilah, Dad. Lebih baik kau fokus menyetir dan berhenti menggangguku!"

Victor mengalah, akhirnya pria itu diam. Hingga tak lama kemudian mereka sampai di wilayah kampus Kiara, Kiara bersiap. Wanita itu ingin segera turun, namun Victor menahannya.

"Kabari Daddy jika kau sudah pulang, biar Daddy menjemputmu," kata Victor.

"Tidak perlu, Kiara bisa pulang sendiri. Terimakasih atas niat baik Daddy." Kiara turun dari mobil, wanita itu menutup pintunya sedikit keras. Membuat Victor berjingkat.

"Kenapa dia menjadi bar-bar begini?" gumam Victor sembari mengelus dadanya.

Anderson Corporation,

"Apakah ada meeting siang ini, Joshua?" tanya Victor, pria itu menatap asistennya.

"Ada, Tuan. Apakah Tuan ada acara?"

"Ya, aku ingin menjemput Kiara. Jadi batalkan semua meeting hari ini, atau kau bisa menggantikanku," ujarnya dengan enteng.

"Tapi nanti kita meeting bersama Tuan Reynold, Tuan. Proyek yang akan kita bahas juga sangat penting,"

"Batalkan, aku ingin menjemput Kiara. Jika mereka tidak ingin di batalkan—batalkan saja kerja samanya," ucap Victor, membuat Joshua menganga lebar.

Setelah berdebat sedikit dengan Joshua, akhirnya Victor sibuk dengan pekerjaannya. Hingga siang harinya, Victor benar-benar menjemput Kiara. Kini mobil mewahnya sudah terparkir di depan kampus Kiara, Victor sendiri pun menunggu Kiara di luar dengan bersandar pada mobilnya.

"Kiara," panggil Victor saat melihat Kiara yang baru saja keluar dari gerbang, Kiara memejamkan kedua matanya sejenak. Lalu mendekati Victor.

"Aku sudah mengatakannya, aku bisa pulang sendiri. Dad, kenapa kau malah menjemputku?"

"Aku juga sudah mengatakannya, Baby. Aku akan menjemputmu, sekarang masuklah," titah Victor, ia membukakan pintu untuk Kiara. Kiara mendengkus kesal.

"Kau mau mampir ke suatu tempat terlebih dahulu, Baby?" tawar Victor, saat ini keduanya sudah berada di dalam mobil.

"Tidak, aku ingin langsung pulang. Dad, dan satu hal—jangan memanggilku dengan sebutan itu!" kesal Kiara, Victor terkekeh.

"Memangnya kenapa? Panggilan itu sangat bagus untukmu, Baby," ucap Victor, pria itu melirik Kiara yang mengalihkan wajahnya ke arah lain.

Kiara lebih memilih diam, daripada menanggapi ucapan Victor. Sementara Victor, ia mencari tempat untuk berhenti. Ketika menemukannya, ia menghentikan mobilnya. Kemudian meraih kedua tangan Kiara, membuat wanita itu terkesiap dan menatap Victor.

"Dad, apa yang kau lakukan? Lepa—"

"Jadilah kekasihku, Kiara. Atau istriku,"

Jantung Kiara berdetak dengan cepat, dadanya pun berdebar tidak karuan. Lidahnya terasa keluh, Kiara terkejut. Detik selanjutnya wanita itu menggelengkan kepalanya.

"Kia—"

"Maaf, Daddy. Kiara tidak bisa, Kiara sudah memiliki suami, dan suami Kiara putra Daddy sendiri. Jadi Kiara mohon, jangan ganggu Kiara. Lupakan semua perasaan atau obsesi Daddy terhadap Kiara, sampai kapanpun Kiara tidak akan mau menjadi kekasih bahkan istri. Daddy," tolak Kiara dengan tegas.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (8)
goodnovel comment avatar
Abdul Nasir
yerlalu terpaksa
goodnovel comment avatar
Chy Doang
Ayok daddy jangan menyerah wkwkwkwkwk astaga ara paling bisa bikin yg baca jungkir balik ᥬ...᭄ ᥬ...᭄ ᥬ...᭄ lanjut
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
bgs ya crtnya ..smga Edwin cpt ceraikan si kia,,byr Daddy Victor sama kita...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • GAIRAH CINTA DADDY MERTUA   MOBIL BERGOYANG

    Langit malam menjingga saat Victor dan Kiara melangkah keluar dari mobil mewah hitam mereka, disambut kilau lampu taman dan alunan musik jazz yang lembut dari dalam mansion bergaya kolonial milik rekan bisnis Victor. Suara tawa halus dan denting gelas sampanye mengisi udara, membawa aroma elegan dari pesta eksklusif itu.Victor tampil dalam setelan jas armani berwarna abu-abu gelap yang membentuk tubuh tegapnya dengan sempurna. Dasi hitamnya rapi, dan sikapnya seperti biasa—tenang, dingin, penuh kuasa. Namun malam ini, tak satu pun mata tertuju padanya.Semua mata memandang wanita di sisinya.Kiara mengenakan gaun hitam panjang berpotongan rendah di dada, dengan belahan tinggi di paha yang menyibak langkahnya. Kain satin yang membungkus tubuhnya memeluk setiap lekuk dengan anggun, seolah diciptakan khusus untuknya. Rambut panjangnya disanggul sebagian, membiarkan beberapa helaian jatuh liar membingkai wajah cantiknya. Bibir merahnya melengkung dalam senyum memikat, dan matanya berkila

  • GAIRAH CINTA DADDY MERTUA   G-STRING MERAH

    Keesokan paginya, cahaya lembut itu memantul di dinding berlapis aksen emas, menciptakan suasana hangat yang kontras dengan udara segar pagi. Aroma kopi yang baru diseduh dari mesin espresso di sudut ruangan bercampur dengan wangi samar parfum Kiara yang selalu memikat.Victor baru saja selesai mandi. Rambutnya masih sedikit basah, tetesan air sesekali jatuh dari ujung-ujungnya saat ia menggosok kepalanya dengan handuk kecil. Ia hanya mengenakan celana panjang linen hitam yang tergantung rendah di pinggulnya, memperlihatkan garis otot perut yang terpahat sempurna. Dengan langkah santai, ia keluar dari kamar mandi, berniat mengambil kemeja dari lemari. Namun, langkahnya terhenti seketika. Ia meneguk salivanya, matanya terkunci pada pemandangan di depannya.Kiara berdiri di dekat cermin besar bergaya art deco, tubuhnya dibalut g-string merah yang begitu menggoda, dengan tali tipis yang nyaris tak terlihat melingkari pinggul rampingnya. Sehelai bra renda senada membingkai lekuk tubuhnya

  • GAIRAH CINTA DADDY MERTUA   AYO BERCINTA LAGI

    Malam hari menyapa penthouse mewah keluarga Anderson dengan langit New York yang berkelip lembut dari balik jendela kaca besar. Kota itu tampak hidup, namun di dalam, kehidupan yang jauh lebih hangat sedang berlangsung—bersama dua bocah laki-laki berusia satu tahun yang menjadi pusat semesta pasangan kuat ini.Di ruang keluarga yang didesain dengan nuansa hangat dan elegan, karpet lembut membentang di atas lantai marmer. Mainan edukatif premium berserakan rapi, dan aroma lembut lavender menyebar dari diffuser di sudut ruangan.“Ken... jangan ganggu Felix, Sayang,” ucap Kiara sambil tersenyum lembut, membetulkan posisi duduk Kenneth yang tengah berusaha merebut boneka singa dari saudara kembarnya.Felix meringis kecil, matanya bulat menatap sang ibu, lalu tiba-tiba menghambur ke arah Victor dengan tangan terentang. “Pa...pa...”Victor yang tengah melepas dasi dan jasnya segera berjongkok, menyambut bocah kecil itu ke dalam pelukannya. “Felix-ku! Sudah belajar manggil Papa, ya?” bisikny

  • GAIRAH CINTA DADDY MERTUA   TAMPARAN NYONYA ANDERSON

    Cahaya pagi menelusup masuk melalui jendela kaca setinggi langit-langit, menyinari interior elegan ruang rapat utama Anderson Corporation yang berada di jantung kota New York. Lampu gantung kristal berkilau lembut di atas meja konferensi panjang berlapis kayu walnut Italia, dikelilingi pria dan wanita dalam setelan rapi dan penuh kharisma. Victor Anderson duduk di kepala meja, tegap dan tak tergoyahkan dalam balutan jas bespoke berwarna charcoal, kemeja putih bergaris tipis dan dasi sutra biru navy. Wajahnya tak menunjukkan emosi, namun jemarinya yang mengetuk permukaan meja menunjukkan ada yang tak sabar bergolak dalam dirinya. Di layar besar, grafik pertumbuhan pasar ditampilkan dengan presisi. Presentasi tengah berlangsung, namun Victor hanya sesekali meliriknya. “As expected,” ucapnya datar namun menohok, setelah kepala divisi pemasaran selesai memaparkan. “Namun ekspektasi saya bukan hal yang biasa. Saya menginginkan progres, bukan stabilitas semu.” Ruangan hening. Bebera

  • GAIRAH CINTA DADDY MERTUA   MELIAR DI TAMAN

    Victor mencium Kiara dengan penuh gairah, bibirnya menyapu dengan lembut namun menuntut, membuat wanita itu tenggelam dalam arus hasrat yang menggelora. Tangan besar Victor menelusuri lekuk tubuh Kiara, menariknya semakin dekat hingga dada mereka saling bertemu, seakan ingin menyatu lebih dalam. Kiara menggeliat dalam pelukan Victor, jemarinya menyusuri rambut pria itu, menariknya lebih dekat sementara desahan penuh nikmat meluncur dari bibirnya. Victor menyeringai, menikmati bagaimana istrinya menjadi begitu patuh dalam kungkungannya. "Kau benar-benar menggoda, Baby," gumam Victor dengan suara serak sebelum melumat bibir Kiara lagi, kali ini lebih menuntut, lebih mendominasi. Kiara tersentak, namun tubuhnya segera menyesuaikan, menerima setiap sentuhan Victor dengan penuh hasrat. Dengan satu gerakan kuat, Victor mengangkat Kiara dan mendudukkannya di bangku kayu yang dingin. Gaun rumah yang sederhana dengan mudah tersingkap saat tangan Victor mengelus pahanya, jemarinya meny

  • GAIRAH CINTA DADDY MERTUA   CIUM AKU, DADDY

    Di sebuah toko bunga mewah yang terletak di sudut jalan kota, Victor berdiri dengan tenang, matanya menelusuri berbagai macam bunga yang tertata indah di dalam vas kaca. Wangi mawar dan lily bercampur lembut di udara, menciptakan suasana yang menenangkan. Tangan Victor yang besar dan kokoh mengambil seikat mawar merah dengan kelopak yang masih segar, lalu menatapnya sejenak. Senyum tipis tersungging di sudut bibirnya saat membayangkan bagaimana ekspresi Kiara ketika menerimanya nanti. Namun, momen itu terganggu oleh suara langkah kaki seseorang yang mendekat. "Victor." Sebuah suara lembut namun tajam bergema di udara. Victor menegang sejenak sebelum menoleh sekilas. Sosok wanita dengan gaun berwarna biru tua berdiri di sana, rambut panjangnya tergerai sempurna, matanya menatap Victor dengan penuh arti. Eleanor. Namun, Victor hanya menoleh sebentar sebelum kembali menatap mawar di tangannya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia melangkah ke kasir. Eleanor memicingkan matanya,

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status