공유

Kita Putus

작가: Tutur K. S
last update 최신 업데이트: 2025-10-19 22:38:38

Hujan tipis menempel di kaca mobil saat Ayara memandangi dashboard. Wiper bergoyang malas. Di ponsel, ada notifikasi email otomatis dari hotel tempat ia dulu melihat Alex dan Cindy.


Subject: Reminder of your corporate membership privileges.


Di bawahnya, ada lampiran tagihan dengan nama Alex — Ayara akhirnya menggunakan networking keluarganya yang sebenarnya malas ia pakai.

Tidak seperti biasanya dengan make up nude natural, kali ini ia memilih lipstick merah oxblood di bibirnya seolah menandakan ia sudah berani berperang. Padahal wajah dan perutnya menegang.

Bukan karena rindu. Tapi karena ingin menutup bab yang belum benar-benar selesai.

Ia menatap bayangannya di kaca spion. Makeup tipis, blazer putih, rambut diikat kuda dengan beberapa helai dibiarkan terlepas sengaja. Tidak ada tanda-tanda perempuan patah hati, hanya profesional yang siap menghadiri rapat penting.

Hanya saja, rapatnya kali ini — dengan masa lalu.

Ia turun dari mobil dan berjalan menuju lobi hotel. Tumit sepatunya berbunyi pelan di lantai marmer. Saat resepsionis menyambut dengan senyum formal, Ayara menunjukkan kartu member berlogo perusahaan.

“Saya mau ambil barang teman saya di kamar 2314...a.n Alex”

Petugas mengecek sebentar. “Ah, ya, benar, Bu Ayara. Silakan.”

Nada hormat itu membuat dada Ayara terasa dingin. Nama belakangnya, yang selama ini ia sembunyikan, selalu membawa efek seperti itu — otoritas yang tidak bisa dibantah.

Lift bergerak pelan ke atas. Ia menatap angka yang menyala satu per satu.

23.

Koridor panjang itu masih sama: karpet tebal, aroma pembersih ruangan yang manis berlebihan. Ayara melangkah ringan, mengetuk pintu. Tidak ada jawaban. Ia menempelkan kartu akses dari resepsionis.

Klik.

Pintu terbuka.

Dan di sanalah Alex — setengah telanjang di bawah selimut hotel, bersama Cindy yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan jubah mandi putih.

Suara pintu membuat keduanya menoleh.

Cindy terbelalak. Alex langsung bangkit, gugup. “Ayara?! Kamu ngapain di sini?”

Ayara berdiri di ambang pintu. Tatapannya tenang, seperti menatap laporan keuangan yang sudah tahu hasilnya buruk.

“Balikin sesuatu Lex...” katanya datar.

Alex melangkah pelan. “Ra, tunggu dulu. Ini gak kayak yang kamu pikir—”

“Yang aku pikir apa?” potongnya. “Bahwa kamu cuma butuh pelampiasan karena aku gak mau ngelakuin hal yang kamu mau? Atau bahwa kamu ternyata lebih murah daripada yang aku duga?”

Cindy membuka mulut, tapi Ayara mengangkat tangan.

“Tenang, Tante. Aku cuma mau ambil hak aku, gak mau rebut milik orang lain.”

Ia berjalan ke meja, membuka tas, mengeluarkan buku tabungan berwarna biru muda, dan meletakkannya di depan Alex.

“Ini hasil tabungan kita selama tiga tahun. Aku udah transfer bagianku ke rekening kamu. Sisanya, anggap aja sedekah. Dari aku, untuk perjuangan lo yang… luar biasa.”

Nada suaranya halus tapi penuh ejekan dingin.

Alex menatapnya, masih belum percaya.

“Ra, aku—aku cuma lagi—”

“Cuma lagi nyari kenyamanan, kan?”

Ayara menatapnya lurus. “Kamu pikir aku gak tahu? Aku tahu kamu selama ini sering ngeluh soal uang, soal tekanan kerja, soal aku yang gak pernah ‘mau ngelakuin’. Aku pikir kamu cuma butuh waktu. Ternyata kamu cuma butuh orang yang bisa beli kamu.”

Cindy berdiri di belakang Alex, wajahnya memerah, antara malu dan marah.

Ayara menatapnya sejenak. “Tenang aja, Tante. Aku gak akan ganggu. Aku juga bukan saingan yang sepadan buat dompet dan dada implan sebesar itu.”

Alex membuka mulut, tapi Ayara sudah menepuk tangan, ringan tapi tegas.

“Oh ya, sekadar info—hotel ini milik keluarga gue. Jadi, sebelum kalian ‘lanjut’, pastikan ganti hotel, ya. Gue baru aja minta pihak hotel nolak reservasi a.n kalian berdua.”

Raut wajah Alex pucat.

“Hotel ini? Kamu—”

"Loh, saya VIP di sini...kamu gak bisa- "ucap Tante Cindy.

“Sorry not sorry, tentu saya bisa. Saya anak pemiliknya,” potong Ayara, tersenyum datar. “Lucu ya, Lex? Kamu pikir aku cewek apartemen kecil yang seneng diajak makan di rooftop murah.”

Hening menelan ruangan.

Ayara melangkah mendekat, menatap Alex yang kini benar-benar kehilangan kata-kata.

“Lo tahu gak, Lex?” katanya pelan, kali ini dengan bahasa yang lebih jujur. “Gue gak marah karena lo selingkuh. Gue kecewa karena lo kecil banget. Gak cuma otaknya, tapi juga jiwanya.”

Alex menunduk.

“Gue cinta lo, Ra. Gue cuma—”

“Jangan bawa-bawa cinta,” potong Ayara, senyum dingin. “Kalau cinta lo bisa dijual semalam di kamar hotel, itu bukan cinta. Itu diskon akhir tahun.”

Ia mengambil tasnya, berbalik.

Sebelum keluar, ia berhenti di ambang pintu.

“Oh iya. Tolong keluar dari circle pergaulan gue. Gue gak mau tiap kali gue ke event, ada lo di situ."

Cindy ingin membalas, tapi Ayara hanya memberi tatapan yang cukup untuk membungkam.

“Selamat malam, Tante. Jaga suaminya orang baik-baik, ya. Oh, maaf—belum suami, kan? Tapi udah bonus semua fasilitasnya.”

Pintu tertutup dengan lembut.

Tidak ada bentakan. Tidak ada air mata.

Hanya suara langkah hak tinggi yang beranjak menjauh, ritmis dan yakin.

Di lobi, resepsionis berdiri sambil tersenyum sopan.

“Terima kasih sudah menggunakan layanan kami lagi, Bu Ayara. Kami akan proses permintaan ibu dan kartu akses atas nama tamu tersebut.”

Ayara tersenyum tipis. “Terima kasih.”

Ia melangkah keluar dari hotel, menatap gerimis yang masih turun. Jakarta terlihat sama—ramai, keras, penuh kompromi.

Tapi ada sesuatu yang berbeda di dadanya.

Bukan bahagia.

Bukan tenang.

Lebih seperti… ruang kosong yang akhirnya bersih.

Ia menatap langit mendung dan bergumam pelan, “Gak ada yang perlu dijelasin. Gak ada yang perlu disesali Ayara...”

Lalu ia melangkah pergi.

Anggun, sepi, tapi utuh.

Ayara tidak sadar matanya sudah berkaca-kaca. Dadanya sakit tapi rasanya lega.

이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   Sore di Reykjavik

    Sore itu Reykjavik berbau garam dan roti panggang. Angin dari pelabuhan menggigit telinga, tapi pasar akhir-pekan tetap ramai. Di deret paling ujung, Freya merapikan stand kecilnya: kotak-kotak poskort berilustrasi mercusuar, sketsa paus biru, dan seri “Aurora yang Tersesat”—gradasi hijau yang seolah patah di tengah.“Kalau gue jadi London, beneran nggak ada yang kangen?” gumamnya, menatap pesan pemesanan yang belum ia kirim.Suara tawa lelaki memecah pikirannya.Erik datang dengan coat hitam, scarf dililit asal, senyum yang terdengar seperti ajakan main. Freya mengangkat alis, datar tapi ramah. “Hari ini ‘open space’. Mau beli atau cuma bikin keributan?”Erik tertawa, mengambil satu set kartu pos. “Yang ini kayak kita.”“Kayak lo,” koreksi Freya. “Gue sih enggak.”Bel kafe di belakang mereka berdenting. Ayara masuk dengan syal krem dan tote bag kain. Raymond menyusul, telinganya memerah oleh dingin. Wajah mereka cerah tenang, seperti orang yang rajin mempraktikkan keputusan baru.“St

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   One last kiss good bye

    Bar kecil di tepi pelabuhan itu hampir gelap seluruhnya. Hanya sisa dua lampu gantung kuning pucat yang bergoyang pelan tertiup hembus angin laut yang merembes lewat celah pintu. Rak botol memantulkan kilau samar; kaca-kaca tinggi berkabut tipis, menyisakan garis-garis lembap yang mengalir perlahan. Di luar, Reykjavik tertidur: denting tiang bendera, desir ombak halus menyapu dermaga, dan sesekali bunyi langkah turis yang tersesat malam-malam.Erik tertidur tengkurap di meja bar, pipi menempel pada lengan, rambut pirangnya acak-acakan. Nafasnya berat, menyisakan wangi bercampur antara whiskey, garam laut, dan parfum maskulin yang mahal. Di sampingnya, gelas kosong berderet seperti saksi nakal: terlalu banyak tawa, terlalu sedikit kendali. Lelaki itu tetap tampan bahkan dalam kekalahan kecil begini; sialnya, hal itulah yang membuat banyak hati—termasuk hati Freya—selalu memaafkannya.Freya berdiri beberapa langkah darinya. Mengenakan mantel wol abu-abunya yang bergelayut di bahu; dari

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   Freya dan Erik

    Sore di Reykjavik mulai redup. Cahaya matahari musim dingin hanya tersisa sedikit, membuat langit berwarna oranye pucat. Di sebuah bar kecil dekat pelabuhan, Erik duduk santai di kursi tinggi, satu tangan memutar gelas whiskey, sementara matanya sibuk menatap layar ponsel. Senyum tipisnya muncul sesekali—senyum khas Erik yang entah untuk siapa, tapi selalu berhasil menyalakan rasa penasaran orang di sekitarnya.Freya masuk. Seorang wanita cantik mengenakan kemeja flanel motif kotak-kotak dan jeans keluar dari pantry. Tubuhnya kurus tapi payudaranya yang besar terlihat mencuat menantang diantara 2 kancing yang terbuka. Rambut pirangnya diikat setengah, mantel panjang wolnya menutupi tubuh mungil tapi anggun. Begitu melihat Erik, ia langsung menegang. Ada banyak pria di kota ini, tapi hanya Erik yang bisa membuat jantungnya berdebar tidak karuan.“Hey,” sapa Freya, mencoba tenang, meski senyumannya agak ragu.Erik menoleh, lalu tersenyum lebar seolah benar-benar baru sadar ada dunia sel

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   Kamu Butuh Dibantu?

    Pagi itu Reykjavik diselimuti kabut tipis. Dari jendela apartemen, terlihat burung-burung beterbangan rendah, mencari santapan ikan di danau. Raymond sudah duduk di meja kerja, laptop terbuka dengan tiga jendela zoom meeting sekaligus. Rambutnya agak acak-acakan, matanya fokus penuh.“Gue harus rapat sampai jam makan siang, sayang. Lo mau ngapain hari ini?” tanya Raymond tanpa mengalihkan pandangan dari layar.Ayara mengikat syal di lehernya, tersenyum kecil. “Gue harus ke pasar. Mau beli bahan makanan. Biar lo gak kerja sambil ngeluh lapar terus.”Raymond mengangkat alis sekilas, lalu tersenyum hangat. “Hati-hati ya honey. Jangan nyasar. Pake google maps.”“Siap, boss.” Ayara mencium cepat pipi Raymond sebelum mengambil tote bag kanvas besar.Pasar Reykjavik bukan seperti pasar di Jakarta yang bising dan penuh teriakan. Di sini, deretan kios kayu berwarna pastel menjual ikan segar, sayur organik, dan roti hangat. Bau laut bercampur dengan aroma kopi hitam dari gerobak kecil di ujung

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   Rumah di Puncak Bukit Nafsu Menggelora

    Pagi itu Ayara terbangun di pelukan Raymond dengan telanjang bulat. Ia tersenyum melihat wajah tampan suaminya yang sangat seksi itu. Ayara berencana untuk menjauhkan diri dari dada bidang dan berorot Raymond. Tapi gerakannya malah justru membangunkan suaminya."Morning sayang..." kata Raymond sambil mengecup bahu dan leher istrinya."Ih geli sayang...""Ra, liat pemandangannya indah banget ya..." Raymond menatap jendela kamar mereka yang langsung dapat melihat bagaimana sinar matahari pagi menerangi hamparan padang rumput yang beberapa bagian tertutupi salju dan danau yang cukup besar di depan mereka dengan tenang. "Gue mau lo bangun tiap hari kaya gini Ra...""Tenang, kita tinggal di sini sebulan sayang...kenyang-kenyangin deh liat pemandangan ini...mau dua bulan juga bisa...apa mau pindah juga bisa...", jawab Ayara tengil.“Ra...” Raymond berbisik. “Ini pertama kalinya setelah semua drama akhir-akhir ini, gue ngerasa... ringan.”Ayara menggeser tubuhnya, kepalanya bersandar di bahu

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   Ranjang yang Panas di Kota Es

    Raymond tersenyum nakal, lalu menindihnya di atas kasur dengan bulu-bulu lembut yang memberikan sensasi berbeda, siap membuktikan bahwa bahkan di Reykjavik yang dingin, mereka bisa bikin panas dunia mereka sendiri. Kepalanya dengan sekejap sudah diselusupkan di ceruk leher Ayara dan membuat bulu roma Ayara berdiri karena kenikmatan.Ayara tersenyum menikmati setiap sentuhan yang diberikan Raymond. Jemarinya mengelus leher Fajar, seolah menyampaikan pesan bahwa Ayara sangat menginginkannya malam itu."Ahh...Raymond...suami gue...", suara Ayara manja dan mendesah di telinga Fajar yang sedang asik menikmati lehernya. Ia bisa merasakan tangan Raymond sudah mulai bermain ke dadanya."Gue ijin perk*sa lo ya Ra...""Please lakuin Mond...Suami seksi gue...""Lo bakal gue nikmatin malem ini sayang...desah aja sekuat lo karena di bukit dan danau ini cuma ada kita...gak punya tetangga..." desah Raymond."Mau dong digerayangin Raymond Maharadja..." ucap Ayara genit.Raymond saling menatap Ayara i

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status