Beranda / Romansa / GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA / One last kiss good bye

Share

One last kiss good bye

Penulis: Tutur K. S
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-18 00:05:06

Bar kecil di tepi pelabuhan itu hampir gelap seluruhnya. Hanya sisa dua lampu gantung kuning pucat yang bergoyang pelan tertiup hembus angin laut yang merembes lewat celah pintu. Rak botol memantulkan kilau samar; kaca-kaca tinggi berkabut tipis, menyisakan garis-garis lembap yang mengalir perlahan. Di luar, Reykjavik tertidur: denting tiang bendera, desir ombak halus menyapu dermaga, dan sesekali bunyi langkah turis yang tersesat malam-malam.

Erik tertidur tengkurap di meja bar, pipi menempel pada lengan, rambut pirangnya acak-acakan. Nafasnya berat, menyisakan wangi bercampur antara whiskey, garam laut, dan parfum maskulin yang mahal. Di sampingnya, gelas kosong berderet seperti saksi nakal: terlalu banyak tawa, terlalu sedikit kendali. Lelaki itu tetap tampan bahkan dalam kekalahan kecil begini; sialnya, hal itulah yang membuat banyak hati—termasuk hati Freya—selalu memaafkannya.

Freya berdiri beberapa langkah darinya. Mengenakan mantel wol abu-abunya yang bergelayut di bahu; dari
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   Sore di Reykjavik

    Sore itu Reykjavik berbau garam dan roti panggang. Angin dari pelabuhan menggigit telinga, tapi pasar akhir-pekan tetap ramai. Di deret paling ujung, Freya merapikan stand kecilnya: kotak-kotak poskort berilustrasi mercusuar, sketsa paus biru, dan seri “Aurora yang Tersesat”—gradasi hijau yang seolah patah di tengah.“Kalau gue jadi London, beneran nggak ada yang kangen?” gumamnya, menatap pesan pemesanan yang belum ia kirim.Suara tawa lelaki memecah pikirannya.Erik datang dengan coat hitam, scarf dililit asal, senyum yang terdengar seperti ajakan main. Freya mengangkat alis, datar tapi ramah. “Hari ini ‘open space’. Mau beli atau cuma bikin keributan?”Erik tertawa, mengambil satu set kartu pos. “Yang ini kayak kita.”“Kayak lo,” koreksi Freya. “Gue sih enggak.”Bel kafe di belakang mereka berdenting. Ayara masuk dengan syal krem dan tote bag kain. Raymond menyusul, telinganya memerah oleh dingin. Wajah mereka cerah tenang, seperti orang yang rajin mempraktikkan keputusan baru.“St

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   One last kiss good bye

    Bar kecil di tepi pelabuhan itu hampir gelap seluruhnya. Hanya sisa dua lampu gantung kuning pucat yang bergoyang pelan tertiup hembus angin laut yang merembes lewat celah pintu. Rak botol memantulkan kilau samar; kaca-kaca tinggi berkabut tipis, menyisakan garis-garis lembap yang mengalir perlahan. Di luar, Reykjavik tertidur: denting tiang bendera, desir ombak halus menyapu dermaga, dan sesekali bunyi langkah turis yang tersesat malam-malam.Erik tertidur tengkurap di meja bar, pipi menempel pada lengan, rambut pirangnya acak-acakan. Nafasnya berat, menyisakan wangi bercampur antara whiskey, garam laut, dan parfum maskulin yang mahal. Di sampingnya, gelas kosong berderet seperti saksi nakal: terlalu banyak tawa, terlalu sedikit kendali. Lelaki itu tetap tampan bahkan dalam kekalahan kecil begini; sialnya, hal itulah yang membuat banyak hati—termasuk hati Freya—selalu memaafkannya.Freya berdiri beberapa langkah darinya. Mengenakan mantel wol abu-abunya yang bergelayut di bahu; dari

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   Freya dan Erik

    Sore di Reykjavik mulai redup. Cahaya matahari musim dingin hanya tersisa sedikit, membuat langit berwarna oranye pucat. Di sebuah bar kecil dekat pelabuhan, Erik duduk santai di kursi tinggi, satu tangan memutar gelas whiskey, sementara matanya sibuk menatap layar ponsel. Senyum tipisnya muncul sesekali—senyum khas Erik yang entah untuk siapa, tapi selalu berhasil menyalakan rasa penasaran orang di sekitarnya.Freya masuk. Seorang wanita cantik mengenakan kemeja flanel motif kotak-kotak dan jeans keluar dari pantry. Tubuhnya kurus tapi payudaranya yang besar terlihat mencuat menantang diantara 2 kancing yang terbuka. Rambut pirangnya diikat setengah, mantel panjang wolnya menutupi tubuh mungil tapi anggun. Begitu melihat Erik, ia langsung menegang. Ada banyak pria di kota ini, tapi hanya Erik yang bisa membuat jantungnya berdebar tidak karuan.“Hey,” sapa Freya, mencoba tenang, meski senyumannya agak ragu.Erik menoleh, lalu tersenyum lebar seolah benar-benar baru sadar ada dunia sel

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   Kamu Butuh Dibantu?

    Pagi itu Reykjavik diselimuti kabut tipis. Dari jendela apartemen, terlihat burung-burung beterbangan rendah, mencari santapan ikan di danau. Raymond sudah duduk di meja kerja, laptop terbuka dengan tiga jendela zoom meeting sekaligus. Rambutnya agak acak-acakan, matanya fokus penuh.“Gue harus rapat sampai jam makan siang, sayang. Lo mau ngapain hari ini?” tanya Raymond tanpa mengalihkan pandangan dari layar.Ayara mengikat syal di lehernya, tersenyum kecil. “Gue harus ke pasar. Mau beli bahan makanan. Biar lo gak kerja sambil ngeluh lapar terus.”Raymond mengangkat alis sekilas, lalu tersenyum hangat. “Hati-hati ya honey. Jangan nyasar. Pake google maps.”“Siap, boss.” Ayara mencium cepat pipi Raymond sebelum mengambil tote bag kanvas besar.Pasar Reykjavik bukan seperti pasar di Jakarta yang bising dan penuh teriakan. Di sini, deretan kios kayu berwarna pastel menjual ikan segar, sayur organik, dan roti hangat. Bau laut bercampur dengan aroma kopi hitam dari gerobak kecil di ujung

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   Rumah di Puncak Bukit Nafsu Menggelora

    Pagi itu Ayara terbangun di pelukan Raymond dengan telanjang bulat. Ia tersenyum melihat wajah tampan suaminya yang sangat seksi itu. Ayara berencana untuk menjauhkan diri dari dada bidang dan berorot Raymond. Tapi gerakannya malah justru membangunkan suaminya."Morning sayang..." kata Raymond sambil mengecup bahu dan leher istrinya."Ih geli sayang...""Ra, liat pemandangannya indah banget ya..." Raymond menatap jendela kamar mereka yang langsung dapat melihat bagaimana sinar matahari pagi menerangi hamparan padang rumput yang beberapa bagian tertutupi salju dan danau yang cukup besar di depan mereka dengan tenang. "Gue mau lo bangun tiap hari kaya gini Ra...""Tenang, kita tinggal di sini sebulan sayang...kenyang-kenyangin deh liat pemandangan ini...mau dua bulan juga bisa...apa mau pindah juga bisa...", jawab Ayara tengil.“Ra...” Raymond berbisik. “Ini pertama kalinya setelah semua drama akhir-akhir ini, gue ngerasa... ringan.”Ayara menggeser tubuhnya, kepalanya bersandar di bahu

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   Ranjang yang Panas di Kota Es

    Raymond tersenyum nakal, lalu menindihnya di atas kasur dengan bulu-bulu lembut yang memberikan sensasi berbeda, siap membuktikan bahwa bahkan di Reykjavik yang dingin, mereka bisa bikin panas dunia mereka sendiri. Kepalanya dengan sekejap sudah diselusupkan di ceruk leher Ayara dan membuat bulu roma Ayara berdiri karena kenikmatan.Ayara tersenyum menikmati setiap sentuhan yang diberikan Raymond. Jemarinya mengelus leher Fajar, seolah menyampaikan pesan bahwa Ayara sangat menginginkannya malam itu."Ahh...Raymond...suami gue...", suara Ayara manja dan mendesah di telinga Fajar yang sedang asik menikmati lehernya. Ia bisa merasakan tangan Raymond sudah mulai bermain ke dadanya."Gue ijin perk*sa lo ya Ra...""Please lakuin Mond...Suami seksi gue...""Lo bakal gue nikmatin malem ini sayang...desah aja sekuat lo karena di bukit dan danau ini cuma ada kita...gak punya tetangga..." desah Raymond."Mau dong digerayangin Raymond Maharadja..." ucap Ayara genit.Raymond saling menatap Ayara i

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status