Share

2. MEMANTIK GAIRAH

Author: Dewa Amour
last update Last Updated: 2025-07-15 01:05:05

Tessa masih menatap pupil biru Arnold yang menatapnya dalam. Jantung Tessa berdegup dibuatnya. Arnold semakin mendekatkan wajahnya.

No! Apakah pria ini akan menciumnya? Pikiran konyol itu tiba-tiba saja melintas di kepala Tessa. Wangi cologne Arnold sungguh membuatnya dimabuk kepayang. Wangi pria yang sensual, desahnya dalam hati.

"Tessa, di mana kamar mandinya? Aku mau mandi," bisik Arnold ke wajah Tessa. Napasnya yang berbau mint membuat Tessa hampir hilang kendali.

"Ah, iya, Dad. Kamar mandinya ada di sana. Ayo, aku akan mengantarmu." dengan perasaan yang tak karuan Tessa segera berjalan menuju kamar mandi yang ada di sudut kiri kamar.

Crazy! Why, Tessa? Apa yang terjadi padamu? Kenapa sentuhan Arnold pada lengannya terasa sangat posesif? Tidak, tidak, ini tidak benar! Tessa segera menyingkirkan pikiran kotor dalam benaknya itu.

"Kamu suka kamar mandinya, Dad?" tanya Tessa sembari memeriksa perlengkapan mandi yang tertata rapi pada rak di sana. Sedangkan ekor matanya diam-diam melirik pada Arnold yang berdiri di belakangnya.

"Ya, ini lebih baik dari kamar mandiku di hotel," balas Arnold sembari memindai seisi kamar mandi.

"Baguslah kalau kamu menyukainya," tukas Tessa sembari tersenyum tipis. Dia pun memutar tubuhnya untuk segera pergi.

Namun, alangkah terkejutnya Tessa, dia membulatkan matanya melihat Arnold sudah meloloskan seluruh pakaiannya, hanya menyisakan celana boxernya saja.

Shit!

Tubuh yang sangat luar biasa. Gagah dan menggairahkan.

Tessa sampai mengangah melihat pemandangan erotis di hadapannya itu. Arnold memiliki kulit yang putih, karena dirinya berasal dari Inggris.

Bola matanya biru menyala dengan tatapan yang tegas. Otot-ototnya terlihat menyembul dari permukaan kulitnya yang kencang. Kalau dilihat-lihat, Arnold lebih pantas menjadi model majalah pria daripada seorang pebisnis.

Sial! Tubuh Leo pun sama seksinya, bukan? Namun, kenapa tubuh Arnold terlihat sangat menggoda gairahnya. Tessa menggigit bibir bawahnya.

"Tessa, bisakah kamu tinggalkan aku sendiri? Aku mau mandi. Atau kamu mau mandi bersamaku juga, hm?"

Arnold tersenyum smirk melihat Tessa terus memandangi tubuhnya. Wajah wanita itu seperti sedang menantang gairahnya.

"Ah, iya, tentu! Maaf, aku akan keluar sekarang."

Tessa segera memutar tubuhnya untuk pergi. Sial! Kenapa dirinya begitu suka memandangi tubuh atletis Arnold. Crazy! Tessa mengumpat dirinya dalam hati sembari berlalu meninggalkan kamar Arnold.

Setelah mandi Arnold berniat untuk mengcarger ponselnya, karena ada beberapa klien yang mesti ia hubungi. Sial!

Cargernya tertinggal entah di mana. Bagaimana ini? Arnold terus mengacak-acak isi kopernya. Namun, sepertinya carger ponselnya itu memang tertinggal di hotel.

Tessa. Ya, mungkin dia bisa meminjam carger ponsel padanya. Tanpa menunggu lagi, Arnold segera meninggalkan kamarnya dan beralih menuju kamar Tessa. Pasti wanita itu ada di kamar, pikirnya.

Langkah panjang itu berhenti di depan pintu kamar Tessa. Kebetulan pintunya tidak tertutup dengan rapat. Baru saja Arnold akan mengetuk pintu mahoni di hadapannya.

Namun, tiba-tiba ia mendengar suara-suara lenguhan dari dalam sana.

Tessa? Apa yang sedang dia lakukan? Percintaan? Tidak mungkin! Leo bahkan belum pulang dari kantor, bukan? Arnold berpikir sejenak, lantas ia mendorong sedikit pada pintu di hadapannya itu.

Terlihat Tessa sedang terlentang di tengah ranjangnya. Hanya seorang diri? Arnold tersenyum miring melihat apa yang sedang Tessa lakukan.

"Leo, aah!"

Racauan Tessa yang tengah mencari kenikmatan tiba-tiba terhenti tatkala tatapan Arnold membuatnya membeku.

"Kenapa melakukannya sendiri? Apakah Leo tidak bisa membuatmu puas, Tessa?"

Sial! Tessa segera bangkit dan langsung membenahi handuknya. Wajahnya memerah melihat Arnold sedang berdiri di belakangnya. Pria itu sudah memasuki kamarnya. Dia sangat terkejut.

"Dad? A-ada apa ke kamarku? Apakah ada yang kamu butuhkan?"

Tessa segera bangkit dari ranjangnya. Dia berdiri sembari merapatkan bagian depan handuknya. Tessa menjadi salah tingkah. Arnold sudah melihat apa yang sedang dirinya lakukan.

Arnold tersenyum seringai melihat keadaan Tessa saat ini. Wanita cantik dengan rambut panjangnya yang masih basah.

Sedangkan tubuhnya yang proporsional itu tampak begitu menantang dengan balutan handuk putih saja. Jakunnya naik turun menelan salivanya.

"Tessa, kamu belum menjawabnya. Apakah Leo tidak bisa memuaskanmu, sampai-sampai kamu melakukannya sendiri?"

Tessa memalingkan wajah bingung dan malu. Pertanyaan macam apa itu? Tidak mungkin dirinya mengatakan kalau Leo memang sedang bermasalah untuk urusan ranjang saat ini. No! Itu sama saja dia mempermalukan Leo.

"Dad, keluarlah dari kamarku. Aku akan berpakaian."

Tessa berkata tanpa berani menatap wajah pria di hadapannya itu. Dia segera memutar tubuhnya untuk menuju ruang ganti.

"Tunggu, Tessa!"

Sial! Arnold mencekal lengan kiri Tessa dengan tiba-tiba. Jantung Tessa berdegup sangat cepat dengan tubuhnya yang tiba-tiba bergetar tak karuan.

Arnold menariknya mendekat. Kini tubuh keduanya begitu intim dengan Arnold yang berdiri di belakang Tessa.

"Tessa, kalau kamu ingin dipuaskan, aku bisa melakukannya," bisik Arnold. Bibirnya begitu dekat sampai menyentuh daun telinga Tessa.

"Lepaskan, Dad!" pekik Tessa.

Crazy!

Pria di belakangnya itu malah mendekap tubuhnya. Panas dingin menyelimuti Tessa. Dia memejamkan matanya gemetaran saat Arnold menyentuh pipinya dengan sebuah kecupan.

Shit! Kecupan laknat itu telah memantik api gairah dalam dirinya. Tidak, Tessa harus menghindar dari Arnold. Ini tidaklah benar!

"Dad ...," desah Tessa saat Arnold bermain-main dengan beberapa bagian tubuhnya.

Handuk yang melekat pada tubuhnya mulai melorot perlahan. Tessa menggigit bibir bawahnya sembari memejamkan mata. Remahan itu membuatnya terasa melayang.

"Bodoh sekali Leo tak bisa memuaskan wanita secantik dirimu, Tessa." Arnold berbisik, lantas mengecup lagi pipi licin Tessa. Kecupan itu membuatnya ingin lebih.

Arnold segera memutar tubuh Tessa dan langsung menempelkan bibirnya pada bibir ranum Tessa. Dia melumatnya begitu liar dan lapar.

Tessa berusaha berontak dengan mendorong dada bidang Arnold. Sayang, sensasi itu terlalu manis untuk diakhiri.

Tessa pun menyerah dan membiarkan Arnold melumat bibirnya dengan bengis. Napas Arnold kian memburu. Tangannya melepaskan lengan Tessa, lantas menelusup ke dalam handuk yang Tessa kenakan.

Pupil Tessa membulat sempurna. Tangan Arnold menjelajahi bagian lain dari tubuh Tessa dan membuatnya menggelinjang.

Crazy!

Ini sangat nikmat baginya. Namun, bagaimanpun Arnold adalah ayah tiri Leo. Tessa masih sangat mencintai Leo. Ini tidak benar! Ia segera mendorong Arnold dengan kasar agar menjauh darinya .

"Tessa, why?"

Arnold menyeka bibirnya dengan punggung tangannya sembari menatap heran pada Tessa.

"Cukup, Dad! Ini tidak benar! Cepat keluar dari kamarku!" Tessa segera berlari menuju ruang ganti.

Dia mengunci pintu ruangan itu, lantas bersandar di sana. Crazy! Apa yang sudah dirinya lakukan? Cih! Menjijikan! Dia baru saja berciuman dengan ayah tiri Leo.

Namun, tak bisa Tessa pungkiri. Sentuhan Arnold sungguh membuatnya sangat bergetar setelah sekian lama jiwanya terasa hampa. Sentuhan itu bagai setetes oasis baginya yang sedang terdampar di gurun yang tandus.

Ciumannya sangat hangat dan posesif, meski agak kasar. Tessa menyentuh bibirnya yang terasa kebas akibat ulah Arnold.

Oh, shit!

Kenapa ciumannya begitu nikmat? Jangan gila, Tessa! Ini melewati batas! Tessa merutuki dirinya dalam hati, karena dia menyukai ciuman Arnold.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GAIRAH PAPA MERTUAKU    13. LELAH BERCINTA

    Setelah merasa lebih tenang, Lusi segera melepaskan pelukannya dari tubuh kekar Leo. Dia memegang kedua bahu pria di hadapannya itu. Matanya yang basah menatap dalam-dalam ke manik-manik birunya yang tampak sendu."Tuan Muda," ucap Lusi dengan lirih. Dia menahan tangisnya mati-matian.Leo mengernyitkan dahi, heran. "Bibi, katakanlah! Kenapa Bibi sampai jatuh ke kolam? Aku rasa Bibi bukan orang yang ceroboh, kan?" Leo memegang kedua tangan Lusi yang masih memegangi kedua bahunya. Matanya mengunci tatapan wanita itu."Tuan Muda, Nyonya Tessa. Dia--"Lusi berusaha sekuat tenaga untuk mengatakan apa yang sudah dilihatnya. Arnold dan Tessa, mereka menjalani hubungan ilegal di belakang Leo."Tessa? Ada apa dengan Tessa? Katakan!" Leo mulai panik karena Lusi menyebut nama istrinya.Dia mencemaskan Tessa."Nyonya Tessa--" Lusi terisak-isak. Kalimatnya tergantung begitu saja.Melihat sikapnya yang aneh, Leo keheranan tak karuan."Leo! Kamu sudah pulang? Hei, apa yang sedang kamu lakukan di tep

  • GAIRAH PAPA MERTUAKU    12. PEMUAS NAFSU

    Tessa dan Leo masih berdiri berhadapan. Keduanya saling bertatapan. Arnold mulai muak melihat semua itu, dia pun ikut berdiri menengahi mereka."Ada apa ini? Kenapa kalian ribut? Ayo kita lanjutkan sarapannya," tukas Arnold dengan wajah tanpa dosa."Tessa, kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku!" Leo menunjuk wajah Tessa dan berlalu meninggalkan meja makan dengan kesal.Tessa segera menyusul. "Leo!""Baiklah, ayo kita sarapan sendiri saja." Arnold kembali duduk dan menikmati sarapannya dengan santai. Persetan dengan Tessa dan Leo yang sedang berseteru itu."Leo, dengarkan aku! Ada apa denganmu? Mengapa kamu marah-marah tak jelas?" Terhuyung-huyung Tessa mengejar langkah panjang Leo yang sudah tiba di teras depan mansion."Leo, kumohon jangan begini. Ada apa denganmu?" Akhirnya Tessa berhasil mengejar Leo. Ia segera mendekap punggung pria itu."Lepaskan, Tessa!" Leo dengan kasar menepis tangan Tessa darinya. Kali ini wajahnya tampak sangat kesal pada wanita di hadapannya itu."L

  • GAIRAH PAPA MERTUAKU    11. AKSI GILA ARNOLD

    Diluar hujan deras malam itu. Petir menyambar-nyambar bangunan megah Mansion Leo. Tessa dan Arnold sedang berdiri berdua di dalam kamar. Arnold tak henti meliarkan bibirnya pada tengkuk leher Tessa hingga menggigit bahunya gemas."Hentikan, Dad--aku tak tahan lagi," racau Tessa dengan matanya yang terpejam tak menentu.Arnold merengkuh tubuh polosnya dari belakang. Memainkan lembah cinta Tessa dengan sentuhan intim."Dad--" Tessa semakin menginginkan lebih. Namun, sepasang matanya tiba-tiba melihat bayangan Leo yang sedang berdiri di luar jendela kamar. Ia membulatkan manik birunya kaget. Kilat petir menegaskan bayangan Leo di sana.Ya, itu Leo!"Leo!" pekik Tessa segera mendorong tubuh Arnold darinya. Dia segera meraih selimut putih guna membalut tubuh polosnya. Dengan langkah cepat ia segera keluar kamar mengejar Leo."Leo, dengarkan penjelasanku dulu! Ini tak seperti yang kamu kira. Aku ..." Tessa hampir gila melihat Leo tampak sangat murka padanya."Leo, katakan sesuatu! Aku sa

  • GAIRAH PAPA MERTUAKU    10. BERMAIN SOLO

    Leo menyapu pandangan di sekitar kamar mencari Tessa. Di mana istrinya itu? Apakah di kamar mandi? Leo segera memutar langkahnya menuju pintu kaca di sudut ruangan. "Darling!" Teriaknya berharap Tessa akan menjawab. Namun sepertinya Tessa memang tak ada di kamar. Brak!Suara apa itu? Leo sangat kaget sekaligus cemas. Dia segera berlari menuju ruang ganti di mana suara gaduh itu berasal. Ya Tuhan ... apa yang terjadi? Leo sangat mencemaskan Tessa. "Tessa?" Leo membulatkan matanya melihat Tessa baru saja mau bangkit dari lantai di ruang walk-in closet. Entah apa yang terjadi. Tessa sepertinya baru saja terjatuh dari sofa. Dengan perasaan cemas luar biasa, Leo segera menghampiri wanita itu. "Darling, apa yang terjadi padamu? Apa kamu baik-baik saja?" Leo membantu Tessa untuk berdiri. Kemudian dia menggiring sang istri menuju pada sofa. "Aku tadi terjatuh dari sofa. Aku baik-baik saja, kok!" Tessa memberikan wajah manja pada suaminya. Dia tahu bagaimana caranya agar Leo luluh pad

  • GAIRAH PAPA MERTUAKU    9. KEGILAAN ARNOLD

    Waktu terus berjalan. Arnold seharusnya sudah kembali lagi ke Austria untuk mengurus kantor Leo di sana. Namun pria penyuka red wine ini menolak saat Leo memintanya untuk kembali ke Austria. Arnold mengatakan, jika di sana ada asistennya yang bisa diandalkan untuk mengurus kantor.Tidak berpikiran buruk pada Arnold, Leo pun setuju saja. Leo pikir Arnold lebih baik berada di sini, karena ada yang menjaga Tessa saat dirinya tak berada di rumah atau sedang tugas di luar kota. Leonil Stratan Scoth! Terbuat dari apa sih hatinya? Kenapa dia tidak mencurigai Arnold yang lebih betah di mansion sepanjang hari daripada membantunya di kantor?Padahal, Leo sangat sibuk akhir-akhir ini karena perusahaannya sedang berkembang pesat. Sedangkan si brengsek Arnold malah sibuk menggarap sawahnya saat dirinya tak ada.Tessa yang malang tak bisa menolak gairah gila Arnold. Pria itu selalu mengancam kalau ia akan membeberkan video laknat itu pada Leo dan orang juga tuanya. Namun, belakangan ini Leo mema

  • GAIRAH PAPA MERTUAKU    8. PEMBALASAN ARNOLD

    Tessa menelan ludah kasar mendengar permintaan Leo. Pria di hadapannya itu adalah suaminya. Suami sah-nya! Dia tak mungkin menolak keinginan Leo akan tubuhnya. Meski sedang sangat letih, akhirnya Tessa pun mengabulkan keinginan Leo.Sungguh luar biasa. Leo mulai ada kemajuan. Sudah hampir satu jam berlalu, tapi Leo masih belum mencapai puncaknya.Tessa mengerang, bahkan meracau. Bercinta dengan pria yang sangat ia cintai memang jauh lebih indah dan bergairah daripada bersama si brengsek Arnold."Bagaimana, Darling? Apa ada perubahan?" bisik Leo sembari menggerakkan pinggangnya perlahan di atas tubuh polos Tessa."Luar biasa, Honey. Aku menyukainya!" pekik Tessa sangat senang karena kini Leo telah kembali."Baiklah, Sayang. Ayo kita selesaikan!" semangat Leo. Dia segera membalik posisi tubuh Tessa. "Leo ..." Tessa mengerang menikmati. Penyatuan itu pun bertahan sampai akhirnya Tessa dan Leo merasa sama-sama terpuaskan.Arnold yang sedang berjalan tak sengaja mendengar suara-suara lak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status