Share

bab 7. Adi Dipecat

Penulis: ananda zhia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-28 18:28:43

"Atau kalau memang kamu mau melaporkan saya, silakan saja. Tapi asal kamu tahu jangan-jangan malah kamu yang ditangkap polisi karena berzina dengan suami orang. Ada pasalnya lo," ucap Hesti membuat nyali Lidia semakin menciut.

Lidia terdiam sejenak. "Ta-tapi Tante juga mengingkari janji untuk tidak menyebarkan video penggerebekan aku dan Papa kan?"

Hesti tersenyum. Kedua tangannya bersidekap di depan dada. "Sekali lagi kutegaskan padamu kalau bukan aku memviralkan video itu."

"Tidak mungkin. Cuma Tante yang merekam kami saat tertangkap kemarin. Sudahlah, nggak usah ngeles. Tante benar-benar jahat dan tega sama saya dan Papa! Seharusnya Tante harus tahu, apa yang dirasakan Verico nanti kalau tahu Papanya viral karena video mes*m?" tanya Lidia dengan tatapan menghiba.

"Hm, Baiklah. Ada dua hal yang perlu kamu tahu saat ini. Satu, kamu tahu sendiri saat aku ada di hotel kemarin, ada lima orang dari pihak hotel dan tiga orang dari pihak rumah sakit. Yah, siapa tahu saja, salah satu dari mereka yang merekam kalian."

"Itu tidak mungkin. Mereka tidak akan berani melakukan hal itu!"

Hesti mengedikkan bahunya. "Yah, terserah pendapat kamulah."

Hesti menghentakkan kakinya dan menuding ke arah Hesti.

"Saya minta Tante bertanggung jawab atas di DO nya saya!"

"Hah? Nggak salah? Saya tanggung jawab pada kamu? Kenapa?! Kamu juga enggak tanggung jawab pada hancurnya pernikahan saya kok," sahut Hesti santai.

Lidia mendelik dan mengancam Hesti. "Awas kalau Tante tidak mau tanggung jawab! Saya akan ....!"

"Akan apa? Ayo jawab? Kok diam? Apa yang akan kamu lakukan sekarang? Lakukan saja?!" tantang Hesti.

Lidia menatap Hesti. Dia bingung juga dengan apa yang akan dilakukannya sekarang.

"Sekedar nasihat buat kamu. Seharusnya kamu malu karena kamu telah melakukan hubungan di luar pernikahan dengan suami orang. Anak yang seusia kamu seharusnya belajar yang rajin, meraih cita-cita yang tinggi dan jalan-jalan dengan teman sebaya kamu.

Bukannya malah merusak rumah tangga orang lain. Yah, anggap saja sekarang kamu lagi menerima hukuman atas apa yang kamu lakukan. Eh, tapi kok mau-maunya sih aku nasihatin kamu? Harusnya kamu pasti sudah bisa menebak apa yang akan terjadi dong kalau kamu udah gatel nyari sugar daddy. Ya nggak sih?! Kamu itu memang pelakor rendahan yang mau sama bekas orang."

"Tante bilang apa?! Jangan seenaknya mengatakan sesuatu yang buruk tentang saya. Awas saja kamu, Te. Sekarang juga akan kulaporkan pada Papa!"

Hesti tersenyum menyeringai ke arah Lidia. "Terserah kamu. Lagipula apa yang bisa kalian lakukan sekarang padaku?"

Lidia segera meraih ponselnya dan menekan nomor Adi.

Nada sambung terdengar. Satu kali, dua kali. Dan akhirnya Lidia menghela nafas lega saat nada sambung berganti menjadi suara Adi. Perempuan itu segera menekan tombol loud speaker.

"Halo!"

"Halo Pa. Tolong Lidia. Sekarang Lidia ada di ...,"

"Lidia, jangan ganggu saya! Saya sedang kalut, karena saya baru saja dipecat oleh Bupati!" bentak Adi dengan suara keras sebelum Lidia sempat menyelesaikan kalimatnya.

Lidia tercengang kaget sampai tanpa sadar dia menjatuhkan ponselnya ke lantai. Sementara itu Hesti tertawa.

"Oh, jadi calon suami kamu sudah dipecat dari pekerjaannya. Hm, kasihan banget. Pasti setelah ini, dia akan kesusahan cari kerja. Mana ada sih yang mau menerima orang yang mempunyai masalah asusila.

Oh ya, dan kamu juga pasti bingung ya karena enggak bisa lulus tepat waktu. Saya benar-benar merasa kasihan. Tapi boong ...!"

Lidia memandang Hesti dengan rasa yang campur aduk.

"Awas saja kamu, Te. Aku tidak akan pernah membiarkan kamu hidup bahagia karena telah membuat ku dan Papa menderita. Ingat itu!"

"Wah, boleh juga ya nyali kamu. Dan benar-benar nggak tahu malu. Dasar pelakor. Kalau kamu sudah selesai bicara, saya harap kamu segera pergi meninggalkan rumah saya. Saya tidak ingin rumah saya dikotori oleh pelakor seperti kamu," sahut Hesti santai seraya melirik pintu gerbang rumahnya.

Lidia hanya bisa terdiam dan dengan mengepalkan kedua tangan, Lidia memungut ponselnya dan berlalu meninggalkan rumah Hesti.

***

Flash back On :

Adi baru saja turun dari mobil dan memasuki pelataran kantor bupati saat beberapa pasang mata melihat dengan aneh kearahnya sambil melihat ke ponsel masing-masing.

Lelaki itu mengerutkan dahinya. Dia bingung tapi tetap melangkah menuju ke ruangannya.

Beberapa pikiran buruk sempat terlintas di kepalanya, tapi Adi dengan cepat menepisnya.

Baru saja Adi duduk di ruangannya, saat terdengar suara ketukan di pintu. "Pak Adi, bisa ikut ke ruangan saya sebentar? Ada yang perlu saya bicarakan."

Adi menatap ke arah lawan bicaranya dengan bingung. "Apa Bupati ada tugas khusus untuk saya di luar job disk yang sudah direncanakan?" tanya Adi pada Erick, sekertaris Bupati.

"Iya. Saya tunggu sekarang di ruangan saya."

*

"Video ini ...?" tanya Adi terbata saat melihat videonya yang sedang gancet dengan Lidia dan tertangkap basah oleh Hesti viral di sosial media.

Erick tersenyum dan mengambil ponselnya dari tangan Adi.

"Iya. Itu video Bapak kan? Tindakan Bapak yang sangat merusak citra Bupati dan jajarannya membuat Bupati langsung memerintahkan saya untuk membuat surat mempensiunkan Bapak secara dini. Ini surat pencabutan ASNnya."

Erick mengeluarkan sepucuk surat dari lacinya dan menyerahkannya pada Adi.

Adi menerima nya dan membacanya sekilas.

"Apa? Saya dipecat dan tidak lagi menjadi ASN? Ini tidak adil! Mana Bupati? Saya ingin menghadap beliau langsung!"

"Bupati sedang ada urusan di kabupaten sebelah. Apa Pak Adi merasa keberatan?"

"Tentu saja. Masa hanya karena masalah video hoax saja saya sampai dipecat. Itu bukan saya. Jelas sekali ya ada orang yang ingin memfitnah saya!"

"Oh ya? Tapi kata dokter Hesti tidak seperti itu. Dokter Hesti membenarkan semua tindakan perselingkuhan antara Pak Adi dengan anak angkat kalian."

"Astaga, Hesti mengatakan hal itu? Apa dia juga mengatakan bahwa dia yang memviralkan video saya?"

"Itu bukan urusan saya. Sekarang yang menjadi urusan saya adalah silakan pergi dari sini dengan membawa barang-barang milik Anda!"

Adi terdiam dan wajah nya memerah. Dengan menahan amarah dia pergi dari ruangan sekertaris Bupati tersebut.

Amarah Adi semakin memuncak saat Lidia meneleponnya berulangkali. Dan dengan sekali sentakan darinya, Lidia mengakhiri panggilan telepon.

***

Flash back Off :

"Adi, saya tidak terima jika Lidia diDO dari sekolah. Bagaimana dengan masa depan anak saya?"

"Bu, tenang dulu. Adi juga masih bingung memikirkan rencana selanjutnya karena Adi juga dipecat dari kantor Bupati dan dipensiunkan dini dari ASN."

"Hm, hilang harapan Ibu punya mantu ASN dan kaya dong," sahut Ibu Lidia dengan ketus.

Saat Adi hendak membuka mulut untuk menanggapi ucapan Ibu Lidia, terdengar suara ketukan pintu.

Lidia segera menuju pintu dan membukanya, namun sesaat kemudian dia terkejut melihat pemandangan yang ada di luar.

"Astaga, ada apa ini?"

Next?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Eko Winardi
bagus semoga dilanjut ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • GANCET DENGAN ANAK ANGKAT Ā Ā Ā bab 34. Akad (tamat)

    Tamu lelaki itu tersenyum dan berkata, "Saya kurir, Bu. Hendak mengantarkan buket bunga."Hesti memandangi sekeliling ruang tamu nya dengan terheran-heran. Masalahnya tidak ada satupun buket bunga ada terlihat di ruangan itu. "Buket bunga? Dimana?"Kurir itu tersenyum. "Buketnya besar. Ada di dalam mobil kami. Sebentar saya ambil dulu."Lelaki itu tanpa menunggu persetujuan Hesti keluar dari ruang tamunya dan menuju ke halaman, tempat mobilnya terparkir. Lalu beberapa saat kemudian kembali ke ruang tamu dengan seorang temannya."Ini Bu."Lelaki itu menyerahkan sebuah standing buket bunga besar dengan isi mawar merah segar, uang seratus ribu rupiah berlembar-lembar, dan beberapa batang coklat silverqueen. Berbungkus kertas cellophane berwarna hitam dan putih bening. Dan menggunakan penyangga kayu. Mata Hesti membulat melihat buket bunga yang dibawa oleh kedua kurir tersebut. "Siapa yang mengirim ini?" tanya Hesti dengan rasa yang masih tercengang. "Ada dalam kertas pengirim di dala

  • GANCET DENGAN ANAK ANGKAT Ā Ā Ā bab 33. Pilihan Verico

    Hesti dan Narendra serentak menoleh dan terkejut melihat kedatangan Adi. "Kamu?!""Iya aku. Kenapa? Kalian kaget?" tanya Adi dengan tertatih berjalan mendekat ke arah Hesti dan Narendra."Kamu ngapain ke sini Mas?" tanya Hesti. "Aku kangen dengan Verico. Memang kenapa? Aku kan ayah kandungnya, apa tidak boleh aku menemuinya?" tanya Adi ketus.Hesti dan Narendra saling berpandangan. "Halo Pa? Papa darimana?" tanya Verico mendekat ke arah Adi."Dari rumah saja. Kamu mau ikut Papa ke rumah Papa?" tanya Adi penuh harap. Sementara Hesti terlihat keberatan tapi menahan diri untuk tidak mengucapkan sepatah katapun. Verico menggeleng kan kepalanya dengan cepat. Lalu beralih mendekati Hesti. "Verico di sini saja sama Mama dan Eyang," tukas bocah lelaki itu sambil memeluk lengan Mamanya. Adi terlihat berdecak kesal. Tapi tanpa putus asa, dia terus berusaha merayu Verico untuk ikut dengannya. "Kenapa kamu tidak mau, Nak? Di sana kan ada Eyang juga? Ada Papa juga. Apa selama ini Mama meng

  • GANCET DENGAN ANAK ANGKAT Ā Ā Ā bab 32. Vonis Penjara

    "Bu Ayu. Bu Ayu ini kan, ibunya Lidia?" tanya Mami Adi seraya menunjuk kan ponsel Adi pada sang suami.Papi Adi mengangguk. "Coba angkat aja telepon nya. Barangkali ada hal penting yang ingin disampaikan oleh ibunya Lidia."Mami Adi menoleh pada Anaknya. "Gimana, Di? Boleh kah Mami terima telepon nya?"Adi terlihat berpikir sejenak. "Oke. Boleh, Mi.""Halo," sapa Mami Adi setelah menekan tombol hijau. "Halo. Adi nya ada? Saya ingin meminta tolong. Ini berkaitan dengan Lidia," sahut suara Ibu Lidia panik. Mami Adi melihat ke arah anaknya. Adi mengangguk. Mami Adi lantas menekan tombol loud speaker lalu mendekatkan nya ke arah Adi yang sedang berbaring. "Halo, Adi. Tolong Lidia. Lidia dua Minggu lagi menghadapi persidangan.""Lalu kenapa?" tanya Adi aduh tak acuh. "Loh, kok tanya kenapa sih? Bantuin dong Nak Adi, kamu kan calon suami Lidia."Adi nyaris tertawa mendengar perkataan ibu Lidia. Tapi rasa nyeri setelah dioperasi dan perasaan kaget pasca mengetahui bahwa dirinya mengalam

  • GANCET DENGAN ANAK ANGKAT Ā Ā Ā bab 31. Saat Adi Lumpuh

    Dan detik berikutnya, Adipun terguling jatuh dari dua puluh lima anak tangga!!!Hesti dan Narendra tak kalah terkejutnya saat melihat Adi jatuh terguling. "Astaghfirullah, Mas Adi!" seru Hesti berlari mendekat ke tangga."Hes, hati-hati! Kamu memakai high heels!" seru Narendra. Ketiga asisten Narendra yang sedang mengejar Adi juga berlarian turun dari tangga. Adi yang terjatuh terguling sampai di tangga paling bawah mendarat dengan telentang. Ada cairan kental berwarna merah saat Hesti dan yang lainnya sampai di dekat tubuh Adi. "Hesti, darah! Apa kita harus membawa Adi ke rumah sakit sekarang?" tanya Narendra yang berjongkok di samping tubuh temannya. Hesti menghela nafas panjang. Dia sering bertemu dengan pasien yang mengalami luka lebih parah daripada Adi. Tapi saat melihat kondisi mantan suaminya seperti ini, apalagi setelah insiden di aula tadi, mau tidak mau jantung nya berdebar lebih kencang juga. "Jangan, biar aku telepon ambulance saja. Ada perdarahan di otaknya. Aku j

  • GANCET DENGAN ANAK ANGKAT Ā Ā Ā bab 30. Serangan Balik

    Flash back On :"Ada apa, Nak? Kenapa belum tidur? Sebentar lagi kan ulang tahun show room kamu? Kenapa malah sedih?" tanya Mami Narendra sambil menyentuh bahu anaknya saat melihat Narendra sedang duduk sendiri di kursi taman belakang rumahnya. Narendra menoleh dan tampak Maminya sedang tersenyum. Tapi di matanya tersirat rasa cemas yang tidak bisa disembunyikan.Lelaki itu ikut tersenyum dan menyentuh tangan sang Ibu yang berada di atas bahunya. Lalu menarik sang ibu untuk duduk di sebelah nya. "Rendra ingin tiduran sejenak di pangkuan Ibu," tutur Rendra lirih sambil meletakkan kepalanya di paha ibunya. Ibunya menghela nafas. "Ada masalah apa? Kenapa sampai membuat kamu tidak bisa tidur?" tanya Ibunya sambil mengelus rambut sang anak. "Lah Mami juga, kenapa belum tidur?""Wah, anak ini, ditanya kok nanya balik. Ibu belum tidur karena rindu pada mendiang ayah kamu.""Hm, sama. Hanya aku juga sedang merindukan seseorang yang masih hidup.""Hesti kan?" tebak Mami Rendra. Rendra men

  • GANCET DENGAN ANAK ANGKAT Ā Ā Ā bab 29. Kericuhan di Showroom

    Adi tertegun melihat Verico yang menghambur ke pelukan Narendra. Ada rasa iri yang menusuk di dalam hatinya. "Verico Sayang, kenapa kamu lebih memilih untuk memeluk Om Narendra?! Kenapa kamu tidak memilih memeluk Papa? Papa juga rindu sama kamu," ujar Adi sambil merentangkan kedua tangannya. Meminta pelukan pada sang anak. "Enggak mau. Papa pernah membuat Mama menangis dan sekarang Papa sudah membuat Om Rendra terluka. Verico nggak mau sama Papa!" seru Verico sambil mengeratkan pelukan pada Rendra.Rendra merasakan bibirnya berkedut nyeri setelah mendapat bogem mentah dari Adi. Tapi lelaki itu menyunggingkan senyumnya. 'Kamu terlalu mudah emosi, Di. Sekarang kamu lihat kan bahkan anak kamu pun menjauhi kamu,' bisik Narendra dalam hati. Adi mengepalkan tangannya. "Verico, ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Om Rendra itu jahat. Dia punya niat tidak baik pada mu dan Mama.""Adi."Terdengar suara Papi Hesti memanggil nama mantan menantunya. Adi menoleh. "Pi, apa Papi juga akan me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status