Share

Bab 7

Mendengar perkataan Rian, tentu saja membuat Ellea cukup gelagapan. Namun sebisa mungkin Ellea tetap menguasai diri. Jangan sampai adik iparnya itu tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan rumah tangganya.

"Enggak ada, Rian! Kamu jangan asal menebak. Mana mungkin Mas Reno meminta aku pulang cepat sementara keadaanku belum benar-benar pulih. Ini semua murni karena keinginanku. Bukan karena paksaan dari siapa pun," sangkal Ellea tak ingin kalau Rian mencurigai suaminya.

Rian hanya diam saja dengan tatapan yang sulit diartikan. Sudah jelas jika lelaki itu tak percaya dengan apa yang Ellea katakan. Namun sebisa mungkin Rian diam saja karena tak ingin membuat Ellea tak nyaman.

"Hem, baiklah. Kalau kamu memang ingin pulang, ayo kita pulang!" ajak Rian tak ingin banyak berdebat. Terlebih Ellea yang masih dalam keadaan lemah harus segera istirahat.

"Ah tidak usah, Rian. Kamu tidak perlu mengantarku. Emm, kalau boleh aku pinjam saja uang untuk ongkos taksi. Aku tidak ingin ada kesalahpahaman apa pun yang mungkin terjadi kalau kita pulang berdua," tolak Ellea benar-benar tak ingin kalau sampai Reno lebih salah paham lagi.

"Apa kamu lupa ini jam berapa, Ellea? Mana ada taksi yang lewat jam segini, hah? Kalau pun ada, bisa saja itu taksi bodong yang digunakan para perampok untuk mencari mangsa. Tolong jangan bandel tentang hal ini. Aku tidak ingin ada hal buruk yang terjadi padamu, Ellea. Jadi aku mohon berhenti bersikap keras kepala!" ucap Rian tak akan mau mengizinkan Ellea pergi sendiri.

"Ta-tapi aku …."

"Sudah, biar aku yang mengantarmu. Aku tidak ingin sampai ada hal buruk yang terjadi padamu. Bagaimanapun juga, kamu tanggung jawabku sekarang, El, karena hanya aku yang ada di sini," ucap Rian tak ingin Ellea membantahnya lagi.

Melihat Ellea terdiam, Rian segera menarik tangan wanita itu untuk segera pergi dari sana. Takut juga kalau sampai Ellea kembali keras kepala dan ingin nyelonong pulang sendirian.

Kebetulan tadi Rian sudah meminta orang kepercayaannya untuk mengantarkan mobil ke sana. Jadi, Rian tak perlu pusing lagi mencari kendaraan apalagi mengingat waktu yang harusnya semua orang sedang asik dengan mimpi mereka.

Dengan penuh perhatian Rian membantu Ellea masuk ke dalam mobil. Setelah posisi wanita itu nyaman, Rian pun ikut menyusul masuk ke dalam. Namun baru saja Rian akan menyalakan mobil, Ellea tampak mencekal pergelangan tangannya.

"Berjanjilah kamu hanya akan mengantarku sampai gerbang saja, Rian," ucap Ellea dengan tatapan mata yang berkaca-kaca.

"Kenapa, El? Aku ingin memastikan kamu baik-baik saja sampai masuk ke dalam rumah," ujar Rian tak mengerti kenapa kakak iparnya meminta hal yang aneh.

"Tidak akan ada yang menyakiti aku saat aku sudah di pelataran rumah, Rian. Aku hanya tidak ingin Mas Reno marah dan salah paham pada kita. Aku mohon, jangan keras kepala lagi," ucap Ellea penuh permohonan.

Rian tampak menghela napas kasar. Tatapannya tak lepas dari wajah wanita yang pernah mengisi relung hatinya, bahkan mungkin sampai sekarang pun Ellea masih ada di sana. Wanita itu begitu sendu saat ini. Entah apa yang terjadi hingga membuat Ellea seperti itu.

"Baiklah, aku akan mengantar kamu hanya sampai gerbang saja. Aku janji tidak akan membuat kamu dalam masalah," sahut Rian tak punya pilihan selain menyetujui apa yang diinginkan oleh Ellea.

"Terima kasih, Rian. Terima kasih karena kamu sudah mau mengerti aku," ucap Ellea dengan senyum kecil yang menghiasi bibirnya.

Rian hanya menganggukan kepala sebagai jawaban. Ingin sekali Rian merengkuh tubuh wanita di sampingnya. Namun apalah daya, bukan jarak yang menjauhkan mereka. Namun status lah yang tak pantas untuk Rian melakukan itu.

Ellea pun kembali menegakkan tubuhnya begitu Rian setuju untuk mengantarkannya hanya sampai gerbang saja. Setidaknya itu akan membuat Reno tak curiga dengan siapa dia pulang.

Kalau sampai Reno tahu kalau Ellea pulang bersama Rian, maka sudah bisa dipastikan lelaki itu akan kembali menggila.

Sedangkan Rian yang melihat Ellea kembali terdiam dan duduk dengan tenang, segera melajukan mobilnya meninggalkan pelataran rumah sakit.

Sejuta tanya masih menggunung di benak Rian tentang apa yang sudah terjadi. Namun, Rian juga bingung harus mulai bertanya dari mana. Apalagi, Ellea pasti tidak akan menjawabnya.

Entah Masalah apa yang sebenarnya sudah menimpa Ellea dan Reno. Rian yakin ada sesuatu yang sudah terjadi. Apalagi Kakaknya yang sampai melakukan kekerasan padahal lelaki itu tampak begitu manis setiap mereka kumpul keluarga, terasa aneh tiba-tiba berubah kasar kalau Ellea tak melakukan kesalahan.

"El, sebenarnya apa yang sudah terjadi? Apa yang kamu lakukan sampai memancing kemarahan Kak Reno?" tanya Rian gatal juga ingin bertanya.

Ellea yang sedang asik melamun menatap pemandangan gedung perkotaan di luar sana, langsung menoleh begitu mendengar pertanyaan Rian.

Tatapannya begitu lekat menatap mata Rian. Namun, sepertinya Ellea tak memiliki niatan untuk menjawab pertanyaan lelaki itu.

"Katakan, El, apa yang sudah terjadi? Kenapa Kak Reno yang selama ini begitu mencintai kamu bisa tiba-tiba kasar? Kesalahan besar apa yang sudah kamu lakukan hingga memancing amarahnya? Tidak mungkin kan, Kak Reno tiba-tiba marah besar seperti itu kalau kamu tidak melakukan kesalahan?" tanya Rian seakan memojokkan Ellea.

Bukan karena Rian ingin menyalahkan wanita itu sepenuhnya tentang apa yang terjadi. Namun, Rian hanya ingin agar Ellea bisa melakukan pembelaan diri.

Karena hanya dengan pancingan itu Rian berharap Ellea akan bersuara. Bagaimanapun juga, siapa pun tak akan ada yang ingin disalahkan. Pasti mereka akan mengeluarkan pembelaan diri, termasuk Ellea juga.

Namun, dugaan Rian sepertinya salah. Ellea hanya mendesah kecil seolah ada beban berat yang saat ini menghimpit hatinya.

Tentu itu membuat Rian mengalihkan pandangan pada wanita itu. Mencoba mencari tahu tentang apa yang terjadi pada wanitanya.

"Ada apa, El? Katakan sesuatu!" pinta Rian benar-benar penasaran apa yang terjadi antara Kakak dan juga Kakak iparnya.

"Tidak seharusnya kamu mencoba mengorek masalah yang terjadi di antara kakakmu dan istrinya. Itu ranah privasi, Rian. Tidak ada seorangpun yang berhak ikut campur," jawab Ellea begitu menohok.

Rian langsung terdiam mendengar jawaban Ellea. Malu! Itulah yang saat ini Rian rasakan. Meskipun niat Rian baik, tapi apa yang dikatakan Ellea benar. Tak seharusnya Rian ikut campur dalam masalah ini.

Hingga setelah beberapa saat berkendara, akhirnya Rian tiba juga di depan gerbang rumah Ellea. Ellea pun segera turun dari mobil setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih.

Ellea terus menyeret langkahnya yang masih lemah untuk masuk ke dalam rumah. Sepertinya memang Reno tak mengunci pintu karena tahu Ellea akan pulang.

Namun, begitu sampai di ruang keluarga, Ellea terpaku menatap pakaian yang berserakan di lantai. Perlahan Ellea berjalan memungut gaun tidur yang berada di hadapannya dengan perasaan yang semakin tidak menentu.

"Siapa lagi yang kamu bawa, Mas?" lirih Ellea penuh kesedihan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status