Geovane membaca berkas perusahaan di tangannya dengan saksama. Mengabaikan sosok Shafita yang duduk di sofa yang ada di ruangannya. Baginya, tidak ada yang bisa mengganggunya ketika bekerja, bahkan seorang Shafita sekalipun.
Tanggung jawab adalah sesuatu yang mencirikan seberapa tinggi pendidikan yang seseorang emban. Namun, bukan pendidikan formal yang menghasilkan selembar ijazah yang Geovane maksudkan, melainkan sebuah didikan yang diberikan oleh diri sendiri untuk menjalani kehidupan.
Menurut Geovane, dan ia yakin bahwa pendapatnya adalah benar, yakni tanggung jawab seseorang pada dirinya sendiri adalah tolak ukur apakah seseorang tersebut mampu mengemban tanggung jawab lain atau tidak.Jika seorang pria tidak bertanggungjawab pada dirinya sendiri, maka bagaimana ia akan bertanggung jawab pada anak dan istrinya nanti?
Tanggung jawab sudah diterapkan dalam hidupnya sejak ia kecil. Geovane tidak hidup dalam kemudahan. Hidupnya yang dulu miskin mengantarkannya pada lika-liku kehidupan yang sangat rumit dan berat untuk dijalani. Tidak ada kebebasan waktu untuk bermain, karena sejak kecil ia sudah dituntut untuk dapat mencari uang sendiri.
Di usianya yang masih enam tahun, Geovane sudah harus memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa makan di hari esok. Belum lagi ketika ia mulai masuk ke sekolah dasar, setiap malam ia berpikir bagaimana caranya agar ia bisa membeli sepatu dan seragam baru yang warna putihnya masih bersih. Tidak seperti seragamnya yang merupakan pemberian tetangga di sebelah rumahnya.Dan pastinya, seragam yang ia dapatkan tersebut bukanlah seragam baru, melainkan seragam bekas pakai anaknya selama enam tahun.
Sangat wajar bila seragam itu tidak berwarna putih bersih, melainkan putih gading.
Dimulai dari hari itu, Geovane merangkai cita-cita yang sangat sederhana, yaitu ia ingin bisa membeli seragam baru. Hal tersebut ia realisasikan dalam bentuk usaha, karena dirinya tahu jika hanya ada keinginan dalam hati tanpa adanya usaha yang dilakukan secara nyata maka tidak akan ada yang berubah sama sekali.Keinginannya hanya akan menjadi sesuatu yang terpendam dalam hatinya, atau hanya akan menjadi sesuatu yang terucap dari mulutnya.Semangat juang dan kobaran api semangat untuk menjadi orang sukses memang sudah terpancar dalam diri Geovane sejak kecil. Karena ternyata, pedihnya jalan hidup yang dilalui selalu menyisakan pelajaran yang sangat berharga.Hingga kini Geovane masih belum mau mengalihkan pandangannya dari kertas. Tetapi beberapa detik kemudian ia mengalihkan pandangannya ketika seorang wanita dengan lancangnya duduk di atas meja kerjanya. Bahkan wanita tersebut tidak merasa malu karena sebab itu kaki jenjangnya bisa terekspos dengan sempurna.Geovane tersenyum tipis melihatnya. Wanita adalah salah satu pencapaian seorang pria. Dan Geovane ingin menunjukkan pada dunia bahwa kini anak kecil yang hidup dalam kemiskinan dulu sudah menjadi pria paling berpengaruh yang bisa menaklukkan hati seorang wanita tanpa perlu bersusah payah. Bahkan tanpa perlu berusaha sekalipun maka wanita-wanita akan datang sendiri menghampirinya.Salah satu tips yang selalu Geovane berikan ketika menghadiri sebuah seminar yang membuatnya harus menjadi motivator adalah, ia akan memberikan sebuah tips jitu pada setiap pria muda yang menjadi pendengarnya. Sebuah tips yang ia dapatkan berdasarkan pengalaman pribadi yang ia lalui. Yaitu, carilah uang sebanyak-banyaknya, dan fokus. Tidak perlu memikirkan bagaimana cara mendapatkan hati seorang wanita. Karena ketika uang sudah masuk ke dalam saldo, maka wanita akan datang dengan sendirinya. Entah itu wanita baik yang ingin pria mapan, atau wanita yang datang hanya untuk meminta sumbangan dengan cara yang nakal.“Jadi bagaimana menurutmu soal proyek yang ditawarkan oleh perusahaan WiraCorp? Apa kau sudah selesai membaca berkasnya? Jika belum biar aku membantumu untuk memahaminya, aku akan menjelaskannya dengan senang hati.”Geovane tersenyum miring seraya mendongak untuk menatap Jesslyn yang lancang menduduki meja kerjanya. Namun, ia sama sekali tidak mempermasalahkan perihal itu. Hal seperti ini bukan sesuatu yang baru terjadi pertama kali. Jika Geovane tidak salah menduga, hampir setiap hari Jesslyn melakukannya.“Tentu saja tidak perlu kau melakukan itu. Apa kau meragukan kemampuan otakku? Jangankan berkas satu proyek, seribu proyek dengan berbagai perbedaan pun dapat aku pahami dengan mudah. Hanya membutuhkan satu kedipan mata saja.” Geovane tersenyum sensual pada Jesslyn, dan wanita itu terlebih dahulu yang melakukan hal tersebut.Jika perlu disebutkan bagaimana ciri-ciri wanita penggoda, maka semua yang disebutkan ada pada diri Jesslyn. Cara wanita itu berpakaian, berbicara, menatap lawan jenis, dan bagaimana caranya tersenyum akan membuat banyak pria hidung belang terpedaya.Untungnya, Geovane tidak termasuk ke dalam salah satunya. Walau harus diakui bahwa bagaimana dirinya dan Jesslyn bersikap tidaklah seperti rekan kerja pada umumnya. Jelas ada perbedaan yang sangat kentara dari caranya memperlakukan Jesslyn dengan karyawati lain.“Tentu aku sama sekali tidak sedang meragukanmu, aku hanya sedang berusaha untuk mendekatimu. Aku tahu kau sangat jenuh bekerja, tidakkah kau merasa bahwa kau membutuhkan wanita yang bisa kau ajak bicara mengenai bisnis?” tanya Jesslyn tanpa tahu malu. Dan parahnya ia menyisipkan sebuah sindiran di akhir kalimatnya.Geovane sangat tahu jika Jesslyn sedang berusaha untuk menyinggung Shafita yang sama sekali tidak mengerti bisnis. Apalagi Shafita tidaklah termasuk ke dalam jajaran wanita yang memiliki tingkat kepintaran yang tinggi dalam bidang akademik. Sangat berbeda jauh dengan Jesslyn yang merupakan lulusan terbaik dari salah satu universitas kenamaan di luar negeri. Tapi, itu tidak membuat Geovane berusaha membela Shafita sama sekali.Padahal dari sudut matanya ia bisa melihat gurat kesedihan yang dipancarkan oleh kekasihnya tersebut.“Kau tahu bahwa aku tidak membutuhkan wanita cerdas untuk berada di sisiku, karena aku sudah merasa cukup cerdas untuk menjalani hidup dan menjalankan bisnisku,” balas Geovane dengan senyum tipis. Tidak ada niatan untuknya membela Shafita, tetapi wanita itu tersenyum setelah mendengar kalimatnya.Geovane kembali memandang ke arah Jesslyn yang tampak sedikit sebal, namun wanita berpakaian terbuka itu mencoba untuk menutupinya dengan senyum kepalsuan. “Baiklah, aku tahu kau pria yang tidak membutuhkan siapa pun untuk menunjang hidupmu dalam hal apa pun.”“Ya, tapi banyak orang yang membutuhkan diriku untuk menunjang hidup mereka.” Geovane kembali menatap kertas yang ada di tangannya dan memilih untuk mengabaikan Jesslyn yang masih saja betah duduk di atas mejanya.Jesslyn berpura-pura kaget dan berkata, “Upssss! Apa kau sedang berusaha untuk menyindir seseorang yang menumpang hidup padamu di sini?”Geovane memicingkan matanya, ia tahu siapa yang dimaksud oleh Jesslyn. Sekretarisnya tersebut memang gemar untuk mencari keributan pada Shafita, selalu saja mencari gara-gara hanya untuk memancing emosi Shafita yang jarang sekali meledak-ledak.Seperti saat ini, Shafita hanya mendelikkan matanya ke arah Jesslyn dengan tajam, tapi mulutnya tetap terkunci dan tidak mengatakan apa-apa. Padahal jika sekarang Shafita marah dan memaki Jesslyn pun maka Geovane tidak akan keberatan sama sekali.“Betul sekali, karena orang-orang yang kumaksud adalah para pekerjaku, dan itu termasuk kau, Jess.”Di tempatnya, Shafita tertawa ringan setelah mendengar penuturan kekasihnya. Jelas sekali jika Jesslyn sangat tersinggung dengan apa yang diucapkan oleh Geovane sebagai jawaban.Detak jarum jam terdengar begitu nyaring, tetapi tidak sampai memekakkan telinga. Tidak lagi berada di kantor tidak membuat seorang Geovane Gabriel Priangan berhenti bekerja.Nyatanya meski kini ia duduk manis di atas sofa yang ada di kamar pribadinya, tangannya tetap bergerak dengan lincah di atas papan keyboard dan mengetikkan berbagai kalimat yang mana akan menentukan kesuksesan setiap proyek yang dijalankan oleh perusahaannya.Geovane mendesah lelah setelah mulai merasakan pegal-pegal di sekitar pinggang dan punggungnya. Rasanya ia ingin berbaring, tapi meninggalkan pekerjaan bukanlah kebiasaannya. Namun, bila ia menunggu waktu untuk selesai lantas baru beristirahat, maka ia tidak akan pernah mendapatkan waktu istirahatnya.Pekerjaannya tidak pernah selesai, selalu ada hal-hal baru yang ia harus kerjakan. Sebenarnya, Geovane bisa membayar orang lain untuk mengerjakan semua tugas-tugas yang harus dikerjakannya. Hanya saja ia merasa tidak c
Angin malam yang menusuk kulit hingga menembus tulang tak pernah menyurutkan semangat dalam diri Geovane. Setiap malam ia jadikan waktu untuknya mengenang masa kecil yang suram. Bersama dengan seorang pria kepercayaannya, Geovane berjalan kaki dengan pakaian santai yang tak akan membuat siapa pun berpikir bahwa dirinya adalah pria terkaya di Indonesia.Ia benar-benar tampil sederhana, walau tetap saja pakaian yang digunakan oleh tubuhnya tidaklah bernilai murah. Hanya saja, modelnya yang sederhana dan tampilannya yang banyak ditemui di pasar-pasar kota akan membuat orang lain menilainya sebagai sosok yang biasa saja.“Tuan Geovane, aku tidak berpikir bahwa kita akan menemukan anak-anak kurang beruntung di sekitar sini.” Itu adalah kalimat yang dilontarkan oleh Justin Jovano, tangan kanannya yang merupakan kakak kandung dari Jesslyn. Dua orang bersaudara tersebut memang dianugerahi kecerdasan, hingga mereka dengan mudah dapat bekerja padanya.
Geovane tersenyum miring melihat ke arah kumpulan anak muda yang kini menatap ke arahnya. Dia mengangkat sebelah alisnya seolah mempertanyakan apakah yang dikatakan olehnya sudah benar atau belum. Geovane sengaja menyebut bahwa dirinya tidak senang menyia-nyiakan diri sebagai sindiran halus yang diberikan olehnya untuk anak-anak jalanan tersebut.Tidakkah mereka merasa sayang pada tubuh mereka sendiri? Ketika ribuan orang berpenyakit berusaha untuk sembuh bahkan rela memberikan seluruh harta kekayaannya demi untuk mencapai kesehatan, lantas mengapa anak-anak muda seperti mereka yang seharusnya menjadi generasi penerus bangsa justru malah menyia-nyiakan diri mereka dengan mengonsumsi minuman yang akan tubuh mereka teracuni?“Apakah aku salah berkata?” tanya Geovane dengan tersenyum sombong. Ia menatap remeh anak-anak jalanan yang masih duduk melingkar di bawah kakinya.Seorang pemuda menjawab, “Kau tidak perlu ikut campur masal
“Kau bertanya apa untungnya bagi kalian jika aku adalah orang terkaya di Indonesia?” tanya Geovane dengan mulut yang terbuka setelahnya, terperangah meligat reaksi William si anak jalanan yang bisa-bisanya bertingkah biasa saja ketika mengetahui bahwa ada pria terkaya di Indonesia yang tengah berdiri di hadapannya.“Ya, memangnya apa keuntungan bagi kami jika kau adalah pria terkaya di negara ini? Bahkan jika kau adalah pria terkaya di planet bumi sekalipun, apa untungnya bagi kami?” timpal seorang anak jalanan lainnya yang bernama Derek. Anak muda tersebut memiliki penampilan yang lebih rapi dari kawanannya.Pakaian yang dikenakan oleh Derek cukup terbilang bagus jika dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. Kemeja biru muda polos yang cocok ketika dipasangkan pada tubuhnya yang berlapis kulit putih. Celananya pun tidak banyak robek di sana-sini. Penampilannya cukup kontras jika dibandingkan dengan teman-temannya yang memakai k
Jika saja wanita paling sabar di dunia diurutkan namanya, maka nama Shafita pasti akan menempati nomor urut pertama. Selama Geovane mengenal Shafita sejak masa Sekolah Menengah Pertama, ia sudah melihat dengan jelas bagaimana kesabaran yang dipancarkan oleh wanita tersebut. Saat masa sekolah dulu, Shafita tidak tergolong sebagai siswi yang mempunyai teman dalam jumlah banyak. Jika Geovane tidak salah mengingat, Shafita tidak memiliki teman dekat lebih dari dua orang. Itu pun, sangat jarang menjalin kebersamaan. Shafita lebih banyak menghabiskan waktunya sendirian. Dia bukanlah seorang kutu buku yang senang menyendiri dan hanya ditemani oleh sebuah buku yang hanya berisi tulisan, tetapi Shafita adalah orang yang gemar menyendiri dan hanya menghabiskan waktunya untuk diri sendiri. Wanita penyabar tersebut tidak tampak terganggu dengan perilakunya tersebut, dia sangat menikmati setiap waktu kesendiriannya. Shafita pun merupakan pribadi yang sangat se
Geovane tidak merasa ataupun berpikir bahwa Shafita merupakan wanita yang sempurnya. Karena ia tahu jika di dunia ini tidak ada yang benar-benar hidup tanpa cela dan kekurangan. Lagi pula, Geovane sama sekali tidak membutuhkan wanita yang sempurna dan serba bisa.Karena, Geovane bisa melakukan apa pun untuk dirinya sendiri.Salah satunya dalam bidang memasak. Shafita sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Dan itu sangat berbanding terbalik dengan sosok Geovane yang pandai meracik makanan.Jika sudah begini, Shafita yang bingung untuk menemukan kekurangan yang ada dalam diri kekasihnya tersebut.Dan memang Geovane sama sekali tidak mengharapkan jika Shafita menemukan kekurangannya. Tampan, tajir, dan multitalenta. Bukankah hal tersebut sangat sempurna untuk didengarkan?Apa lagi yang wanita cari dari seorang pria selain ciri-ciri yang Geovane miliki?Geovane tidak ingin menganggap dirinya sempurna, tetapi
Merupakan hal lumrah bagi Shafita untuk menjadikan rumahnya sebagai tempat pertemuan para kolega bisnis. Tidak, ini bukan kolega bisnis yang dimilikinya. Karena sangat jelas jika dirinya bukanlah wanita yang memiliki karier melejit. Shafita hanya wanita biasa yang menghabiskan waktunya di dalam rumah dengan kegiatan yang tentu semua orang akan bisa membayangkannya seperti apa. Bukan pula kolega bisnis kedua orang tuanya. Karena, walaupun ia tidak terlahir dari keluarga yang patut dikatakan miskin, dirinya pun tidak terlahir dari keluarga yang pantas untuk disebutkan kaya raya. Shafita biasa menyebutnya sedang-sedang saja. Ia hidup dalam porsi yang pas tanpa kelebihan ataupun kekurangan suatu apa pun. Dan yang telah berada di dalam rumahnya sejak tiga puluh menit yang lalu adalah kolega bisnis dari Geovane. Jumlahnya sekitar tujuh orang. Empat orang di antara mereka adalah pria dan tiga orang lainnya berjenis kelamin wanita yang mana Shafita tebak meru
Jika diperhatikan secara lebih mendalam, laporan yang dibuat oleh Jesslyn masih dan selalu saja ada kesalahan. Namun, entah mengapa sampai sekarang Geovane masih saja mempertahankan wanita tersebut yang padahal jika dinilai dari kinerjanya maka Jesslyn bukanlah karyawan yang patut untuk dipertahankan.Wanita tersebut lebih banyak menghabiskan waktu untuk berusaha menarik perhatian dan mendekati Geovane. Dan Geovane sendiri tidak menyukai tabiat Jesslyn yang seperti itu tetapi juga tidak melarangnya. Sekarang, keningnya berkerut-kerut karena membaca laporan yang dituliskan oleh Jesslyn. Yang diterimanya kini bukanlah data perusahaan, melainkan data keuangannya pribadi yang dikelola oleh seorang akuntan.Sebelum memberikan laporannya secara langsung pada Geovane, seorang akuntan yang bekerja padanya akan mengirimkan laporan dalam bentuk yang masih kasar untuk selanjutnya diserahkan pada Jesslyn yang akan membuatkan laporan akhir. Sebenarnya tugas tersebut masih tanggung