Share

Sekretaris Penggoda 2

Geovane membaca berkas perusahaan di tangannya dengan saksama. Mengabaikan sosok Shafita yang duduk di sofa yang ada di ruangannya. Baginya, tidak ada yang bisa mengganggunya ketika bekerja, bahkan seorang Shafita sekalipun.

Tanggung jawab adalah sesuatu yang mencirikan seberapa tinggi pendidikan yang seseorang emban. Namun, bukan pendidikan formal yang menghasilkan selembar ijazah yang Geovane maksudkan, melainkan sebuah didikan yang diberikan oleh diri sendiri untuk menjalani kehidupan.

Menurut Geovane, dan ia yakin bahwa pendapatnya adalah benar, yakni tanggung jawab seseorang pada dirinya sendiri adalah tolak ukur apakah seseorang tersebut mampu mengemban tanggung jawab lain atau tidak.

Jika seorang pria tidak bertanggungjawab pada dirinya sendiri, maka bagaimana ia akan bertanggung jawab pada anak dan istrinya nanti?

Tanggung jawab sudah diterapkan dalam hidupnya sejak ia kecil. Geovane tidak hidup dalam kemudahan. Hidupnya yang dulu miskin mengantarkannya pada lika-liku kehidupan yang sangat rumit dan berat untuk dijalani. Tidak ada kebebasan waktu untuk bermain, karena sejak kecil ia sudah dituntut untuk dapat mencari uang sendiri.

Di usianya yang masih enam tahun, Geovane sudah harus memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa makan di hari esok. Belum lagi ketika ia mulai masuk ke sekolah dasar, setiap malam ia berpikir bagaimana caranya agar ia bisa membeli sepatu dan seragam baru yang warna putihnya masih bersih. Tidak seperti seragamnya yang merupakan pemberian tetangga di sebelah rumahnya.

Dan pastinya, seragam yang ia dapatkan tersebut bukanlah seragam baru, melainkan seragam bekas pakai anaknya selama enam tahun.

Sangat wajar bila seragam itu tidak berwarna putih bersih, melainkan putih gading.

Dimulai dari hari itu, Geovane merangkai cita-cita yang sangat sederhana, yaitu ia ingin bisa membeli seragam baru. Hal tersebut ia realisasikan dalam bentuk usaha, karena dirinya tahu jika hanya ada keinginan dalam hati tanpa adanya usaha yang dilakukan secara nyata maka tidak akan ada yang berubah sama sekali.

Keinginannya hanya akan menjadi sesuatu yang terpendam dalam hatinya, atau hanya akan menjadi sesuatu yang terucap dari mulutnya.

Semangat juang dan kobaran api semangat untuk menjadi orang sukses memang sudah terpancar dalam diri Geovane sejak kecil. Karena ternyata, pedihnya jalan hidup yang dilalui selalu menyisakan pelajaran yang sangat berharga.

Hingga kini Geovane masih belum mau mengalihkan pandangannya dari kertas. Tetapi beberapa detik kemudian ia mengalihkan pandangannya ketika seorang wanita dengan lancangnya duduk di atas meja kerjanya. Bahkan wanita tersebut tidak merasa malu karena sebab itu kaki jenjangnya bisa terekspos dengan sempurna.

Geovane tersenyum tipis melihatnya. Wanita adalah salah satu pencapaian seorang pria. Dan Geovane ingin menunjukkan pada dunia bahwa kini anak kecil yang hidup dalam kemiskinan dulu sudah menjadi pria paling berpengaruh yang bisa menaklukkan hati seorang wanita tanpa perlu bersusah payah. Bahkan tanpa perlu berusaha sekalipun maka wanita-wanita akan datang sendiri menghampirinya.

Salah satu tips yang selalu Geovane berikan ketika menghadiri sebuah seminar yang membuatnya harus menjadi motivator adalah, ia akan memberikan sebuah tips jitu pada setiap pria muda yang menjadi pendengarnya. Sebuah tips yang ia dapatkan berdasarkan pengalaman pribadi yang ia lalui. Yaitu, carilah uang sebanyak-banyaknya, dan fokus. Tidak perlu memikirkan bagaimana cara mendapatkan hati seorang wanita. Karena ketika uang sudah masuk ke dalam saldo, maka wanita akan datang dengan sendirinya. Entah itu wanita baik yang ingin pria mapan, atau wanita yang datang hanya untuk meminta sumbangan dengan cara yang nakal.

“Jadi bagaimana menurutmu soal proyek yang ditawarkan oleh perusahaan WiraCorp? Apa kau sudah selesai membaca berkasnya? Jika belum biar aku membantumu untuk memahaminya, aku akan menjelaskannya dengan senang hati.”

Geovane tersenyum miring seraya mendongak untuk menatap Jesslyn yang lancang menduduki meja kerjanya. Namun, ia sama sekali tidak mempermasalahkan perihal itu. Hal seperti ini bukan sesuatu yang baru terjadi pertama kali. Jika Geovane tidak salah menduga, hampir setiap hari Jesslyn melakukannya.

“Tentu saja tidak perlu kau melakukan itu. Apa kau meragukan kemampuan otakku? Jangankan berkas satu proyek, seribu proyek dengan berbagai perbedaan pun dapat aku pahami dengan mudah. Hanya membutuhkan satu kedipan mata saja.” Geovane tersenyum sensual pada Jesslyn, dan wanita itu terlebih dahulu yang melakukan hal tersebut.

Jika perlu disebutkan bagaimana ciri-ciri wanita penggoda, maka semua yang disebutkan ada pada diri Jesslyn. Cara wanita itu berpakaian, berbicara, menatap lawan jenis, dan bagaimana caranya tersenyum akan membuat banyak pria hidung belang terpedaya.

Untungnya, Geovane tidak termasuk ke dalam salah satunya. Walau harus diakui bahwa bagaimana dirinya dan Jesslyn bersikap tidaklah seperti rekan kerja pada umumnya. Jelas ada perbedaan yang sangat kentara dari caranya memperlakukan Jesslyn dengan karyawati lain.

“Tentu aku sama sekali tidak sedang meragukanmu, aku hanya sedang berusaha untuk mendekatimu. Aku tahu kau sangat jenuh bekerja, tidakkah kau merasa bahwa kau membutuhkan wanita yang bisa kau ajak bicara mengenai bisnis?” tanya Jesslyn tanpa tahu malu. Dan parahnya ia menyisipkan sebuah sindiran di akhir kalimatnya.

Geovane sangat tahu jika Jesslyn sedang berusaha untuk menyinggung Shafita yang sama sekali tidak mengerti bisnis. Apalagi Shafita tidaklah termasuk ke dalam jajaran wanita yang memiliki tingkat kepintaran yang tinggi dalam bidang akademik. Sangat berbeda jauh dengan Jesslyn yang merupakan lulusan terbaik dari salah satu universitas kenamaan di luar negeri. Tapi, itu tidak membuat Geovane berusaha membela Shafita sama sekali.

Padahal dari sudut matanya ia bisa melihat gurat kesedihan yang dipancarkan oleh kekasihnya tersebut.

“Kau tahu bahwa aku tidak membutuhkan wanita cerdas untuk berada di sisiku, karena aku sudah merasa cukup cerdas untuk menjalani hidup dan menjalankan bisnisku,” balas Geovane dengan senyum tipis. Tidak ada niatan untuknya membela Shafita, tetapi wanita itu tersenyum setelah mendengar kalimatnya.

Geovane kembali memandang ke arah Jesslyn yang tampak sedikit sebal, namun wanita berpakaian terbuka itu mencoba untuk menutupinya dengan senyum kepalsuan. “Baiklah, aku tahu kau pria yang tidak membutuhkan siapa pun untuk menunjang hidupmu dalam hal apa pun.”

“Ya, tapi banyak orang yang membutuhkan diriku untuk menunjang hidup mereka.” Geovane kembali menatap kertas yang ada di tangannya dan memilih untuk mengabaikan Jesslyn yang masih saja betah duduk di atas mejanya.

Jesslyn berpura-pura kaget dan berkata, “Upssss! Apa kau sedang berusaha untuk menyindir seseorang yang menumpang hidup padamu di sini?”

Geovane memicingkan matanya, ia tahu siapa yang dimaksud oleh Jesslyn. Sekretarisnya tersebut memang gemar untuk mencari keributan pada Shafita, selalu saja mencari gara-gara hanya untuk memancing emosi Shafita yang jarang sekali meledak-ledak.

Seperti saat ini, Shafita hanya mendelikkan matanya ke arah Jesslyn dengan tajam, tapi mulutnya tetap terkunci dan tidak mengatakan apa-apa. Padahal jika sekarang Shafita marah dan memaki Jesslyn pun maka Geovane tidak akan keberatan sama sekali.

“Betul sekali, karena orang-orang yang kumaksud adalah para pekerjaku, dan itu termasuk kau, Jess.”

Di tempatnya, Shafita tertawa ringan setelah mendengar penuturan kekasihnya. Jelas sekali jika Jesslyn sangat tersinggung dengan apa yang diucapkan oleh Geovane sebagai jawaban.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status