Home / Romansa / GEOVANE / Sekretaris penggoda

Share

Sekretaris penggoda

Author: Broken Flower
last update Last Updated: 2021-08-28 21:49:04

Sisa perjalanan menuju kantor milik Geovane dilalui dengan keheningan yang sangat kentara. Shafita larut dalam lamunannya sendiri. Berbeda dengan Geovane yang menatap jalanan yang ia lalui dengan pandangan yang tajam. Dia memang seperti itu, tidak pernah melakukan sesuatu dengan sia-sia. Bukan sembarang menatap jalan raya, kepalanya sedang berpikir keras mengenai proyek pembuatan jalan raya di Bali yang melibatkan pemerintah.

Proyek tersebut sudah berjalan selama delapan bulan dan direncanakan akan selesai dalam waktu tiga bulan ke depan. Selama proyek tersebut berjalan, terhitung ada tiga orang yang tewas. Hal tersebut membuat sebuah kabar buruk yang menyatakan bahwa proses pembuatan jalan raya tersebut memakan korban jiwa sebagai tumbal. Padahal, jelas itu merupakan berita yang salah.

Tidak ada tumbal, sesajen, seserahan, atau apa pun orang lain menyebutnya. Mereka meninggal karena memang sudah waktunya. Begitulah sekiranya yang dipikirkan oleh Geovane. 

Lagi pula ketiga pekerja tersebut mempunyai alasan yang jelas menjelang kematian. Satu di antara mereka mengalami kecelakaan kerja, tepatnya terjatuh di atas aspal yang masih panas hingga membuat tubuhnya terluka parah. Sedangkan dua orang lainnya meninggal karena sakit yang mereka derita.

Jadi, sangat jelas jika berita mengenai tumbal adalah salah besar.

Geovane mengalihkan pandangannya pada Shafita setelah mobil yang dikendarai oleh sopir pribadinya terhenti. Sopir yang bekerja padanya bukanlah orang sembarangan, pria itu tidak hanya lihai dalam mengendarai kendaraan roda empat, ia pun pandai dalam bela diri dan mengacungkan senjata. Semua yang bekerja padanya memang dituntut harus memiliki kemampuan khusus, walau sebenarnya kemampuan Geovane sendiri sudah sangat mumpuni hingga ia tidak lagi membutuhkan bantuan orang lain untuk melindungi diri.

Namun, lagi-lagi gengsi yang membuatnya memberikan pengawalan yang ketat untuk dirinya sendiri. Geovane ingin dikenal sebagai pria beruntung yang kaya raya dan disegani banyak orang. Apa yang dipakainya, dan apa yang ada di sekitarnya haruslah menunjukkan kelas yang tinggi.

“Apa kau yakin bahwa kau ingin ikut ke dalam kantor?” tanya Geovane sekali lagi untuk memastikan. Bukan tanpa alasan ia melakukan itu, pasalnya setiap kali Shafita datang ke kantornya maka selalu ada keributan terjadi meski Geovane tahu keributan tersebut bukan diawali oleh Shafita.

Dalam perjalanannya, Shafita mempunyai sejarah yang buruk dengan sekretarisnya. Dan tentu saja hal tersebut bukan tanpa alasan, hubungan keduanya memburuk seiring dengan kedekatan yang terjalin di antara Geovane dengan sekretarisnya tersebut.

Tidak ada hubungan yang jelas antara Geovane dengan sekretarisnya tersebut, tetapi sangat jelas jika hubungan mereka tidaklah biasa. Tidak sewajar rekan kerja pada umumnya.

“Sepertinya kau tidak ingin aku masuk ke dalam kantormu? Hal itu membuatku semakin ingin masuk saja, apa ada sesuatu di dalam yang tidak boleh aku lihat? Atau ada sesuatu yang ingin kau lakukan dengan Jesslyn yang tidak boleh aku ketahui?” Shafita sengaja berujar dengan sinis.

Dan tanpa menunggu jawaban, ia lebih dulu turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam gedung bertingkat tinggi yang sangat megah dan mewah.

Geovane benar-benar pria yang sangat sukses, Shafita atau siapa pun tidak bisa menampik hal tersebut. Tetapi bukan hal tersebut yang membuat Shafita mau untuk terus berada di samping pria itu, melainkan karena ia sangat mencintanya dengan segala ketulusan yang ia punya.

Sedangkan Geovane tersenyum tipis melihat tingkah menggemaskan dari kekasihnya tersebut. Terkadang ia merasa jika Shafita terlihat lebih menarik ketika wajahnya memerah karena cemburu, bukan karena malu.

Biasanya akan ada seseorang yang membukakan sabuk pengaman di tubuhnya, tetapi kali ini Geovane memutuskan untuk melakukannya sendiri. Pintu mobilnya yang sudah dibuka dengan cara yang kasar oleh Shafita ditahan oleh seorang pengawal, karena jika tidak ditahan maka pintu itu akan otomatis tertutup.

Geovane memasang wajah angkuh, seperti biasanya. Ia berdiri tegap ketika seorang karyawati di kantornya menghampirinya dan membenarkan letak pakaiannya agar terlihat sangat rapi. Tidak lama kemudian karyawati tersebut berjongkok dan mengeluarkan sebuah kertas tisu dan mengelap kedua sepatu yang dikenakan oleh Geovane, padahal sepatunya tersebut masih dalam keadaan baik-baik saja.

Dari jauh, Shafita memperhatikan itu semua itu dengan jengah. Bahkan dengan beraninya wanita itu menjulurkan lidahnya ke arah Geovane. Untung saja wajah Geovane itu terlatih, jadi mimik wajahnya bisa tetap datar di saat ia ingin tertawa.

Setelah selesai, Geovane langsung melangkahkan kakinya menghampiri Shafita. Tangannya secara otomatis langsung melingkari pinggang ramping wanita tersebut. Lalu keduanya berjalan beriringan menuju sebuah lift yang dibuat khusus untuk Geovane dan orang-orang pilihannya.

Semua orang menunduk setiap kali berpapasan dengan Geovane, bahkan banyak di antara mereka yang sengaja menghentikan langkah agar bisa memberikan hormat pada pria terkaya di Indonesia tersebut.

Sesekali Shafita membalas mereka dengan senyum penuh ketulusan yang sering kali ia berikan kepada siapa pun. Hal tersebut jelas berbanding terbalik dengan Geovane yang mengangkat dagunya tinggi-tinggi, menandakan perbedaan yang jelas antara dirinya dengan orang-orang yang bekerja di perusahaannya.

Ketika keduanya telah berada di dalam lift, Shafita menyenggol perut kekasihnya tersebut dengan keras. Karena ia tahu jika Geovane tidak merasa kesakitan sama sekali. “Seharusnya kau bersikap lebih ramah pada karyawanmu. Kau bukan siapa-siapa tanpa mereka!”

Terdengar tawa ironis dari Geovane, pria itu memandang wajah Shafita dengan remeh. “Sepertinya kau salah, Sayang. Mereka yang bukan siapa-siapa tanpaku. Mungkin mereka akan menjadi pengangguran yang menjadi beban keluarga dan negara bila tidak bekerja di perusahaanku. Dan jangan lupakan bahwa upah yang kuberikan pada mereka lebih besar dari standar yang seharusnya mereka dapatkan.”

Geovane kembali mengalihkan pandangannya, menurutnya Shafita adalah wanita yang berbeda dari wanita-wanita lain yang ada di hidupnya. Wanita yang berhasil mendapatkan status yang jelas dari Geovane tersebut sering kali tidak sejalan dengan pola berpikir dan gaya hidup yang Geovane jalankan.

Bahkan, wanita itu lebih sering menentang setiap perilakunya. Namun, tentu saja itu sama sekali tidak berpengaruh apa pun pada Geovane. Ia tetap pada pendiriannya dan gaya hidupnya.

Tepat ketika pintu lift kembali terbuka yang menandakan bahwa mereka telah sampai di lantai yang mereka tuju, Geovane langsung melepaskan pinggang Shafita. Ia berjalan ke luar terlebih dahulu dan meninggalkan kekasihnya.

Tak lama, ada seorang wanita berpakaian seksi yang menyambut kehadirannya. Bukan hanya sekedar sambutan biasa, tetapi ada pelukan hangat yang menyertai ucapan selamat datang tersebut. Dan Geovane membalas pelukan wanita tersebut dengan senang hati, tidak peduli jika Shafita menyaksikan itu semua di balik punggungnya. K

ia tahu, hal seperti ini tidak akan membuat Shafita meninggalkannya, wanita itu terlalu mencintainya.

Shafita sendiri menatap semua itu dalam diam dengan wajah tanpa ekspresi. Bohong jika ia mengatakan bahwa dirinya tidak cemburu melihat kedekatan yang terjalin antara Geovane dan seorang wanita yang bernama Jesslyn Jovano—sekretarisnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GEOVANE   Piknik Berdua

    Kini hanya tinggal Shafita dan Geovane saja yang piknik. Tentu saja Shafita merasa sangat senang menyadari hal tersebut. Sebab, hal-hal seperti inilah yang diinginkan olehnya. Menikmati waktunya bersama Geovane tanpa ada kehadiran Jesslyn yang selalu saja mengundang kecemburuannya sebagai seorang wanita.Geovane dan Shafita duduk dengan posisi yang berhadapan. Pria kaya raya itu sejak tadi tak henti memandangi wajah Shafita sambil memakan beberapa potong roti. “Apa kau merasa senang karena aku mengusir Jesslyn dari acara piknik kita ini?”Kalimat tanya yang Geovane utarakan rupanya membuat Shafita langsung mengangkat tatapannya. Wanita itu menghembuskan napas panjang beberapa kali sebelum akhirnya berdecak dengan kesal. “Mengapa kau bertanya mengenai sesuatu yang jawabannya sudah kau tahu? Tentu aku merasa sangat senang karena akhirnya kau menyingkirkan dia dari acara kita. Aku sangat tidak menyukainya, dan kau sangat tahu hal tersebut.”“Aku hanya ingin kau menikmati kebersamaan k

  • GEOVANE   Piknik

    Geovane benar-benar tidak tahu diri, ia merangkul bahu Jesslyn sesuka hatinya ketika mereka sampai di taman yang akan dijadikan sebagai tempat untuk berpiknik. Jika orang lain tidak tahu bahwa Shafita adalah wanita yang berstatus sebagai kekasihnya, maka orang tersebut pastilah berpikir jika Jesslyn-lah kekasih dari Geovane.Justin yang berjalan di belakang tubuh Shafita sambil membawa perlengkapan piknik mereka sampai merasa tak enak hati.Sebagai kakak dari Jesslyn dan juga tangan kanan dari Geovane, tentu saja Justin tahu akan kedekatan sejenis apa yang sering dipertontonkan oleh keduanya. Ia terkadang merasa kasihan pada Shafita yang harus tetap sabar menghadapi kekasihnya.“Sepertinya di sini saja, tidak terlalu panas karena ada pohon besar yang akan menjadi payung alami untuk kita,” tunjuk Geovane pada salah satu titik yang memang terlihat sangat nyaman untuk dijadikan sebagai tempat piknik.Dengan sigap, Justin langsung menurunkan perlengkapan yang dibawa oleh kedua tangan

  • GEOVANE   (Not) Good Morning

    Tanpa tahu malu, Geovane bersantai di rumah milik Shafita. Ruang utama di rumah itu telah berubah bak kapal pecah yang tak terjamah. Bagaimana tidak, ada banyak sampah yang berserakan, posisi sofa pun sudah tak rapi seperti sebelumnya. Sang tuan rumah masih belum tahu akan hal tersebut. Wanita itu masih bergelung di dalam kamar karena memang hari baru beranjak pagi. Geovane menginap, dan kekasihnya masih marah. Meminta untuk dimengerti tetapi Geovane tak merasa ada sesuatu yang harus ia mengerti. “Tuan Geo,” panggil seseorang yang tak lain adalah Jovano, pria itu baru saja masuk. Ia tak datang sendirian, melainkan bersama seorang wanita di belakangnya. Wanita yang ada di belakang tubuh Jovano pun langsung menyunggingkan senyum yang manis dan juga sensual, ia adalah Jesslyn. Geovane memang sengaja meminta kakak beradik itu untuk datang ke rumah Shafita. Hari ini, Geovane ingin menghabiskan waktunya untuk bersantai, dan ia sengaja mengajak Jesslyn agar waktu bersantainya jauh lebih m

  • GEOVANE   Kecemburuan

    Shafita memerhatikan Geovane yang kini tengah asyik memasak di dapurnya dengan perasan yang kesal. Dan memang ia merasa sangat kesal pada kekasihnya tersebut. Shafita merasa jika ia tidak mau terus menjadi wanita lemah dan hanya diam saja melihat semua kelakuan yang ditunjukkan oleh Geovane. Semakin hari, Shafita semakin menyadari saja bahwasanya kedekatan yang terjalin di antara Geovane dan juga Jesslyn bukanlah kedekatan yang wajar antara bos dan juga sekretarisnya. Dan tentu saja hal tersebut sangat mengganggu perasaannya sebagai seorang wanita. “Makanan yang aku masak tidak gosong sama sekali, tetapi kenapa kau menatapku dengan sangat tajam seperti itu?” tanya Geovane seraya menuangkan sup yang telah dibuatnya ke mangkuk yang sudah ia sediakan. Dari tadi ia hanya diam bukan karena dirinya yang tidak menyadari tatapan tajam yang diberikan oleh kekasihnya. Hanya saja, Geovane merasa aneh dengan tingkah Shafita yang kurang bersahabat hari ini. Bahkan Shafita kini enggan untuk menja

  • GEOVANE   Kecemburuan

    Shafita sangat menyadari jika dirinya tidak sebanding dengan Jesslyn, seorang sekretaris yang sangat pintar dan juga cantik. Penampilannya yang selalu modis menjadi daya tarik yang tidak bisa dielakkan. Sebagai wanita saja Shafita mengakui jika Jesslyn sangat cantik, mungkin juga karena bakatnya yang pandai merias diri.Dan Geovane, Shafita terkadang merasa minder jika berdekatan dengan pria sukses seperti kekasihnya tersebut. Bujangan kaya raya yang disukai banyak wanita. Jika diadakan absen wanita yang menjadi saingannya, maka Jesslyn bukanlah satu-satunya wanita yang gemar mendekati Geovane. Ada banyak wanita yang sangat menyukai dan selalu terang-terangan menunjukkan perasaannya terhadap Geovane.Hanya saja, di antara mereka semua Jesslynlah yang paling beruntung karena wanita itu dapat menjadi sekretaris Geovane yang membuatnya bisa berdekatan dengan pria idolanya dengan waktu yang sangat banyak. Bahkan lebih banyak daripada Shafita yang berstatus sebagai kekasih

  • GEOVANE   Jesslyn! 2

    Tidak biasanya Jesslyn merasakan ada aura menegangkan ketika kakinya masuk ke dalam ruangan milik Geovane. Biasanya, sensasi yang ia rasakan ketika berada di dalam ruangan yang serba mewah tersebut adalah perasaan menyenangkan dan indah. Tidak pernah sekali pun Jesslyn merasakan ketegangan seperti saat ini selain hari ini dan ketika pertama kalinya ia melamar pekerjaan di perusahaan Geovane.Bosnya sendiri yang tak lain adalah Geovane kini menatapnya dengan tajam. Matanya tak lepas dari Jesslyn yang kini berdiri kaku bagaikan patung yang pahatannya tak sempurna. Sorot tajamnya memerhatikan setiap gerak dan setiap gerik yang dilakukan oleh Jesslyn. Dimulai dari wanita yang berpakaian terbuka itu yang berulang kali merapikan rambutnya yang padahal sama sekali tidak tertiup angin, karena memang tidak ada angin kencang yang masuk ke dalam ruangan Geovane.Hingga kemudian Jesslyn yang semakin gelisah dan tak nyaman hanya untuk sekadar berdiri dengan tenang di atas kakinya s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status