Share

Gadis Binalku!
Gadis Binalku!
Penulis: KYW

01 | Knowing Each Other

"Setahun ini rektornya semedi doang, ya? Percuma bayar UKT mahal-mahal." Omel Serena sambil memutar bola mata malas.

Ia kesal karena ternyata fasilitas lift masih belum tersedia untuk para mahasiswa sedangkan kelas pertamanya hari ini ada di lantai lima. Padahal selama mengambil cuti ia terus membayar ukt penuh.

Ingin sekali rasanya Serena menyumpahi para motivator yang mengatakan bahwa kuliah itu tidak penting. Karena berbekal anggapan para motivator tersebut serta satu dan lain hal, Serena memutuskan untuk cuti setahun lalu. Sekarang beginilah akibatnya, ia tertinggal cukup jauh dengan teman-teman seangkatannya. Yang lain sudah mulai garap skripsi sebagai syarat kelulusan, Serena masih harus berebut dosen dengan adik tingkat. Percuma ia sudah mempunyai banyak ide-ide untuk skripsinya sejak semester awal.

Sayonara cumlaude.

Melirik arlojinya yang sudah hampir tepat pukul delapan gadis itu mempercepat langkah kakinya. Hingga tiba di belokan koridor, Serena terjatuh kebelakang karena menabrak sesuatu atau lebih tepatnya seseorang.

"Oh, shit!" Pekiknya ketika isi gelas amerikano di tangannya nyaris keluar. Untung isinya tinggal setengah.

Serena mendongak untuk melihat laki-laki yang baru saja ia tabrak. Ia mengulurkan tangannya yang tidak sedang memegang gelas kopi, bermaksud untuk meminta bantuan berdiri. Tapi tak ada sambutan. Daffin hanya bergeming melihatnya tanpa ekspresi.

"Bantu gue berdiri."

Cowok berkacamata itu mengangkat kedua alisnya tinggi. "Kenapa gue harus bantu lo?" Tanyanya balik tak merasa bersalah.

"Duh, ya karena gue jatoh. Lo sudah pakai kacamata masih enggak bisa melihat dengan jelas?"

"Lo yang nabrak gue, kalau-kalau kepala lo kena benturan lalu hilang ingatan." Terang Daffin datar.

Ia sedang berusaha mengingat siapa gadis dengan rambut seperti ayam warna-warni di pasar ini. Setahunya gedung jurusan ini bukan termasuk dalam fakultas seni.

Serena tertawa sarkas. "Apa sesusah itu untuk mengulurkan tangan?"

"Apa sesusah itu untuk berdiri sendiri? Lo cacat? Enggak kan?" Balas Daffin sambil mendengus.

"You little piece of moron!" Umpat Serena akhirnya berusaha bangun sendiri.

Makhluk menyebalkan darimana pula ini? Seingat Serena setahun lalu ia masih menjadi salah satu idola kampus paling diincar. Gadis itu membuang napas menahan tangannya untuk tidak menyiramkan laki-laki ini dengan amerikano-nya.

Serena menatap Daffin dengan seksama, mencatat dengan jelas figur wajahnya. "Lo angkatan tahun berapa?"

Daffin yang telah sadar siapa gadis di depannya ini jadi menarik senyum separuh. "Orang yang paling anti sama senioritas sekarang mau semena-mena karena dia senior? Lucu banget."

Benar, Serena sangat amat membenci senioritas bagaimana pun bentuknya. Laki-laki itu ingat dengan jelas bagaimana Serena mengkonfrontasi para senior-nya yang semena-mena ketika Daffin masih menyandang status mahasiswa baru dulu.

Mata Serena menyipit. “Lo tahu gue? Jangan-jangan fans, ya? Oh gue tahu, lo pasti kesal karena gue udah lama enggak datang ke kampus. Nih, sekarang lo bisa lihat gue lagi sepuasnya.”

Daffin melemparkan tatapan aneh-nya agak sedikit tak pecaya dengan kalimat yang ia dengar. “Dalam mimpi sekalipun gue enggak minat untuk jadi fans lo.” Ucapnya datar lalu pergi melewati Serena begitu saja.

Serena mendidih. Seumur hidupnya belum pernah sama sekali pun Serena dilewati begitu saja oleh seorang laki-laki. Ia jadi tertawa tak percaya. Laki-laki lain harusnya merasa beruntung, tapi apa katanya tadi? Serena pun menyusul dengan langkah lebar. Wah, apa cowok itu ingin menantangnya?

"Seriously? Enggak apa-apa, jujur aja. Wajar salah tingkah karena gue terlalu cantik." Kata Serena percaya diri sambil berusaha menyamai langkah dengan Daffin.

Daffin menoleh. "Mau lo apa, sih?"

"Apologyze, dude. The one who got the injury was me. So, say I am sorry. Case closed."

"Injury apanya, lo fraktura juga enggak. Siapa suruh lari-lari di koridor."

"Gue enggak lari!" Tekan Serena kurang terima.

Daffin memutar matanya malas. "Apa itu mengubah fakta kalau lo yang nabrak gue?"

Serena nyaris kehilangan kata. "Can’t you just say ‘sorry my bad’?"

"Sorry thats not my bad." Jawab Daffin dengan menekankan kata per kata.

Serena yang sudah siap meluncurkan berbagai umpatan harus rela menelannya kembali ketika melihat ada seorang dosen yang keluar begitu saja dari salah satu ruangan di dekat mereka. Dosen muda idola semua kalangan mahasiswi hingga ke gedung fakultas sebelah. Galendra Wijaya yang juga diketahui sebagai anak sulung pemilik yayasan kampus mereka ini.

Serena jadi teringat dengan semboyan menjijikan yang dulu sering ia dengar. Sudahi mencari yang sempurna, cukup nikahi anak sulung pewaris tahta. Pak Galendra contohnya. Gadis itu bergidik seketika. Sedangkan di sisi lain, Daffin mengangguk pelan bermaksud menyapa dengan sopan.

"Daffin Pradipta?"

Daffin hanya menarik senyum diplomatis bingung juga ingin membalas apa. Meski mereka saling kenal secara pribadi, namun di area sekitar kampus Ia hanya pernah beberapa kali berurusan dengan dosen ini kala mengurus beberapa proposal.

Sedangkan Serena langsung mengalihkan wajah ketika pandangannya tidak sengaja saling bertabrakan dengan Galendra. Secara formal Serena belum pernah sama sekali diajar oleh dosen satu ini. Lebih tepatnya sengaja menghindari nama Galendra Wijaya sebagai dosen pengampu saat mengisi Kartu Rencana Studi. Tapi untuk semester kali ini, Serena tidak punya pilihan lain. Salah satu mata kuliah wajib 3 sks nya diampu oleh Galendra.

"Serena—"

"Iya, saya pak. Kenapa, pak?" Potong Serena cepat.

Galendra hampir tertawa mendengar respon cepat perempuan itu. Hanya hampir.

"Kalian berdua, sampai bertemu di dalam kelas." Pesannya sebelum melanjutkan langkah.

"Baik, pak." Jawab Daffin sopan.

Serena hanya menahan semua kata-kata yang ingin disampaikan nya dalam tenggorokan. Menatap datar punggung sang dosen hingga hilang di ujung koridor.

"Oh, ternyata lo termasuk cewek-cewek pemuja pak Galen juga." Daffin tak tahan untuk tidak menyeletuk jengah.

Serena kembali pada kenyataan, ia melirik sekilas pada Daffin. "Bukan."

"Sikap lo mengatakan iya."

"Gue bilang, bukan."

Daffin mengangkat kedua tangannya, pura-pura terkejut. "Oh, wow. Lalu apa gue harus memberi lo sebuah penghargaan?"

Serena mendengus keras. "Dengar, siapa nama lo tadi— Kevin? Muffin? Ravi? Dimas? Whatever—"

"Daffin!" Potong laki-laki itu tak terima.

Okay, Daffin, listen. Tenang aja, sebagai fans lo enggak perlu cemburu karena gue benar-benar bukan bagian dari ciwi-ciwi aneh penggemar dosen itu.” Serena menjelaskan dengan ekspresi lebih serius dari pada seorang pemimpin upacara.

Daffin jadi melengos merasa menyesal telah benar-benar memasang telinganya dengan seksama tadi.

"Gue serius." Kata Serena berusaha meyakinkan.

“Then I don't give a shit.” Seloroh Daffin mulai jengkel.

I would prefer for your taste than your shit though.” Sahut Serena sambil tersenyum manis.

Daffin menyeringai tipis. “Sorry, but my taste is just not you.

Serena mengulum bibirnya berusaha untuk tidak merasa tertohok.

“Nama gue Serena.” Ucapnya asal kemudian.

Daffin meninggikan alis melemparkan tatapan skeptisnya. Tentu saja ia tahu nama perempuan di hadapannya ini. Cowok berkacamata tebal itu bahkan tahu dengan jelas siapa Serena dan Daffin yakin gadis itu juga sadar dengan eksistensinya yang sudah cukup terkenal di kampus ini. Serena malah tertawa melihat ekspresi Daffin. Menurutnya cowok itu terlihat menggemaskan.

“Apa gue harus bilang nice to meet you?” Tanya Daffin sarkas kemudian.

Well, gue lebih sering mendengar ajakan Neflix and chill, sih.”

Too much information.

Serena hanya tertawa lebih keras kemudian membiarkan Daffin melangkahkan kaki lebih dulu meninggalkannya. Gadis itu bergeming memperhatikan Daffin dengan tatapan tertarik. Tidak, bukan hanya tatapan. Tapi sepertinya Serena benar-benar tertarik dan sebuah niat untuk bermain pun mulai muncul. Serena menarik seringainya, Let’s play ball, Daffin!

Sejak kehadiran seseorang, Serena hanya menganggap laki-laki sebagai mainan yang bisa menghilangkan suntuk sejenak, seperti sebuah bola bagi seekor kucing. Tapi bagaimana jika Serena tak berhasil menganggap kalau seorang Daffin hanyalah bola mainan baginya?

Komen (4)
goodnovel comment avatar
KYW
makasii ya karena udah mau mampir <3
goodnovel comment avatar
lee soo hyuk
bener bab awalnya bagus dan cukup natural
goodnovel comment avatar
KYW
hehe enggak ada :( anyway tengkyuu ya udah mampir <3
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status