공유

08

작가: Yeolsoo612
last update 최신 업데이트: 2025-01-06 21:38:53

Pagutan itu terlepas tidak lama kemudian. Napas Jena tersengal, dadanya naik turun dengan wajah semerah hidung rusa di malam Natal.

Sementara Wildan tersenyum.puas, tangan besarnya terulur, menggapai bibir Jena yang terlihat agak bengkak akibat ulahnya. Menyeka sudut bibir gadis itu yang basah akibat permainannya beberapa saat lalu.

“Jena, tolong dengarkan aku kali ini. Aku serius saat menikahimu, dan tidak pernah sekalipun terbesit dalam kepalaku untuk menceraikanmu, tidak akan pernah.”

Belum sempat Jena merespon, dengan sekali hentak tubuh mungil gadis itu sudah masuk ke dalam rengkuhan hangat Wildan yang sesekali juga menciumi pucuk kepalanya.

“Tolong ingat ini, tanamkan dalam ingatanmu. Aku, Wildan Wisnu Aditama tidak akan pernah menceraikanmu sampai kapanpun untuk alasan apapun. Dan apa yang ku katakan adalah mutlak,” bisiknya.

Jena menahan napas, ia tidak bisa mengatakan apapun atau beraksi bagaimana. Otaknya serasa tidak bisa berpikir, semua yang ia siapkan untuk mendebat Wilda
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Gadis Buta Kesayangan Presdir   08

    Pagutan itu terlepas tidak lama kemudian. Napas Jena tersengal, dadanya naik turun dengan wajah semerah hidung rusa di malam Natal.Sementara Wildan tersenyum.puas, tangan besarnya terulur, menggapai bibir Jena yang terlihat agak bengkak akibat ulahnya. Menyeka sudut bibir gadis itu yang basah akibat permainannya beberapa saat lalu.“Jena, tolong dengarkan aku kali ini. Aku serius saat menikahimu, dan tidak pernah sekalipun terbesit dalam kepalaku untuk menceraikanmu, tidak akan pernah.”Belum sempat Jena merespon, dengan sekali hentak tubuh mungil gadis itu sudah masuk ke dalam rengkuhan hangat Wildan yang sesekali juga menciumi pucuk kepalanya.“Tolong ingat ini, tanamkan dalam ingatanmu. Aku, Wildan Wisnu Aditama tidak akan pernah menceraikanmu sampai kapanpun untuk alasan apapun. Dan apa yang ku katakan adalah mutlak,” bisiknya.Jena menahan napas, ia tidak bisa mengatakan apapun atau beraksi bagaimana. Otaknya serasa tidak bisa berpikir, semua yang ia siapkan untuk mendebat Wilda

  • Gadis Buta Kesayangan Presdir   07

    Gadis yang dipanggil dengan nama Nesa itu tersenyum ke arah Wildan.“Hai, Wildan,” Sapanya lembut.Tidak ada reaksi dari si pria, ia justru mengeratkan genggamannya pada tangan Jena yang hanya bisa diam kebingungan.“Astaga, Nesa, sayangku. Kau datang tepat waktu,” hambur Tante Lestari memeluk Nesa.Wanita itu sempat melirik sekilas ke arah Jena sebelum menuntun Nesa untuk duduk diantara dirinya dan sang Nenek.“Kau datang tepat waktu, sayang. Kami mengundangmu ke mari untuk membahas perjodohanmu dengan Wildan,” ucap Tante Lestari lagi.Wildan melotot, ia menatap geram ke arah sang tante yang sepertinya tidak memedulikan hal itu. Sebelah tangannya yang bebas mengepal hingga buku-buku jarinya memutih.“Tante, bukankah baru saja ku kenalkan Jena sebagai istriku. Lalu apa maksudnya dengan perjodohan? Apa tante sudah tidak waras?” ucap Wildan tanpa segan.Tante Lestari terlihat geram, baru saja wanita itu hendak menyahut, suara Nesa lebih dulu terdengar.“Istri? Kau sudah menikah, Wildan?

  • Gadis Buta Kesayangan Presdir   06

    Pukul sepuluh malam setelah Wildan mengantarkan Jena ke dalam kamarnya. Pria itu menutup pintu dan tersenyum miring begitu mendapati Malik yang sudah berdiri tidak jauh darinya.Ia mendekati pria itu dengan dua tangan yang tersilang di depan dada.“Ada apa?” Tanyanya santai.“Ikut aku,” kata Malik berjalan pergi yang diikuti Wildan di belakangnya.Dua pria dewasa itu berdiri di luar rumah, Malik terlihat gelisah sementara Wildan terlihat biasa saja.“Apa maksudnya dengan memperkenalkan Jena kepada keluarga? Kau gila?!” Sentak Malik keras.Wildan hanya menyenderkan tubuhnya di pagar, ia sama sekali terlihat tidak terlalu peduli dengan ucapan Malik yang sedang memperingatkannya soal apa yang mungkin saja terjadi jika dirinya benar-benar mengenalkan Jena kepada keluarga.“Memangnya kenapa? Bukankah setelah menikah denganku, Jena juga menjadi bagian dari keluarga Aditama?” Tidak ada keraguan sedikitpun dari ucapan Wildan. Pria itu terdengar begitu percaya diri dengan setiap perkataan yan

  • Gadis Buta Kesayangan Presdir   05

    Suasana dalam mobil terasa begitu canggung. Sudah sekitar lima menit lalu hanya terdengar sayup-sayup suara deru kendaraan diantara tiga orang dewasa itu.Jena yang duduk di bangku belakang bersama Wildan hanya bisa terdiam dengan tangan yang menggenggam tongkat erat-erat. Wajahnya ia palingkan ke arah jalan meski dirinya tidak.bisa melihat bagaimana kondisi jalanan saat ini.“Malik, turunkan aku di depan sana. Kau bisa mengantar Jena pulang lebih dulu, aku akan mengurus sesuatu terlebih dulu,” kata Wildan yang sejak tadi sibuk berkutat dengan ponselnya.Malik yang bertugas mengemudi hanya mengangguk. Sesekali pria itu melirik ke arah Jena melalui spion tengah dengan wajah khawatir.Tidak lama kemudian mobil berhenti di depan sebuah toko dua puluh empat jam, Wildan turun dengan tergesa dan memberhentikan sebuah taksi kemudian.Mobil kembali melaju, masih tidak ada satupun diantara mereka yang berniat membuka obrolan lebih dulu. Malik menghela napas, ia tahu suasana hati Jena sedang bu

  • Gadis Buta Kesayangan Presdir   04

    Dua hari berlalu dengan normal. Keseharian Jena masih sering ditemani Malik, terkadang Wildan juga menghabiskan waktu bersama gadis itu di sela-sela kesibukannya.Namun entah mengapa, Jena merasa lebih nyaman saat bersama dengan Malik. Selain karena pria itu lebih bisa mengerti dirinya, sikap Malik juga tidak semesum Wildan yang suka tiba-tiba mencuri ciuman di bibirnya ataupun mengigit telinganya tanpa permisi.Pagi ini suasana terlalu damai daripada biasanya. Dengan bantuan tongkat yang diberikan Wildan, Jena melangkah keluar kamar dengan hati-hati.Sesekali gadis itu memanggil nama Malik, berharap pria itu ada di sekitarnya. Namun sayang, suasana pagi itu benar-benar hening, seperti tidak ada orang lain selain dirinya.“Kemana mereka?” gumam Jena lirih.“Mencariku?” bisikkan lirih dengan suara berat itu membuat Jena terperanjat.Hampir saja ia melayangkan tongkat yang dipegangnya ke sembarang arah, sebelum dengan gesit Wildan menahan tangannya.“Santai, cantik. Ini aku, calon suami

  • Gadis Buta Kesayangan Presdir   03

    Pagi menjelang layaknya roller coaster. Sinar matahari mulai mengintip dari celah gorden berwarna putih bersamaan dengan terbukanya pintu kayu itu.Wildan terdiam melihat Malik yang masih setia menemani Jena. Keduanya terlelap dengan Malik yang terduduk di samping ranjang dengan dua tangan yang terlilit di atas perut.Perhatian Wildan kembali teralih pada Jena. Pria itu mendekat, duduk di sisi ranjang yang lain dan memperhatikan gadisnya lekat-lekat.Tangan besarnya terangkat, menghapus jejak air mata di sudut mata gadis itu dengan ibu jadinya.“Eungh.”Terdengar leguhan tidak nyaman dari Jena. Gadis itu mulai membuka mata, sedikit menggeliat dan tanpa sadar hal itu membuat sedikit sudut bibir Wildan terangkat.“Malik?”Suara gadis itu serak. Ia meraba ke arah samping dan menggengam tangan Wildan yang Ia kira sebagai Malik.“Kau masih di sini? Terima kasih sudah menenangkan ku dan menemaniku semalam,” katanya lembut.Wildan tidak bereaksi apa-apa, Ia hanya menatap manik mata Jena yang

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status