LOGINSelama hidupnya Jena hanya bisa melihat kegelapan. bahkan hingga ia dibawa ke sebuah rumah bordil dan dibeli oleh seorang Presdir dengan harga fantastis. pada mulanya Jena mengira ia bisa hidup layaknya wanita pada umumnya, namun bahkan setelah pernikahan itu berlangsung ia tetap tidak bisa merasakan apa itu kebahagiaan. Keluarga Aditama tidak pernah menerima wanita buta seperti dirinya untuk menjadi bagian dari keluarga. Ia selalu diremehkan dan dikucilkan tanpa alasan. Sampai suatu hari, Jena tanpa sengaja mendengar rencana pernikahan Wildan dengan Rania, seorang Puteri konglomerat keluarga Saitama. Apa yang akan terjadi, dan bagaimana jadinya jika ada satu rahasia besar yang selama ini Jena simpan rapat seorang diri?
View MorePagutan itu terlepas tidak lama kemudian. Napas Jena tersengal, dadanya naik turun dengan wajah semerah hidung rusa di malam Natal.Sementara Wildan tersenyum.puas, tangan besarnya terulur, menggapai bibir Jena yang terlihat agak bengkak akibat ulahnya. Menyeka sudut bibir gadis itu yang basah akibat permainannya beberapa saat lalu.“Jena, tolong dengarkan aku kali ini. Aku serius saat menikahimu, dan tidak pernah sekalipun terbesit dalam kepalaku untuk menceraikanmu, tidak akan pernah.”Belum sempat Jena merespon, dengan sekali hentak tubuh mungil gadis itu sudah masuk ke dalam rengkuhan hangat Wildan yang sesekali juga menciumi pucuk kepalanya.“Tolong ingat ini, tanamkan dalam ingatanmu. Aku, Wildan Wisnu Aditama tidak akan pernah menceraikanmu sampai kapanpun untuk alasan apapun. Dan apa yang ku katakan adalah mutlak,” bisiknya.Jena menahan napas, ia tidak bisa mengatakan apapun atau beraksi bagaimana. Otaknya serasa tidak bisa berpikir, semua yang ia siapkan untuk mendebat Wilda
Gadis yang dipanggil dengan nama Nesa itu tersenyum ke arah Wildan.“Hai, Wildan,” Sapanya lembut.Tidak ada reaksi dari si pria, ia justru mengeratkan genggamannya pada tangan Jena yang hanya bisa diam kebingungan.“Astaga, Nesa, sayangku. Kau datang tepat waktu,” hambur Tante Lestari memeluk Nesa.Wanita itu sempat melirik sekilas ke arah Jena sebelum menuntun Nesa untuk duduk diantara dirinya dan sang Nenek.“Kau datang tepat waktu, sayang. Kami mengundangmu ke mari untuk membahas perjodohanmu dengan Wildan,” ucap Tante Lestari lagi.Wildan melotot, ia menatap geram ke arah sang tante yang sepertinya tidak memedulikan hal itu. Sebelah tangannya yang bebas mengepal hingga buku-buku jarinya memutih.“Tante, bukankah baru saja ku kenalkan Jena sebagai istriku. Lalu apa maksudnya dengan perjodohan? Apa tante sudah tidak waras?” ucap Wildan tanpa segan.Tante Lestari terlihat geram, baru saja wanita itu hendak menyahut, suara Nesa lebih dulu terdengar.“Istri? Kau sudah menikah, Wildan?
Pukul sepuluh malam setelah Wildan mengantarkan Jena ke dalam kamarnya. Pria itu menutup pintu dan tersenyum miring begitu mendapati Malik yang sudah berdiri tidak jauh darinya.Ia mendekati pria itu dengan dua tangan yang tersilang di depan dada.“Ada apa?” Tanyanya santai.“Ikut aku,” kata Malik berjalan pergi yang diikuti Wildan di belakangnya.Dua pria dewasa itu berdiri di luar rumah, Malik terlihat gelisah sementara Wildan terlihat biasa saja.“Apa maksudnya dengan memperkenalkan Jena kepada keluarga? Kau gila?!” Sentak Malik keras.Wildan hanya menyenderkan tubuhnya di pagar, ia sama sekali terlihat tidak terlalu peduli dengan ucapan Malik yang sedang memperingatkannya soal apa yang mungkin saja terjadi jika dirinya benar-benar mengenalkan Jena kepada keluarga.“Memangnya kenapa? Bukankah setelah menikah denganku, Jena juga menjadi bagian dari keluarga Aditama?” Tidak ada keraguan sedikitpun dari ucapan Wildan. Pria itu terdengar begitu percaya diri dengan setiap perkataan yan
Suasana dalam mobil terasa begitu canggung. Sudah sekitar lima menit lalu hanya terdengar sayup-sayup suara deru kendaraan diantara tiga orang dewasa itu.Jena yang duduk di bangku belakang bersama Wildan hanya bisa terdiam dengan tangan yang menggenggam tongkat erat-erat. Wajahnya ia palingkan ke arah jalan meski dirinya tidak.bisa melihat bagaimana kondisi jalanan saat ini.“Malik, turunkan aku di depan sana. Kau bisa mengantar Jena pulang lebih dulu, aku akan mengurus sesuatu terlebih dulu,” kata Wildan yang sejak tadi sibuk berkutat dengan ponselnya.Malik yang bertugas mengemudi hanya mengangguk. Sesekali pria itu melirik ke arah Jena melalui spion tengah dengan wajah khawatir.Tidak lama kemudian mobil berhenti di depan sebuah toko dua puluh empat jam, Wildan turun dengan tergesa dan memberhentikan sebuah taksi kemudian.Mobil kembali melaju, masih tidak ada satupun diantara mereka yang berniat membuka obrolan lebih dulu. Malik menghela napas, ia tahu suasana hati Jena sedang bu












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.