Masuk“Cukup mahal. Aku berharap kali ini tidak mengecewakan dan tidak ada kebohongan dari mulutmu lagi Valery. Sekali lagi terjadi seperti sebelumnya, Kau tahu seperti apa hukuman yang akan kau terima kan?” tanya orang dibalik panggilan ponsel itu.
“Aku pastikan tuan tidak kecewa.” Jawab Valery mantap. “Baiklah, aku transfer sekarang. Dalam satu jam ke depan aku harap kau antarkan bertemu denganku, dandan dia semenarik mungkin” ponsel dimatikan sepihak namun Valery tersenyum bahagia. Benar saja tidak dalam dua menit, bunyi ponsel Valery berbunyi dan menampilkan nominal bayaran masuk ke Valery, sama dengan yang dia minta. Senyum lebar Valery tidak hilang dari wajah Valery. “Baiklah. Sepertinya kali ini adalah rezekimu Beatrice. Kau hanya menemani seorang pria kaya raya. Aku berikan uang bayaranmu lima ratus juta sekarang, jika kau menyenangkan hatinya. kau akan mendapatkan insentif lagi” jelas Valery. Mendengar itu Beatrice dan Jhon terkejut. Tidak pernah ada dipikiran mereka untuk memegang uang sebanyak itu. “Apakah ini benar nyonya?” tanya Jhon memastikan. “Ambilkan uang dari yang ada di koper kecil itu” perintah Valery kepada asistennya. Dan benar saja saat koper kecil itu dibuka setumpukan uang ada di dalamnya. Mata Jhon berbinar sementara Beatrice terkejut. “Aku tidak bercanda, sekarang ambillah koper ini, dan bawalah uangnya. Bayarlah hutangmu semuanya, aku rasa ini masih lebih” ucap Valery sambil menyerahkan koper uang itu kepada Jhon. “Kembali lah Jhon, putrimu tinggalkan disini. Sekarang dia aku tanggung jawabi” Jhon mengangguk dan tanpa mengucapkan apapun, membawa koper uang itu pergi. Beatrice melihat ayahnya keluar hingga Jhon tidak terlihat lagi di ruangan itu. Valery diam dan menyaksikan kepergian Jhon meninggalkan ruangan itu sambil menggelengkan kepalanya kecil dan pandangannya teralihkan menatap Beatrice, Valery melihat wajah ketakutan dan sedih tersirat di wajah Beatrice “Ayo. Kita harus siap siap. Kau harus di dandan Beatrice” ucap Valery, Beatrice memutar pandangannya menatap Valery dan mengangguk kecil. Valery dan Beatrice berjalan ke arah ruang dandan. “ Nanti pria yang akan bersamamu berwajah tua, rambut putih, sudah tua juga. bisa dikatakan kalau dia mungkin usianya diatas ayahmu. Namun dia kaya. Mungkin dengan kau meminta apapun kepadanya, semuanya akan dipenuhi. Karena setiap dia memesan perempuan untuk menemaninya. Perempuan itu selalu meminta lagi dan lagi untuk dipertemukan” Valery mencoba mencairkan suasana dengan mengajak Beatrice bercerita. “Apa dia jahat? maksudku suka memukul seperti ayah?” tanya Beatrice dengan polosnya. Valery menatap wajah Beatrice dan tersenyum. “Dia tidak jahat, jika kau menuruti apa yang dia katakan. Dia akan jauh lebih baik” Valery berusaha membuat Beatrice agar tidak terlihat ketakutan dengan pemesannya itu. Akhirnya mereka tiba di ruang dandan, Beatrice dikenalkan dengan perempuan yang ada disana. Beatrice melihat semua perempuan disana berpakaian kurang bahan. “Selamat malam semuanya” sapa Beatrice. Sapaan itu dijawab dengan deheman bahkan ada yang memutar matanya malas. Beatrice terdiam saat melihat orang orang disana seakan akan tidak menyukainya. “Tidak perlu bersifat baik kepada mereka. Mereka hanya iri denganmu” jelas Valery. Beatrice hanya mengangguk mengerti. “Dandan dia secantik mungkin dalam waktu satu jam ke depan, dan berikan pakaian yang tercantik yang kita punya. Pastikan tidak ada lecet di tubuhnya karena ulah kalian. Kompres memar yang ada diwajahnya.” perintah Valery kepada orang yang ditugaskan mendadan perempuan di ruangan itu. Mendengsr itu Beatrice semakin dibenci oleh perempuan lainnya karena tidak pernah diperlakukan semanis itu oleh Valery. Setelah satu jam kedepan Beatrice di dandan akhirnya selesai. Valery ada di ruangan itu selama Beatrice di tangani. “Kenapa dia diperlakukan semanis dan seistimewa itu nyonya?. Dia hanya orang baru dan terlihat seperti gadis desa” tanya salah satu gadis disana yang tidak suka dengan keadaan itu. “Dia pesanan tamu istimewaku. Bayaran yang fantastis dapat aku terima dari satu orang saja” jawab Valery dengan santai sambil bermain ponsel. Jawaban itu semakin membuat yang lainnya merasa kepanasan dan berbisik dan bahkan ada secara terang terangan mengatakan Beatrice kampungan dan jelek. Valery hanya diam dan menggelengkan kepalanya. Selama itu tidak merusak atau melukai fisik Beatrice, Valery tidak akan marah. “Selesai nyonya” ucap orang yang memegang Valery. Valery mengalihkan pandangannya dan menatap Beatrice dari atas sampai kebawah. Beatrice menyaksikan Beatrice sangat terlihat cantik menggunakan gaun pendek berwarna hitam membentuk lekukan tubuhnya dan polesan bedak yang tidak terlalu tebal di wajahnya. “Cantik sekali.” gumam Valery dengan tersenyum bangga. Sementara Beatrice mencoba menurunkan gaun pendek sepaha nya itu karena tidak nyaman. “Bawa dia kedalam mobilku. aku akan mengantarkannya”. Perintah Valery. Valery dan Beatrice berjalan bersama orang yang mendandan Beatrice ke arah lift dan menuju parkiran. “Masuk Beatrice” perintah Valery membukakan pintu untuk Beatrice duduk di kursi penumpang. “Nyonya, tidak adalah pakaian yang lebih tertutup lagi, aku kurang nyaman dengan ini” pinta Beatrice, Karena memang gaun itu pendek dan membentuk lekukan tubuh Beatrice bahkan dada Beatrice terlihat belahannya. “Itu sudah cantik, aku pastikan pria itu akan betah bersamamu” ucapnya dengan bangga. Beatrice tidak mengucapkan apapun lagi, dan hanya berusaha menutupi bagian atas dan bawahnya selama di dalam mobil. Hanya perjalanan dua puluh menit membelah kegelapan malam itu menuju rumah yang memesan Beatrice. “Ayo masuk”. Ajak Valery setelah mereka tiba di rumah mewah. “Selamat malam tuan, nyonya Valery datang” ucap pengawal rumah yang menuntun Valery dan Beatrice. “Selamat malam tuan Batara. Ini gadis yang ku katakan tadi” ucap Valery memperkenalkan Beatrice. Batara melihat Beatrice dari atas hingga bawah. Beatrice yang ditatap seperti itu tidak nyaman dan berusaha menutupi dada dan menarik gaunnya ke bawah. “Silahkan pergi Valery” perintah pria itu membuat Valery tersenyum dan berbeda dengan Beatrice yang ketakutan dan bingung.“Lepaskan tuan, ini sudah melebihi dari perjanjian,” keluh Beatrice sambil berusaha melepaskan tubuhnya dari tindihan pria yang sedang berada diatasnya. Perlawanan Beatrice itu tidak membuat Maximian yang berada diatasnya merasa terganggu, karena tenaga Beatrice tidak sebanding dengan kekuatannya. Maximian mendaratkan bibirnya tepat di bibir mungil Beatrice. Beatrice menggeleng gelengkan kepalanya dan tangannya masih memukul dan mencoba mendorong pemilik dada bidang itu. Hampir satu menit bibir Maximian mencium lembut bibir Beatrice. Lama kelamaan pukulan Beatrice di dada bidang Maximian mulai lemah dan akhirnya Maximian mulai semakin ganas mencium bibir mungil milik Beatrice. Beatrice yang tidak sadar akhirnya mencoba membalas ciuman Maximian, namun Maximian sadar jika ciuman Beatrice sangat kaku. Namun hal itu tidak membuat Maximian marah.Padahal sebelum sebelumnya saat Maximian tidur bersama gadis lain, Jika gadis itu tidak lebih dominan akan membuatnya murka, berbeda denga
“Bukankah nyonya mengatakan akan membimbingku selama bekerja?” ucap Beatrice mencoba menahan Valery. “Gunakan kata hati dan nalurimu saja, sayang. Aku permisi,” ucap Valery kepada Beatrice dan meninggalkan gedung itu.Pria yang ditemuinya itu benar seperti yang diceritakan oleh Valery. Kulit sudah tua, namun masih terlihat terawat, berambut putih. “Bawa dia ke dalam mobil,” perintah Batara kepada pengawal yang ada di sana. Beatrice bingung dan dituntun masuk ke dalam mobil. “Kita mau ke mana lagi, tuan?” tanya Beatrice. Tidak ada jawaban. Rasa takut menghantui Beatrice.Batara dan Beatrice berada di dalam mobil itu hanya berdiam diri saja tanpa ada bicara apa pun. Beatrice hanya sibuk menatap gelapnya malam di balik kaca mobil itu. Hampir satu jam perjalanan, mereka tiba di sebuah rumah yang jauh lebih mewah lagi dari rumah sebelumnya, namun suasana rumah itu tidak ada bangunan lainnya. Beatrice bingung. “Sudah sampai. Ayo turun,” Batara akhirnya membuka suara. “Sebenarnya ini di
“Cukup mahal. Aku berharap kali ini tidak mengecewakan dan tidak ada kebohongan dari mulutmu lagi Valery. Sekali lagi terjadi seperti sebelumnya, Kau tahu seperti apa hukuman yang akan kau terima kan?” tanya orang dibalik panggilan ponsel itu. “Aku pastikan tuan tidak kecewa.” Jawab Valery mantap. “Baiklah, aku transfer sekarang. Dalam satu jam ke depan aku harap kau antarkan bertemu denganku, dandan dia semenarik mungkin” ponsel dimatikan sepihak namun Valery tersenyum bahagia. Benar saja tidak dalam dua menit, bunyi ponsel Valery berbunyi dan menampilkan nominal bayaran masuk ke Valery, sama dengan yang dia minta. Senyum lebar Valery tidak hilang dari wajah Valery. “Baiklah. Sepertinya kali ini adalah rezekimu Beatrice. Kau hanya menemani seorang pria kaya raya. Aku berikan uang bayaranmu lima ratus juta sekarang, jika kau menyenangkan hatinya. kau akan mendapatkan insentif lagi” jelas Valery. Mendengar itu Beatrice dan Jhon terkejut. Tidak pernah ada dipikiran mereka un
Malam itu juga, Jhon dan Beatrice dijemput sebuah mobil untuk mengantarkan Beatrice ke klub malam milik Valery. Jhon membawa Beatrice ke pusat kota di London. Jhon tidak peduli seberapa banyak air mata putrinya itu menetes. Jhon hanya memikirkan uang saja. "Ayah, apa ayah tidak berubah pikiran?" tanya Beatrice memastikan kembali dan berusaha membuka hati ayahnya. "Tidak. Kau tidak perlu bertanya apa pun, siapkan saja dirimu," jawab Jhon. Sepanjang perjalanan dari desa mereka ke pusat perkotaan London hanya diam, tidak ada suara apa pun terdengar selain suara mesin mobil itu. Jhon dan Beatrice sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga dua jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di salah satu tempat yang terlihat mewah dari gedungnya, dan Beatrice melihat perempuan berlalu-lalang menggunakan pakaian serba pendek. "Kita sudah sampai," ucap supir yang membawa mereka. "Terima kasih, tuan. Ayo, Beatrice, turun cepat," ajak Jhon. Namun Beatrice dengan cepat menggelengkan kepalanya, membu
"Lalu?" tanya Beatrice dengan suara bergetar sambil menatap Nathan dengan tatapan sedih dan kecewa menjadi satu.Nathan merasa iba dengan keadaan itu, namun Nathan tidak boleh hanya mempedulikan satu orang saja. Nathan berusaha profesional, sekalipun wanita yang di depannya itu adalah wanita yang menarik perhatiannya."Aku katakan kau jangan datang dulu sebelum waktu yang kutentukan, maksudku kau boleh bekerja kembali saat semuanya telah membaik. Aku tidak memecatmu, aku pastikan pintu kilang terbuka untukmu saat kau membutuhkan pekerjaan, tapi pastikan orang-orang itu tidak datang kesini lagi," jelas Nathan."Aku bekerja disini agar bisa menutupi hutang-hutang ayah kepada orang-orang itu, tetapi tuan memberhentikanku bekerja. Tidak apa-apa, tuan, itu adalah hak tuan," ucap Beatrice, dan tidak disadarinya air matanya menetes.Nathan menarik napasnya dalam-dalam dan hampir saja tangan Nathan menyentuh pipi Beatrice, namun Beatrice dengan cepat menghapus jejak air matanya sendiri. Natha
“Selamat pagi, Tuan Jhon yang terhormat. Sepertinya tidur tuan sangat nyenyak malam tadi. Maaf sekali pagi ini kedatangan kami kesini mengganggu tidurmu, tuan Jhon," sindir salah satu dari mereka.Tanpa menjawab sapaan itu, Jhon mendekat ke arah Beatrice."Kau tidak memiliki uang? Berikan berapa yang ada pada mereka," ucap Jhon dengan nada suara kecil namun penuh tekanan.Beatrice diam dan menghapus jejak air matanya."Aku tidak punya uang. Ayah saja jika kau memiliki uang. Kan yang menggunakan uang itu ayah sendiri. Aku tidak pernah menikmati uang itu sama sekali," kesal Beatrice.Kalimat itu membuat Jhon marah."Sudah semakin berani melawan, kau tidak paham arti berbakti lagi, Beatrice?" marah Jhon."Apa? Berbakti seperti apa yang ayah inginkan? Di mana hati dan pikiran ayah? Apa ayah sudah gila? Menjadikan rumah ini sebagai jaminan hutang ayah? Sementara uang itu ayah gunakan hanya untuk kesenangan ayah mabuk dan bermain judi. Urus sendiri, dan aku tidak ingin rumah ini disita," ma







