Ini adalah pengalaman pertama baginya.Di hari ulang tahunnya.Jantung Bella berdebar tidak karuan ketika Damian melepas pakaian terakhir yang membungkus tubuhnya. Tatapan pria itu tidak lepas sedetik pun darinya, begitu intens hingga ia merasa Damian seolah berusaha melihat isi hatinya.Hanya satu orang, pikir Bella. Dalam hidupnya, hanya satu orang pria yang ia percaya dan cintai.Damian membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan merangkak di atasnya dengan perlahan. Napasnya terdengar memburu. Damian hanya menatapnya untuk waktu yang lama, sebelum membungkuk untuk memberi ciuman lembut di bibirnya."Peluk aku," pinta Damian.Bella melingkarkan kedua lengannya di leher pria itu, kakinya melingkari pinggangnya. Ia menatap ke dalam mata Damian yang membara oleh gairah dan sejuta sensasi terasa beterbangan dalam dadanya.Damian akan melakukannya malam ini. Menjadikannya miliknya. Untuk selamanya.Bella tidak akan pernah mencintai pria lain, jadi ia tidak merasa ragu sedikit pun.Setelah
Warna putih memenuhi pandangan. Pohon, gerbang, rumput, istal, dan pegunungan dari kejauhan diselimuti oleh salju.Langit mendung dan udara menurun drastis, tetapi Bella tetap saja tersenyum lebar ketika membuka pintu menuju halaman belakang. Setelah kejadian semalam dan Damian yang tidak henti-hentinya membisikkan kata-kata manis ke telinganya, ia tidak bisa berhenti tersenyum.Suasana hatinya sedang berada di puncak hari ini.Ia menatap cincin di jari manisnya dan bibirnya secara otomatis tertarik membentuk senyum lebar. Seperti inikah yang dikatakan orang-orang di televisi? Bahwa cinta terkadang membuatmu merasa gila?Bella tertawa kecil dan menggeleng pelan. Ia bergidik ketika melangkah melewati pintu, meskipun mantel tebal dan syal yang ia pakai hanya memperlihatkan matanya saja. Musim dingin kali ini jauh lebih membekukan dari biasanya.Bella meraih sekopnya, lalu membersihkan sepanjang jalan setapak kecil yang terhubung ke gerbang. Para pelayan dan pengawal sibuk membersihkan
Bella terbangun oleh suara erangan rendah Damian di telinganya. Kelopak matanya terbuka dan ia mengernyit merasakan kulit Damian yang begitu panas. Pria itu memeluknya dari belakang dengan erat, dan entah kenapa suhu tubuhnya kelewat hangat. Bella mengerjap-ngerjap menatap ruangan yang temaram, kemudian berusaha mengumpulkan kesadarannya. Jam berapa sekarang? Rasanya ia belum tidur terlalu lama. Dengan lembut, disentuhnya lengan Damian yang berada di perutnya—memang sangat panas. Tangannya turun ke jemari Damian yang agak lembab karena keringat. Ini tidak normal. Apakah Damian demam? Mendadak, pria itu kembali mengerang. Suaranya parau dan jelas kesakitan. Napasnya yang berembus di kepalanya terdengar berat. Bella segera berbalik, lalu menyentuh dahi Damian yang basah. "Ah, panas sekali," gumamnya spontan. Ia bergegas bangun dari tempat tidur dan meraba rahang hingga leher pria. Keringat telah membasahi tubuh Damian sampai ke pinggang. Bella bergegas menyalakan lampu. Jam dindin
Pria ini hanya ingin menggodanya, bukan? Apakah dia sebenarnya tidak sakit?Damian tidak bisa menahan tawanya untuk meledak ketika melihat ekspresi kekasihnya. "Sayang, apa kau harus memasang wajah seperti itu?"Bella kontan melotot, bibir semakin maju saat sadar kalau Damian benar-benar hanya ingin mempermainkannya. Ia mengulurkan tangannya untuk mencubit lengan Damian, tetapi pria itu lebih dulu menangkapnya."Baiklah, baiklah. Aku hanya bercanda," ucapnya, terkekeh. "Tapi apa salah jika aku memintanya pada kekasihku sendiri?"Tanpa permisi, Damian malah membawa tangan Bella ke dadanya. Bella menggigit bibir bawahnya merasakan kulit panas pria itu. Terlebih ketika Damian menurunkan tangannya menuju kotak-kotak keras yang terbentuk dengan baik di perutnya. Begitu seksi dan maskulin.Darahnya terasa berdesir. Damian terus mengarahkan tangannya untuk meraba tubuhnya, sementara tatapannya terpaku pada wajahnya. Rasanya ada aliran listrik tegangan rendah yang mengaliri tubuhnya.Damian m
Mereka sudah pergi, bukan? Tidak ada lagi suara yang terdengar. Bella membuka pintu dapur dengan sangat hati-hati, kemudian mengamati sepanjang lorong yang mengarah ke sayap timur. Kosong. Ia tidak tahu ke mana dua orang itu menghilang, tetapi ia yakin mendengar suara langkah yang perlahan-lahan menjauh. Bella memegang erat cangkir tehnya dan berjalan melintasi aula dengan cepat. "Oh siapa ini?" Suara itu begitu mengejutkan hingga Bella terkesiap dan hampir menjatuhkan teh di tangannya. Ia menoleh ke samping, hanya untuk melihat seringai tipis dari pria kekar yang berdiri di balik pilar-pilar yang menjulang. Bella kira mereka sudah pergi, tetapi rupanya masih ada satu orang yang... ia bahkan tidak tahu apa yang pria itu lakukan di sini. Dia adalah pemilik dari suara mesin motor tadi. "Terkejut, ya?" tanyanya dengan jenaka. Seringainya melebar melihat ketakutan yang melintas di wajah Bella. Bella spontan berbelok ke samping, tetapi pergerakannya tidak cukup cepat ketika pria itu
Ketepatan Bella dalam menembak papan target sudah mulai meningkat. Pagi itu, Damian kembali membawanya ke tempat latihan menembak untuk mengasah kemampuannya. Mereka menghabiskan waktu di sana sampai jam sepuluh, kemudian kembali ke mansion saat salju mulai berjatuhan.Mereka sempat melewati rumah pribadi Damian yang tengah dipugar di beberapa bagian. Damian memberitahu bahwa mereka akan pindah ke sana setelah acara penobatannya selesai.Damian menjadi jauh lebih sibuk di hari berikutnya.Katanya, mereka akan meluncurkan senjata rakitan baru di sebuah pesta besar yang akan diselenggarakan. Jadi, Damian menghabiskan lebih banyak waktunya untuk berdiskusi dengan para petinggi organisasi.Masalah yang sebelumnya terjadi telah diselesaikan. Sebagian besar anggota organisasi mulai pergi dan tersisa lima orang yang memilih untuk tinggal lebih lama.Mereka adalah keluarga Tuan Martinez. Termasuk Ymar yang menghabiskan waktunya dengan menjelajahi seluruh isi mansion.Dia menyapa semua orang
"KAU PIKIR APA YANG KAU LAKUKAN, DAMIAN LINFORD?!" Damian menghela napas mendengar teriakan itu dan duduk di salah satu kursi yang kosong. Malam ini, ia dipanggil ke ruang tengah untuk sebuah pertemuan khusus setelah apa yang ia lakukan pada Ymar. Pria itu duduk di seberang meja dengan wajah babak belur, merah meradang dengan beberapa luka yang masih mengeluarkan darah. Kedua sisi matanya bengkak dan bibirnya tampak miring sebelah. Dia menatap Damian dengan wajah kesal luar biasa. Damian balas menatap dengan wajah dingin. Dia pantas mendapatkan hal itu, pikirnya. Seharusnya lebih. Kalau saja Damian tidak memikirkan ibu Ymar yang sedang sakit, ia akan menghabisi pria itu tanpa ampun. Setelah apa yang dia lakukan pada Bella, dia tidak berhak mendapat pengampunan. Tetapi sekarang, ia malah dipanggil untuk mendiskusikan tindakannya? Damian ingin mengumpat keras. Ayah Ymar—Massimo—menganggap bahwa tindakannya terlalu berlebihan. Pamannya itu tidak bisa menerima kenyataan bahwa ia telah
"Aku tidak mengerti. Kenapa orang orang-orang selalu bertindak sesuka hati mereka? Pelayan atau bahkan yang lebih rendah seperti seorang budak, mereka tidak lebih dari sampah, sama sekali tidak dihargai. Seolah-olah kami ini bukan manusia. Laki-laki bisa melakukan apa pun sesuka mereka, tetapi perempuan? Apalagi di dunia kita, harga diri wanita sangat rendah." Damian terdiam mendengar kata-kata Bella. Gadis itu agak mabuk setelah minum dua gelas tinggi vodka. Awalnya dia hanya diam, tetapi setelah beberapa saat, dia seolah berusaha mencurahkan segala hal yang ada di hatinya. Damian hanya diam dan membiarkan Bella bicara. Ia mengerti mengenai apa yang coba gadis itu ungkapkan. Mereka hidup di dunia yang kejam, di mana kekuasaanlah yang menjadi patokan dari segalanya. "Mereka juga ingin dihargai, sedikit saja," lanjut Bella dengan suara serak menahan tangis. Tangannya ditekan ke pembatas balkon yang dingin, kemudian ia menghela napas panjang. "Tapi hal itu mungkin tidak akan pernah bi