"Apa ada yang ingin kamu katakan pada saya, Seika?" Pertanyaan Diana barusan sukses membuat Seika tergagap. Gadis itu pun menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan agar perasaannya menjadi lebih tenang."Sa-saya dan Pak Devan tidak melakukan apa pun, Tante. Tolong jangan paksa Pak Devan untuk menikahi saya," ucapnya takut-takut.Diana malah tersenyum. "Kamu tenang saja. Lagi pula saya tidak serius meminta Devan untuk menikahi kamu.""Benarkah?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir mungil Seika. Dia merasa terkejut sekaligus lega di saat yang sama.Sieka pikir Diana benar-benar ingin menikahkannya dan Devan, tapi wanita itu ternyata tidak serius meskipun sudah menangkap basah dirinya dan Devan tidur dalam satu ranjang.Diana menghela napas panjang. "Saya sebenarnya ingin sekali menjadikan kamu sebagai menantu saya. Tapi ...."Kedua mata Seika sontak membulat. Padahal Diana tadi mengatakan tidak serius ingin menikahkannya dan Devan, tapi Diana sekarang malah ingin m
Sejak saat itu Devan bersikap sangat dingin pada Seika. Dia seolah-olah membangun dinding yang sangat kokoh di antara mereka. Devan sengaja melakukannya agar perasaannya tidak tumbuh semakin dalam pada Seika. Tidak mudah memang, tapi dia harus melakukannya demi memenuhi janjinya pada Elea.Seika sepertinya menyadari jika Devan berubah. Rasanya dia ingin sekali memarahi lelaki itu agar berhenti bersikap dingin pada dirinya. Namun, dia tidak punya hak untuk melakukannya karena dia bukan keluarga, teman, bahkan istri Devan. Lagipula Devan sudah memperingatkan dirinya agar tidak berharap terlalu banyak.Namun, entah kenapa dadanya sekarang terasa sesak. Apa mungkin dia cemburu karena Devan sampai sekarang masih mencintai mendiang Elea?Seika tanpa sadar menggelengkan kepala. Dia tidak mungkin cemburu pada Elea karena dia tidak mempunyai hubungan apa pun dengan Devan."Papa berangkat kerja dulu." Devan mengecup puncak kepala Cherry dengan penuh sayang sebelum pergi bekerja."Papa nggak mak
"Jam lima sore di Amus Restourants. Ingat, jangan sampai telat." Kening Devan berkerut dalam melihat secarik kertas yang Diana berikan pada dirinya. "Apa ini?""Mama sudah pesan meja di Amus Restourants buat kencan buta kamu sama anak teman mama.""Apa?!" Devan tersentak. Dia tidak pernah menyangka Diana akan menyuruhnya untuk mengikuti kencan buta. Wanita yang sudah melahirkannya itu bahkan sudah memesan meja di Amus Restourants agar dia cepat menikah."Apa ucapan mama kurang jelas, Devan?"Devan mendesah panjang. Sumpah demi apa pun dia malas sekali ikut kencan buta. Sebenarnya dia tidak perlu repot-repot mengikuti kencan buta karena dia bisa memilih perempuan mana pun untuk dijadikan istrinya. Namun, Devan tidak mau menikah lagi."Sudah berapa kali Devan katakan. Devan tidak mau—""Mama tidak mau mendengar alasan apa pun. Mama akan terus meminta kamu ikut kencan buta sampai kamu mau menikah lagi, Devan.""Mama!" Diana meneguk segelas air putih yang ada di atas meja sebelum bicara
Noah berdecak kesal, padahal dia masih ingin dekat dengan Seika, tapi Devan malah menariknya dengan paksa agar menjauh dari gadis itu. "Pamanku posesif sekali.""Sstt, diam!" sengit Devan dengan mata melotot. Dalam hati dia merutuki dirinya sendiri yang tanpa sadar menjauhkan Noah dari Seika. Apa dia cemburu?Noah terkekeh geli melihat tingkah Devan. Sejak dulu pamannya itu memang posesif jika menyangkut orang yang disayanginya dan dia menyadari hal itu. "Cherry mau diantar sekolah sama siapa? Papa atau Kak Noah?" Devan menatap Cherry dengan lekat. Dalam hati dia berharap semoga Cherry memilihnya agar dia bisa menjauhkan Seika dari Noah.Bukan tanpa alasan kenapa Devan ingin menjauhkan Seika dari Noah sebab keponakannya itu suka sekali menggoda perempuan. Apalagi jika perempuan itu cantik seperti Seika.Devan tersentak setelah menyadari apa yang baru saja dirinya pikirkan. Apa dia sekarang mengakui kalau Seika cantik?Devan tanpa sadar menggelengkan kepala. Seika memang cantik, tapi
"Ayo, Seika. Aku akan mengantarmu pulang sekarang."Suara Noah barusan sukses membuat Devan tersadar dari lamunan. Dia sontak menatap Noah dan Seika bergantian. Padahal Seika baru pertama kali ini bertemu dengan Noah, tapi mereka terlihat sangat akrab seolah-olah sudah mengenal lama."Tu-tunggu! Kalian mau pergi ke mana?"Noah menghela napas panjang. "Aku tadi kan, sudah bilang kalau mau mengantar Seika pulang, Paman.""Kenapa kamu tiba-tiba ingin mengantar Seika pulang? Memangnya Pak Maman ke mana?" Devan menatap Noah dengan tajam."Aku memang ingin mengantar Seika pulang. Pak Maman sedang ngopi di belakang. Ayo, Seika! Kita pergi sekarang!"Kedua mata Devan sontak membulat, seolah-olah ingin loncat keluar dari tempatnya melihat Noah yang tiba-tiba menggenggam tangan Seika. Apa keponakannya itu sengaja ingin membuatnya kesal?"Kak Noah, Cherry ikut!" Cherry yang berada di dalam gendongan Devan cepat-cepat minta turun lalu ikut Noah mengantar Seika pulang."Ayo!"Devan lagi-lagi hanya
Sekarang sudah hampir jam sepuluh malam, tapi Devan masih berkutat dengan tumpukan berkas yang ada di atas meja kerjanya. Devan berusaha keras memahami materi yang disiapkan Pramudya tadi siang agar dia tidak melakukan kesalahan saat memimpin rapat hari Senin depan. Namun, tidak ada satu pun materi yang berhasil masuk ke dalam pikirannya karena dia terus memikirkan Seika.Devan melepas kaca mata minus yang sejak tadi bertengger di hidung mancungnya, lalu meletakkan benda itu di samping foto pernikahannya dan Elea. Enam tahun lalu, tepatnya tanggal 12 Januari dia resmi menikahi Elea. Wanita yang berhasil mencuri hatinya sejak pandangan pertama.Hari itu menjadi hari yang paling membahagiakan bagi Devan. Dia merasa menjadi lelaki paling beruntung di dunia karena bisa mendapatkan wanita yang sangat baik dan cantik seperti Elea. Dengan sangat yakin dia mengucapkan janji untuk selalu setia dan membahagiakan Elea sampai maut memisahkan di depan seluruh keluarga, teman, serta tamu yang hadir
Seika terus berbalik mencari posisi tidur yang nyaman, malam ini dia tidak bisa tidur karena ucapan Diana tadi terus terngiang-ngiang di pikirannya. Seika tidak pernah menyangka Diana tiba-tiba memintanya untuk menjadi mama tiri Cherry.Apa Diana sudah kehilangan akal? Kenapa wanita itu ingin sekali menjadikannya sebagai menantu?Helaan napas panjang keluar dari bibir mungil Seika. Dia bukan berasal dari keluarga kaya dan hanya tamat SMA. Rasanya aneh sekali jika Diana ingin menjadikannya sebagai menantu karena Devan bisa mendapatkan gadis yang jauh lebih baik darinya. Dia merasa tidak pantas menjadi pendamping hidup Devan. Apa lagi lelaki itu sampai sekarang masih mencintai mendiang istrinya.Seika kembali menghela napas panjang lalu melihat jam yang menempel di dinding kamar. Ternyata sekarang sudah hampir jam sepuluh malam, tapi kedua matanya sulit sekali untuk dipejamkan.Seika merasa sangat bingung sekarang. Biasanya dia selalu meminta saran dari Satria. Namun, Satria tadi terlih
Seika tersentak melihat seorang lelaki berwajah tampan yang tiba-tiba duduk di kursi kosong yang berada tepat di hadapannya. Aroma parfum mahal yang menguar dari tubuh lelaki itu seketika menyeruak di indra penciumannya. Aroma yang menenangkan sekaligus membuat jantungnya berdebar.Kenapa Devan bisa ada di restoran yang sama dengannya? Apa lelaki itu mengikutinya?"Kenapa Bapak bisa ada di sini?""Kamu sendiri?" Devan malah balik bertanya sambil menatap Seika dengan lekat. Gadis itu terlihat cantik dalam balutan gaun sabrin tanpa lengan berwarna peach yang melekat sempurna di tubuhnya. Bahu dan punggung gadis itu terlihat jelas, mengundang tatapan nakal dari beberapa pengunjung laki-laki yang ada di restoran.Apa Seika tidak sadar kalau sejak tadi banyak lelaki yang menatapnya lapar?"Saya sedang menemani Noah. Kalau Bapak?"Devan malah mengangkat sebelah alisnya alih-alih menjawab pertanyaan Seika. Entah mengapa firasatnya mengatakan pertemuannya dengan Seika di restoran ini bukanlah