WELCOME TO TRESNO BANKBangunan gedung berjumlah 30 lantai dimana lima lantai teratas adalah kantor pusat Tresno Bank. Dan tempat tertinggi yang merupakan lantai paling megah dan berkelas disana adalah ruang kerja milik Tresno di dalam gedung tersebut.Mobil Tresno tiba di parkiran khusus. Puluhan orang bawahannya berdiri berjajar rapih untuk menyambut kedatangan orang nomor satu disana sekaligus pendiri Tresno Bank.Salah satu bawahan membukakan pintu, Tresno keluar dari mobil. Semua orang yang ada disana membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan pada Tresno.Ditemani oleh Andi, lelaki berusia 35 tahunan yang merupakan asisten pribadinya, Tresno langsung menuju ke lift khusus pemilik bank yang akan membawa Tresno ke ruangan kerjanya.Saat tiba di lantai 30, di lobi kantor Tresno sudah ada Jenny yang telah menunggu kedatangan Tresno.“Sudah sampai kamu, Jenny?” sapa ramah Tresno pada Jenny.“Belum lama kok, om,” Jawab sopan Jenny.Tresno pun mengajak Jenny segera masuk ke ruangan
Setelahnya Alanis senyum-senyum sendiri. Dia makin bersemangat untuk pergi ke apartemen TT.Sebelum melangkahkan kaki, Alanis mengeluarkan cermin kecil dari tas selempangnya, CEK PENAMPILAN! Biar keliatan cantik pas ketemu pacar, dandan dulu dikit-dikit.Padahal tidak usah di cek ulang juga, dasarnya Alanis memang sudah cantik natural meskipun tanpa dandanan.“Dandan dulu ah biar sukses menggoda tuan muda!”Tiba-tiba terdengar suara sindiran dari pelayan yang baru saja tiba di sana bersama seorang pelayan lainnya.“Enak ya yang dapet tugas mulia! Pake pelet apa tuh bisa diterima anak majikan buat beres-beres? Padahal kita disini ditolakin semua!” sindir pelayan yang satu lagi.Alanis buru-buru menyimpan cerminnya, tidak menyelesaikan acara dandannya.Dia merasa tidak enak takut tambah disindir meski Alanis sendiri enggan menanggapi komentar-komentar julid dari para pelayan tersebut.Di halaman depan rumah, Verawati sedang melangkah menuju masuk melalui pintu utama. Dia memegang sebuah
TT baru saja menutup telepon dari Ibunya yang mengingatkan kembali kalau TT harus datang ke anniversary ulang tahun pernikahan orang tuanya.TT sebenarnya malas datang, karena pasti akan banyak tamu yang merupakan orang-orang penting seperti pejabat dan konglomerat lainnya.Dia risih dikenalkan sebagai anak dari Tresno kepada orang-orang tersebut. TT lebih senang hidup merakyat tanpa ada yang tahu tentang status dan asal-usulnya sebagai anak salah satu konglomerat ternama di Indonesia.Pintu ruangan kerja TT diketuk, belum juga TT menyuruh masuk pintu telah terbuka dan ternyata Jenny yang datang. TT langsung pasang wajah masam mengetahui kehadiran Jenny disana.“Ngapain kesini?” sambut ketus TT.“Yeyy, kok gitu banget nanyanya! Aku kan datang baik-baik. Nggak mabuk lagi kok,” keluh manja Jenny.“Aku sibuk! Cepetan ngomong kalo ada perlu!” balas TT makin ketus.TT sama sekali tak menatap wajah Jenny saat bicara. Baginya tak ada wajah lain yang lebih sedap dipandang selain wajah Alanis.
Motor TT meliuk-liuk di jalan Raya, dia mencoba untuk mengelabui mobil Anton yang terus membuntutinya.“Apa mungkin dia sudah tahu saya ikuti?” gumam curiga Anto sembari masih terus menginjak pedal gas lebih dalam untuk mengejar motor TT.Di perempatan, board penunjuk waktu menunjukkan 20 detik lagi lampu yang kini sedang hijau akan segera berganti menjadi merah.TT melihat situasi yang menguntungkan buat dia. TT justru memperlambat laju motornya dengan maksud mengulur waktu agar bisa menahan laju mobil Anton yang masih berada di belakangnya.Jelang lampu merah, tiba-tiba WARM WARM…TT justru secepat kilat menaikkan kecepatan motornya untuk meloloskan diri agar tak tercegat lampu merah.TT berhasil lolos, sementara Anton yang tak menduga rencana TT gagal mengejar. Karena dia kini justru tertahan di perempatan saat lampu sudah berganti warna merah.Anton kesal, dia memukul-mukul setir mobilnya.“SIALL! Dia ngerjain saya!” umpat Anton.Sementara TT kini bisa melajukan motornya lebih te
Barang-barang Alanis selesai diangkut ke mobil hanya dalam waktu kurang dari 10 menit.“Makasih ya, mas. Aku ngerasa nggak enak sebenernya,” ucap gugup Alanis.“Enakin aja!” jawab santai TT sambil pasang mode jaimnya.Ibunya Yanto menghampiri Alanis dan TT, sambil tebar wajah sinisnya pada dua pasangan yang sedang di mabuk cinta tersebut.“Mana? Kamu kan janji mau bayar!” tembak Ibunya Yanto sambil menengadahkan tangannya meminta uang.Alanis jadi malu apalagi ditagih tepat di depan TT. Namun dia terpaksa jujur karena memang dia sama sekali tidak punya uang sekarang.“Saya janji sama Yanto bayarnya kalau sudah gajian bu,” tawar Alanis dengan sangat sopan.“Nggak bisa dong! Kalau kamu lalai terus kabur gimana?” sungut ibunya Yanto.Alanis tak bisa jawab. Di saat itu juga sekali lagi TT menjadi hero untuk Alanis.“Berapa? Mau cash, transfer atau saya buka cek sekarang?” balas TT pakai mode angkuh karena kesal dengan perlakuan Ibunya Yanto terhadap pacarnya.“Sombong banget sih! Kamu si
Kediaman Tresno Senopati kini tampak sedang sibuk-sibuknya. Persiapan keberangkatan Tresno beserta istrinya dan para rombongan sedang direncanakan dengan matang oleh para staf Tresno.Di saat situasi sedang serius-seriusnya datang seorang lelaki muda seumuran dengan TT berpenampilan santai persis seperti stylenya Ariel Noah. Celana jeans serta jaket denim dan kaos bermerek EH RIGO melekat di tubuhnyaLelaki itu langsung menghampiri Tresno dan Verawati sambil menyalami lalu menyapa dengan santai dan sudah terlihat dia cukup akrab dengan dengan kedua orang tua TT."Apa kabar om, tante?"“Syahril! Apa kabar?" jawab heboh Verawati yang senang menyambut kedatangan lelaki itu."Boril, tante! Di depan umum jangan panggil nama asli aku ya," protes Syahril alias Boril.“Halah kamu ya! Masih ngefans aja sama vokalis band itu. Apa sih namanya? No Ah?” canda Verawati sambil tertawa ceria.“NOAH, tant! Jangan dipisah! Masa sih nggak tahu sama band terbaik se Indonesia?” lagi Boril protes sama Vera
TT menyeret Boril lebih jauh dari posisi sebelumnya yang masih dalam venue pesta dan kini mereka sudah berada di toilet hotel.TT memeriksa satu persatu bilik WC yang ada di dalam untuk memastikan tidak ada satu pun orang di dalamnya. Boril pun semakin bingung melihat tingkah TT."Lo ngapain sih sampai ke sini-sini segala?" protes boril pada TT.“Sampe semua diperiksain gitu! Nggak bakalan ada bom disini! Intel bokap lo canggih-canggih!” lanjut Boril yang tambah sebal sama kelakuan aneh sahabatnya itu. "Justru gua pengen ngomong apa yang tadi lo omongin!" sambar TT.“Disana aja kan bisa mas bro!”“Harus disini!”“Why bro TT? Why?”“Berisik! Nurut aja apa kata gue!” sungut TT kesal."Gue kan lagi curhat ngapain lu yang sewot!" timpal Boril tak mau kalah."Curhat lo salah sasaran!" balas TT enggan menyerah."Salah sasaran gimana sih? Gue makin nggak ngerti!" tanya bingung Boril.TT memandang sekeliling sekali lagi untuk memastikan bahwa situasi aman, tak ada satupun manusia yang bisa m
Di tengah rehat acara anniversary, di private room hotel yang disewa oleh keluarga Tresno kini terjadi pertengkaran hebat antara Tresno dan TT.Ada juga Jenny dan Verawati di sana. Verawati berdiri di tengah-tengah posisi Tresno dan TT. Sang ibu sangat cemas dan berjaga-jaga jika terjadi sesuatu yang lebih parah dari sekedar adu mulut antara sang ayah dan sang anak.Ekspresi wajah TT sudah sangat memerah terbakar emosi. TT tak terima dengan cara Tresno yang tiba-tiba mengumumkan begitu saja soal pernikahan dengan Jenny kepada publik padahal TT sendiri tidak pernah mau menikah dengan Jenny."Bagus memang anak Papi, tapi Bagus bukan boneka yang bisa diperlakukan seperti ini! Papi kan udah tahu sendiri Bagus nggak pernah mau nikah sama dia!" ucap marah TT kepada sang ayah sambil menunjuk telak ke arah Jenny"Kamu terlahir dari darah Tresno Senopati dan selamanya tidak akan pernah berubah! Dan selama saya masih hidup, kamu harus tunduk dalam aturan yang sudah saya buat! Tidak ada alasan u