Share

Angkuh [Bab 6]

Author: Minkybee
last update Last Updated: 2023-08-12 15:32:20

"Untuk apa kau ke rumah sakit?" tanya Glen saat Akiko baru saja sampai di depan gedung apartemen. Ternyata pria itu sudah menunggunya karena dia paham bahwa gadis itu pasti tidak tau password apartemen, sementara Akiko berpikir pasti Glen habis memata-matai sehingga bisa tau dia habis menemui laki-laki.

"Kau yang menyakiti aku, kenapa malah bertanya?" sahutan ketus dari Akiko membuat Glen terkekeh pelan, ia tersenyum menyeringai sambil melingkarkan tangannya di pinggul Akiko agar berjalan mengikutinya.

"Angkuh juga kau ternyata," gumam Glen berpikir mungkin semua keluarga Eloise memiliki sifat angkuh seperti Akiko, dia bahkan tidak bergeming sedikitpun ketika tangan kekar itu mengusap pinggulnya secara sensual.

"Kau bertemu kekasihmu, iya, 'kan?" Glen merasa curiga pada Vian, dokter yang Akiko temui beberapa saat lalu.

"Bukan," jawab Akiko seadanya.

"Lalu siapa dia? Kenapa kalian terlihat sangat dekat?" tanya Glen lagi.

"Dokter biasa," jawab Akiko lagi kali ini sambil mencuci tangan, sementara pria di sampingnya hanya mengangguk paham walau masih belum puas dengan jawaban dari gadis itu. Namun, mau bagaimana lagi? Gadis itu bahkan sangat acuh dalam menjawab berbagai pertanyaannya.

"Aku lapar, masaklah sesuatu," titah Glen sembari duduk di sofa ruang utama. Karena apartemen Glen bertema open space jadi dia bisa melihat ke dapur, ruang tamu, mini bar, dan juga beberapa ruang lain kecuali kamar karena tentunya kamar memiliki pintu sebagai privasi.

"Tunggu, lepaskan ini," pintanya saat Akiko ingin pergi ke dapur sambil menunjuk dasi. Akhirnya, Akiko beranjak ke sofa dan melepaskan dasi Glen terlebih dahulu. Pria berambut gelap itu menatap bingung, apakah Akiko tidak punya rasa gugup sama sekali saat melakukan tugas? Karena biasanya para wanita akan tersipu malu jika berdekatan dengannya.

Cantik, pikirnya saat diam-diam mengamati Akiko. Rugi sekali Mr. Eloise melepaskan anak gadisnya yang cantik ini hanya demi menutupi hutang. Pasti Akiko bisa membuat perusahaan Mr. Eloise naik jika dijaga dengan benar karena pesona dan prestasinya yang tak kalah tinggi.

Glen sendiri bisa atau kalau Akiko bukan tipe gadis yang banyak mau atau pun pemilih, hanya saja gadis itu terlihat sendu dengan pandangannya yang selalu kosong seolah tidak peduli pada sekitar. Sungguh, Mr. Eloise sangat bodoh karena sudah melepaskan harta berharga miliknya.

"Makan yang banyak, aku tidak suka tubuhmu kurus seperti itu," tekan Glen sehingga disambut dengan anggukan pasrah dari Akiko. Namun, dia tidak melihat adanya bahan masakan tersedia di kulkas yang hanya berisi alkohol dan minuman kaleng dengan berbagai macam merk.

"Aku lupa belanja, ambil ini dan segera kembali," Glen memberikan sejumlah uang pada Akiko. Akhirnya, gadis itu segera melenggang pergi daripada membuang waktu.

"Password apartemen, 12345678." Begitulah pesan yang masuk dari Glen. Karena punya kesempatan keluar, Akiko memutuskan untuk sekalian belanja saja untuk kebutuhan pribadi. Dia tidak makan banyak, jadi hanya membeli kopi dan susu untuk sarapan. Yang paling penting dia harus membeli stok makanan Kouma karena dia tidak tahu kapan lagi bisa keluar dari apartemen Glen dengan bebas.

Sebenarnya, Glen memberikan uang dengan jumlah banyak. Namun, Akiko merasa tidak punya hak untuk menggunakan uang itu demi keperluan pribadinya. Alhasil dia hanya belanja bahan makanan pokok dengan uang Glen, sementara keperluan miliknya beda lagi.

Akiko segera pulang setelah selesai belanja, kedatangannya disambut oleh Glen yang sedang minum alkohol sambil merokok dengan santai. Pria itu mendekati Akiko, mengamati belanjaan lumayan banyak yang tergeletak di meja.

"Kemari," pinta Glen sehingga Akiko berjalan mendekat. "Untuk siapa ini?"

Pria itu menunjukkan sebungkus permen yang Akiko beli. "Aku membelinya dengan uangku sendiri," jelas Akiko khawatir Glen marah karena salah paham.

Akiko berniat mengambil permen itu dari tangan Glen, tapi pria bertubuh kekar itu justru mengangkat tangannya tinggi-tinggi seolah mempermainkannya. Tiba-tiba Glen mencium bibirnya singkat, lalu tersenyum.

"Entah kenapa … aku suka sekali menciummu."

"Karena kau mesum," sahut Akiko tegas, ia langsung menyerah karena tidak bisa mengambil permen itu karena perbedaan tubuh mereka cukup besar. Glen langsung menarik kembali pinggul gadis itu ketika ingin pergi.

"Diam," tegas Glen, lalu mengangkat tubuh Akiko dengan mudahnya untuk duduk di sandaran sofa. "Buka mulutmu."

Akiko yang tidak peduli, dia langsung mengikuti perintah Glen sampai akhirnya tubuh Akiko membeku saat Glen memberikan permen lewat mulut, lalu melumat permen dan bibir Akiko secara bersamaan. Setelah puas Glen justru terkekeh pelan melihat wajah polos Akiko , bahkan menggigit pipi Akiko karena gemas.

"Ini," Akiko bereaksi normal sambil memberikan sisa uang belanja.

"Simpan saja," ujar Glen karena dia tidak suka membawa pecahan uang. Melihat Akiko yang melenggang pergi dengan acuh untuk masak, Glen jadi semakin penasaran. Apakah Akiko benar-benar tidak merasakan gugup saat berada di dekatnya? Bahkan dengan ciuman tadi Akiko tidak bereaksi apapun.

"Nanti malam ikut aku untuk menemui tamu penting, berdandanlah agar lawan bicaramu terkesan," ujar Glen di sela-sela kesibukan Akiko di dapur.

"Kenapa aku? Tamu itu datang untuk menemuimu," bingung Akiko bertanya-tanya siapakah orang yang akan mereka temui sampai dia harus berdandan rapi. Dia baru saja tinggal bersama Glen jadi tidak tahu apa saja kegiatan pria itu.

"Kenapa? Karena kau harus menuruti perintahku. Bukan begitu, Aiko?" tanya Glen dengan senyuman miring khas.

"Oke," jawab Akiko singkat, sifat acuh itu membuat Glen kembali merasa marah dan aneh secara bersamaan.

"Aku tidak suka sifat angkuhmu itu, Aiko…," desis Glen sambil meneguk alkohol, lalu berjalan mendekati Akiko di dapur.

"Sorry," ucap Akiko pelan.

"Minum," Glen memberikan gelas alkohol miliknya.

"No, aku tidak minum alkohol," tegas Akiko.

"Oh … sepertinya kau gadis polos, hah? Aku jadi ingin memakanmu," bisik Glen sensual, kemudian membiarkan Akiko menyelesaikan tugas masaknya terlebih dahulu karena selama ini Akiko makan seadanya jadi dia tidak begitu pandai masak, hanya bergantung beberapa skill basic saja.

"Itu kamarmu, anjing kesayanganmu juga ada di sana." Akhirnya, Akiko bisa punya waktu sendiri di kamar dingin dengan kasur tipis di ujung ruangan, bahkan Kouma juga nampak tidak menyukainya kamar itu.

"Kouma," lirih Akiko, kemudian memberikan makan dan minum seperti biasa.

Baru saja duduk, Akiko langsung terdiam karena mimisan kembali muncul. Darah itu menetes dengan bebaskan ke pakaian sehingga dia harus cepat-cepat mandi. Saat sedang menata pakaian, Akiko menemukan sebuah surat dari Dokter beberapa waktu lalu.

"Leukemia Myeloid akut."

Itulah penyakit yang diderita Akiko selama ini, tapi baru diketahui beberapa bulan akhir-akhir ini karena dia adalah gadis yang sangat acuh, bahkan pada kesehatannya sendiri. Penyakit yang biasa disebut kanker darah itu kini semakin membuat tubuhnya melemah, apalagi kanker yang dideritanya sudah masuk tahap akut, alias parah. Walau masih ada kesempatan sembuh, tapi jika didiamkan saja tentunya akan lebih cepat menggerogoti tubuhnya.

Padahal Vian sebagai Dokter spesialis kanker sudah berusaha sebaik mungkin untuk membantu Akiko, tapi kembali lagi pada kepribadian Akiko yang sudah tidak mau berusaha. Dia tidak mau hidup lama dengan merasakan sakit tiada henti. Sejak dulu dia disiksa oleh papa dan mamanya, bergelut dengan penyakit mematikan, dan kini harus menjadi tawanan seorang pria kejam.

Namun, hebatnya Akiko masih bisa melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik. Sebelumnya memang dia ingin ikut pengobatan, tapi sekarang dia sudah pasrah karena hidupnya ada di tangan Glen. Vian sudah menawarkan diri ingin membiayai pengobatan Akiko dan tentunya dia tolak. Setidaknya dia tidak mau menjadi beban untuk orang lain di waktu-waktu terakhir hidup.

"Aiko," panggil Glen sembari membuka pintu kamar Akiko begitu saja. Gadis berambut pendek itu menyimpan kembali surat dari dokter dengan tenang, menata pakaian lalu berdiri menghampiri Glen.

"What?" sahut Akiko yang sebenarnya merasa kesal dengan panggilan 'Aiko'. Mungkin Glen tidak tau kalau Aiko itu berarti ‘Orang yang dicintai’ dalam bahasa Jepang. Sementara Akiko merasa sangat jauh dari makna tersebut.

Glen mengamati Akiko dari atas sampai bawah, gadis itu nampak mempesona dalam balutan dress panjang warna hitam yang membuatnya merasa puas dengan keputusan dress pilihan Akiko.

"Ayo, kita berangkat. Tunjukkan sifat angkuhmu itu nanti, okay?" ujar Glen membuat Akiko penasaran siapakah orang yang akan mereka temui?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Janji [Bab 50]

    Di sebuah gedung besar, acara pernikahan Glen dan Akiko sedang dilakukan. Pernikahan ini tentu dilakukan secara privat, hanya ada keluarga dan beberapa tamu rekan kerja saja. Namun, semua orang mengatakan bahwa pernikahan ini adalah pernikahan paling mewah yang pernah mereka lihat. Dengan nuansa dekorasi warna putih, aula pernikahan kini terasa sangat indah. Lagu lagu dimainkan langsung oleh musisi profesional dengan gaya classic nan elegan.Sebenarnya, Akiko tidak membayangkan bahwa acaranya akan semewah ini karena dia tahu Glen kurang suka sesuatu yang heboh. Namun, atas bujukan dari keluarganya Glen jadi berpikir bahwa pernikahan ini memang harus dirayakan semewah mungkin. “Kau gugup?” tanya Guston, Papa Akiko. “Tentu, jantungku terus berdetak kencang sejak tadi,” sahut Akiko yang masih berada di ruang rias, sementara Glen sudah terlebih dahulu ke aula untuk menyapa tamu. “Bukankah Glen bilang tidak akan terlalu mewah?” tanya Akiko. “Iya, beberapa waktu lalu dia ingin acara yan

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Menemukan Kebahagiaan [Bab 49]

    “Bagaimana bisa… bagaimana bisa kau masih hidup?” tanya Keinara masih sambil terus mengamati wajah Akiko. Tangannya bergetar hemat, air matanya turun seolah masih tak percaya dengan apa yang dia lihat. Akiko, adiknya yang dia ketahuilah sudah meninggal 5 tahun yang lalu kini berdiri di hadapannya. Akiko ingin sekali mengelak pertanyaan itu, tapi mana mungkin Keinara percaya setelah melihat Glen.“Bicaralah, kau Adikku, ‘kan?” tanyanya lagi.“Iya, ini aku,” jawab Akiko pasrah. Mendengar suara lembut yang selalu dia rindukan membuat tangis Keinara semakin pecah, lalu memeluk Akiko dengan sangat erat. “Kau baik-baik saja? Oh… lihatlah dirimu, kau sangat cantik. Kenapa kau menghilang begitu saja?” tanya Keinara sembari mengusap wajah Akiko. “Aku pergi berobat,” jawab Akiko seadanya. “Tapi aku mendapatkan surat dari rumah sakit bahwa kau sudah meninggal, aku juga mengunjungi Makam atas nama Akiko. Apakah semua itu…,” ucapan Keinara menggantung ketika mengalihkan pandangannya pada Glen.

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Nortalgia [Bab 48]

    “Kau memang tidak tau diri, Akiko. Glen sudah menanggung hidupmu selama bertahun-tahun untuk berobat dan mencukupi semua kebutuhanmu, tapi kau tidak bisa memberikan apapun?” pertanyaan dari Eva membuat Akiko terdiam sambil mengamati langkah wanita itu yang semakin mendekati Glen di ranjang. “Glen memang terlalu baik, dia tidak tahu kalau selama ini kau hanya memanfaatkan dia,” lanjut Eva. “Aku tidak memanfaatkan dia,” tegas Akiko menolak. “Lalu? Apa yang bisa kau lakukan untuk membalas semua kebaikannya? Jika kau sudah dewasa pasti kau paham maksudku,” Eva menatap Glen dengan penuh gairah sembari naik ke atas ranjang di mana Glen berbaring sambil memegangi kepalanya yang pusing. “Oh… Glen, dari pada kau bersama Akiko yang tidak bisa apa apa, lebih baik bersamaku saja. Aku bisa memberikan kenikmatan yang tiada tara,” bisik Eva. Dokter perempuan itu mengusap wajah Glen, tersenyum puas karena akhirnya bisa menyentuh Glen. Bahkan dia bisa merasakan deru nafas pria yang menjadi idamann

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Bersaing [Bab 47]

    “Bukankah kau bilang Glen tidak suka warna yang mencolok?” tanya Eva sambil duduk di ruang makan. Acara makan malam bersama akan dimulai, kini ketiga orang itu duduk bersama, walaupun perhatian Glen tidak pernah lepas dari Akiko. “Iya, dia memang tidak suka,” jawab Akiko seadanya. “Lalu kenapa kau memakai dress dengan warna merah? Tidak inginkan kau membuatnya terkesan?” tanya Eva sambil tersenyum puas seperti menjelaskan bahwa dia menang satu poin karena memakai warna tidak mencolok. “Jika dia memang terkesan pada seseorang, dia tidak akan mengamati warna pakaian yang mencolok atau tidak,” Akiko menjawab dengan sangat tenang seperti biasa. Namun, hal tersebut membuat Eva menjadi lebih tertantang dan merasa Akiko sudah membuka jalan untuk persaingan mereka.“Tapi aku rasa warna dress itu terlalu terang. Kau setuju, Glen?” tanya Eva pada Glen yang masih menatap Akiko dengan tatapan tajamnya. “Ya, terlalu terang,” sahut Glen sambil tersenyum diam-diam. Eva tidak menyadari senyuman i

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Mengambil Hati [Bab 46]

    “Kau akan pindah?” tanya seorang wanita yang tengah duduk di kursi kerjanya sambil membaca beberapa berkas. Wanita itu adalah Eva, seorang dokter muda dengan kepribadian ramah. “Ya,” jawab Glen dengan yakin. “Kapan? Kenapa tiba-tiba sekali?” tanya Eva lagi. “Mungkin beberapa hari lagi, sekarang aku sedang menyiapkan barang-barang,” sahut Glen. “Sayang sekali ya, padahal aku pikir kita bisa bicara lebih lama. Tapi tidak masalah, aku bisa bicara dengan Akiko,” ucap Eva setelah menunduk sedih. “Apa maksudmu? Aiko pasti akan ikut bersamaku,” desis Glen sambil menatap tajam, sementara Akiko hanya duduk dengan tenang karena saat ini dia sedang tes tekanan darah. “Akiko ikut?” tanya Eva memastikan. “Tentu, apa kau pikir aku akan meninggalkannya sendirian di sini?” cibiran itu membuat Eva meneguk saliva kasar. Hatinya berdegup kencang karena takut, takut Glen semakin dekat dengan Akiko karena mereka berdua akan pergi bersama. “Kalau begitu aku juga harus ikut, kan? Aku harus memeriksa

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Masa Yang Terlewat [Bab 45]

    Seorang pria sedang menatap seorang gadis yang duduk di taman bunga. Pria bertubuh kekar itu tersenyum, kemudian berjalan mendekat dan memeluk gadis di hadapannya dengan erat. “Kau membuatku kaget,” ucap Akiko sembari memutar badannya untuk menatap Glen langsung. “Ini masih pagi, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Glen. Pria itu suka sekali jika melihat wajah gadisnya saat bangun, tapi pagi ini Akiko justru bangun lebih cepat. “Aku ingin memetik bunga untuk hiasan kamar kita,” sahut Akiko seadanya, lalu melepaskan pelukan Glen untuk memetik bunga yang sudah dia rawat di taman rumah. Glen tersenyum melihat betapa manisnya Akiko dengan dress berwarna pink lembut itu, rasanya sangat cocok dengan kulit putih dan wajah polosnya. 2 tahun lebih sudah berlalu sejak awal mereka pindah di kota ini, Glen merasa kalau kehidupan mereka memang jadi lebih baik. Pria itu juga menepati janjinya untuk membawa Akiko tinggal di rumah yang nyaman, memiliki taman bunga, dan juga peternakan kecil.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status