Share

Angkuh [Bab 6]

Penulis: Minkybee
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-12 15:32:20

"Untuk apa kau ke rumah sakit?" tanya Glen saat Akiko baru saja sampai di depan gedung apartemen. Ternyata pria itu sudah menunggunya karena dia paham bahwa gadis itu pasti tidak tau password apartemen, sementara Akiko berpikir pasti Glen habis memata-matai sehingga bisa tau dia habis menemui laki-laki.

"Kau yang menyakiti aku, kenapa malah bertanya?" sahutan ketus dari Akiko membuat Glen terkekeh pelan, ia tersenyum menyeringai sambil melingkarkan tangannya di pinggul Akiko agar berjalan mengikutinya.

"Angkuh juga kau ternyata," gumam Glen berpikir mungkin semua keluarga Eloise memiliki sifat angkuh seperti Akiko, dia bahkan tidak bergeming sedikitpun ketika tangan kekar itu mengusap pinggulnya secara sensual.

"Kau bertemu kekasihmu, iya, 'kan?" Glen merasa curiga pada Vian, dokter yang Akiko temui beberapa saat lalu.

"Bukan," jawab Akiko seadanya.

"Lalu siapa dia? Kenapa kalian terlihat sangat dekat?" tanya Glen lagi.

"Dokter biasa," jawab Akiko lagi kali ini sambil mencuci tangan, sementara pria di sampingnya hanya mengangguk paham walau masih belum puas dengan jawaban dari gadis itu. Namun, mau bagaimana lagi? Gadis itu bahkan sangat acuh dalam menjawab berbagai pertanyaannya.

"Aku lapar, masaklah sesuatu," titah Glen sembari duduk di sofa ruang utama. Karena apartemen Glen bertema open space jadi dia bisa melihat ke dapur, ruang tamu, mini bar, dan juga beberapa ruang lain kecuali kamar karena tentunya kamar memiliki pintu sebagai privasi.

"Tunggu, lepaskan ini," pintanya saat Akiko ingin pergi ke dapur sambil menunjuk dasi. Akhirnya, Akiko beranjak ke sofa dan melepaskan dasi Glen terlebih dahulu. Pria berambut gelap itu menatap bingung, apakah Akiko tidak punya rasa gugup sama sekali saat melakukan tugas? Karena biasanya para wanita akan tersipu malu jika berdekatan dengannya.

Cantik, pikirnya saat diam-diam mengamati Akiko. Rugi sekali Mr. Eloise melepaskan anak gadisnya yang cantik ini hanya demi menutupi hutang. Pasti Akiko bisa membuat perusahaan Mr. Eloise naik jika dijaga dengan benar karena pesona dan prestasinya yang tak kalah tinggi.

Glen sendiri bisa atau kalau Akiko bukan tipe gadis yang banyak mau atau pun pemilih, hanya saja gadis itu terlihat sendu dengan pandangannya yang selalu kosong seolah tidak peduli pada sekitar. Sungguh, Mr. Eloise sangat bodoh karena sudah melepaskan harta berharga miliknya.

"Makan yang banyak, aku tidak suka tubuhmu kurus seperti itu," tekan Glen sehingga disambut dengan anggukan pasrah dari Akiko. Namun, dia tidak melihat adanya bahan masakan tersedia di kulkas yang hanya berisi alkohol dan minuman kaleng dengan berbagai macam merk.

"Aku lupa belanja, ambil ini dan segera kembali," Glen memberikan sejumlah uang pada Akiko. Akhirnya, gadis itu segera melenggang pergi daripada membuang waktu.

"Password apartemen, 12345678." Begitulah pesan yang masuk dari Glen. Karena punya kesempatan keluar, Akiko memutuskan untuk sekalian belanja saja untuk kebutuhan pribadi. Dia tidak makan banyak, jadi hanya membeli kopi dan susu untuk sarapan. Yang paling penting dia harus membeli stok makanan Kouma karena dia tidak tahu kapan lagi bisa keluar dari apartemen Glen dengan bebas.

Sebenarnya, Glen memberikan uang dengan jumlah banyak. Namun, Akiko merasa tidak punya hak untuk menggunakan uang itu demi keperluan pribadinya. Alhasil dia hanya belanja bahan makanan pokok dengan uang Glen, sementara keperluan miliknya beda lagi.

Akiko segera pulang setelah selesai belanja, kedatangannya disambut oleh Glen yang sedang minum alkohol sambil merokok dengan santai. Pria itu mendekati Akiko, mengamati belanjaan lumayan banyak yang tergeletak di meja.

"Kemari," pinta Glen sehingga Akiko berjalan mendekat. "Untuk siapa ini?"

Pria itu menunjukkan sebungkus permen yang Akiko beli. "Aku membelinya dengan uangku sendiri," jelas Akiko khawatir Glen marah karena salah paham.

Akiko berniat mengambil permen itu dari tangan Glen, tapi pria bertubuh kekar itu justru mengangkat tangannya tinggi-tinggi seolah mempermainkannya. Tiba-tiba Glen mencium bibirnya singkat, lalu tersenyum.

"Entah kenapa … aku suka sekali menciummu."

"Karena kau mesum," sahut Akiko tegas, ia langsung menyerah karena tidak bisa mengambil permen itu karena perbedaan tubuh mereka cukup besar. Glen langsung menarik kembali pinggul gadis itu ketika ingin pergi.

"Diam," tegas Glen, lalu mengangkat tubuh Akiko dengan mudahnya untuk duduk di sandaran sofa. "Buka mulutmu."

Akiko yang tidak peduli, dia langsung mengikuti perintah Glen sampai akhirnya tubuh Akiko membeku saat Glen memberikan permen lewat mulut, lalu melumat permen dan bibir Akiko secara bersamaan. Setelah puas Glen justru terkekeh pelan melihat wajah polos Akiko , bahkan menggigit pipi Akiko karena gemas.

"Ini," Akiko bereaksi normal sambil memberikan sisa uang belanja.

"Simpan saja," ujar Glen karena dia tidak suka membawa pecahan uang. Melihat Akiko yang melenggang pergi dengan acuh untuk masak, Glen jadi semakin penasaran. Apakah Akiko benar-benar tidak merasakan gugup saat berada di dekatnya? Bahkan dengan ciuman tadi Akiko tidak bereaksi apapun.

"Nanti malam ikut aku untuk menemui tamu penting, berdandanlah agar lawan bicaramu terkesan," ujar Glen di sela-sela kesibukan Akiko di dapur.

"Kenapa aku? Tamu itu datang untuk menemuimu," bingung Akiko bertanya-tanya siapakah orang yang akan mereka temui sampai dia harus berdandan rapi. Dia baru saja tinggal bersama Glen jadi tidak tahu apa saja kegiatan pria itu.

"Kenapa? Karena kau harus menuruti perintahku. Bukan begitu, Aiko?" tanya Glen dengan senyuman miring khas.

"Oke," jawab Akiko singkat, sifat acuh itu membuat Glen kembali merasa marah dan aneh secara bersamaan.

"Aku tidak suka sifat angkuhmu itu, Aiko…," desis Glen sambil meneguk alkohol, lalu berjalan mendekati Akiko di dapur.

"Sorry," ucap Akiko pelan.

"Minum," Glen memberikan gelas alkohol miliknya.

"No, aku tidak minum alkohol," tegas Akiko.

"Oh … sepertinya kau gadis polos, hah? Aku jadi ingin memakanmu," bisik Glen sensual, kemudian membiarkan Akiko menyelesaikan tugas masaknya terlebih dahulu karena selama ini Akiko makan seadanya jadi dia tidak begitu pandai masak, hanya bergantung beberapa skill basic saja.

"Itu kamarmu, anjing kesayanganmu juga ada di sana." Akhirnya, Akiko bisa punya waktu sendiri di kamar dingin dengan kasur tipis di ujung ruangan, bahkan Kouma juga nampak tidak menyukainya kamar itu.

"Kouma," lirih Akiko, kemudian memberikan makan dan minum seperti biasa.

Baru saja duduk, Akiko langsung terdiam karena mimisan kembali muncul. Darah itu menetes dengan bebaskan ke pakaian sehingga dia harus cepat-cepat mandi. Saat sedang menata pakaian, Akiko menemukan sebuah surat dari Dokter beberapa waktu lalu.

"Leukemia Myeloid akut."

Itulah penyakit yang diderita Akiko selama ini, tapi baru diketahui beberapa bulan akhir-akhir ini karena dia adalah gadis yang sangat acuh, bahkan pada kesehatannya sendiri. Penyakit yang biasa disebut kanker darah itu kini semakin membuat tubuhnya melemah, apalagi kanker yang dideritanya sudah masuk tahap akut, alias parah. Walau masih ada kesempatan sembuh, tapi jika didiamkan saja tentunya akan lebih cepat menggerogoti tubuhnya.

Padahal Vian sebagai Dokter spesialis kanker sudah berusaha sebaik mungkin untuk membantu Akiko, tapi kembali lagi pada kepribadian Akiko yang sudah tidak mau berusaha. Dia tidak mau hidup lama dengan merasakan sakit tiada henti. Sejak dulu dia disiksa oleh papa dan mamanya, bergelut dengan penyakit mematikan, dan kini harus menjadi tawanan seorang pria kejam.

Namun, hebatnya Akiko masih bisa melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik. Sebelumnya memang dia ingin ikut pengobatan, tapi sekarang dia sudah pasrah karena hidupnya ada di tangan Glen. Vian sudah menawarkan diri ingin membiayai pengobatan Akiko dan tentunya dia tolak. Setidaknya dia tidak mau menjadi beban untuk orang lain di waktu-waktu terakhir hidup.

"Aiko," panggil Glen sembari membuka pintu kamar Akiko begitu saja. Gadis berambut pendek itu menyimpan kembali surat dari dokter dengan tenang, menata pakaian lalu berdiri menghampiri Glen.

"What?" sahut Akiko yang sebenarnya merasa kesal dengan panggilan 'Aiko'. Mungkin Glen tidak tau kalau Aiko itu berarti ‘Orang yang dicintai’ dalam bahasa Jepang. Sementara Akiko merasa sangat jauh dari makna tersebut.

Glen mengamati Akiko dari atas sampai bawah, gadis itu nampak mempesona dalam balutan dress panjang warna hitam yang membuatnya merasa puas dengan keputusan dress pilihan Akiko.

"Ayo, kita berangkat. Tunjukkan sifat angkuhmu itu nanti, okay?" ujar Glen membuat Akiko penasaran siapakah orang yang akan mereka temui?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Gadis Milik Tuan Mafia    Keputusan Akiko [Bab 7]

    "Glen!" teriakan seorang wanita membuat perhatian Glen dan Akiko teralihkan, awalnya mereka sedang duduk diam di sebuah ruangan kantor untuk membahas bagaimana pekerjaan Akiko nantinya. Ternyata, dialah tamu penting yang dimaksud Glen tadi. Wanita itu memakai make up tebal bersama dengan pakaian sexy yang membuat lekukan tubuhnya nampak indah. Yelena, wanita yang akhir-akhir ini selalu menempel pada Glen, padahal sebelumnya mereka hanya kenal sebagai rekan bisnis. Entah tujuannya apa, tapi Yelena bahkan tidak keberatan dijadikan budak nafsu oleh Glen. Yelena mencium Glen secara sepihak sehingga tentu membuat Glen geram, apalagi pria itu tidak suka jika orang lain yang memulai permainan. Entah dari bisnis atau nafsu, harus dirinya yang menguasai. Karena tersulut emosi, Glen mendorong Yelena begitu saja sehingga wanita itu terjatuh ke lantai karena memakai sepatu high heels walau dorongan tidak terlalu kencang "Awwhh…," eluh Yelena sambil mengusap telapak tangannya. "Kau tidak pah

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-13
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Hidupmu, Ada di tanganku [Bab 8]

    "Bagaimana, Akiko? mau pergi atau tetap bersamaku?" tanya Glen pada Akiko yang masih menatap datar pada Mr. Eloise, pria tua itu menaruh banyak sekali harapan pada keputusan Akiko. "Aku ingin bicara dengannya sebentar saja," Akiko meminta izin pada Glen. "Okay, 5 menit," jawab Glen singkat sehingga Akiko melenggang pergi keluar dari ruangan bersama Mr. Eloise yang mengikuti dengan senang berpikir putrinya itu mau ikut pulang. "Akiko … Papa ingin minta maaf, Papa sudah jadi orang tua yang sangat buruk untukmu, bahkan tidak pantas lagi menemuimu seperti ini. Tapi bisakah kau ikut dengan Papa untuk pulang dan memperbaiki segalanya?" isak Mr. Eloise sambil menahan air matanya. "Telat, aku tidak akan sehancur ini jika papa mengatakan itu sejak dulu. Andai Papa memperlakukan aku layaknya seorang anak, aku bisa lebih memiliki semangat hidup. Sekarang aku bahkan tidak peduli kalau nyawaku melayang di tangan Glen," papar Akiko dengan tatapan kosongnya. "Jangan bicara begitu, Akiko. Pa

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-14
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gelap [Bab 9]

    *1 hari yang lalu* "Jadi … kau benar-benar menjual Akiko?" tanya Keinara dengan tatapan tidak percaya. Malam ini Keinara memutuskan untuk pulang dan bertanya soal Akiko pada papanya, tapi papanya justru panik dan tidak mau menjawab kejadian sesungguhnya. Untung saja gadis itu punya ide, yaitu bertanya pada pelayan di rumah itu dengan sogokan uang agar bisa menjawab secara jujur. "Pantas saja Akiko mengatakan bahwa kami tidak akan pernah bertemu lagi," lanjut Keinara. "Jawab aku, Papa," tekan Keinara terus menerus sehingga papanya menjawab dengan anggukan pelan. "Kenapa kau begitu jahat pada Akiko? Kenapa?" "Papa tidak memaksanya, Kei, dia tidak menolak atau melawan permintaan Papa. Artinya, dia tidak masalah dengan semua itu," kata Mr. Eloise enteng. "Dari dulu Akiko memang seperti itu, Pa. Dia tidak melawan karena dia tau hasilnya akan sama saja, yaitu kemarahan Papa yang tidak ada ujungnya. Kenapa tidak aku saja? Kenapa Papa selalu memperlakukan Akiko semena-mena? Dia juga Pu

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-15
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Dingin [Bab 10]

    "Glen, aku minta maaf…," lirih Akiko sambil terus menggedor pintu pelan karena tubuhnya lemas. Untung saja beberapa saat kemudian Glen datang membuka pintu, dia menatap tajam tanpa menyadari bahwa Akiko membawa sweater penuh darah. "Aku minta maaf," ucap Akiko lagi. "Mandi dan temani aku duduk," titah Glen, tapi dia sengaja memasang kakinya saat Akiko melangkah sehingga gadis itu tersandung dan membentur ujung meja yang tajam di bagian dahi. Kepalanya terasa sangat pusing sampai ingin ambruk begitu saja, tetapi tetap dia tahan. Akiko masih berusaha bangkit dan berjalan tertatih menuju kamarnya. Dia mandi dan memakai pakaian panjang seperti biasa, kemudian datang ke ruang santai melihat Glen yang sudah menunggunya. "Kemari," Glen menarik tangan Akiko pelan sehingga gadis itu duduk di pangkuannya. "Aku tidak suka kau bicara dengan laki-laki lain. Kau adalah milikku," ucap Glen, mengusap tangan Akiko lalu menciumnya lembut. "Kenapa tanganmu sangat dingin?" Pertanyaan itu tidak

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-16
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Masa Lalu [Bab 11]

    Suasana semakin genting ketika Harley membujuk Glen untuk bicara dengannya terlebih dahulu, sementara Glen sudah mati-matian menahan diri untuk tidak menghajar orang-orang di hadapannya. "Jangan pulang dulu, biarkan aku melihatmu lebih lama lagi," pinta Harley sambil pergi karena dia harus menyambut tamu-tamu yang datang. "Glen, ikut aku sebentar," ajak Marlen lalu pergi begitu saja meninggalkan Glen. "Tunggu di sini dan jangan makan apa pun sampai aku kembali," Akiko mengangguk menyahuti perintah Glen. Beberapa menit setelah Glen pergi, Harley datang kembali sambil membawakan minuman. "Siapa namamu?" tanyanya sambil tersenyum manis. "Akiko," jawab Akiko seadanya. "Sudah berapa lama kau kenal dengan putraku?" Akiko menatap Harley sekilas, wanita tua itu terlihat sedang menahan sedih. "Beberapa bulan," jawab Akiko. "Boleh aku minta tolong sesuatu?" tanya Harley. Awalnya Akiko terdiam bingung, dia dilarang bicara pada siapapun sekarang. Namun, gadis itu merasa kasihan p

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-17
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Pengkhianat [Bab 12]

    “Aiko," sapa Glen baru saja selesai mandi, pria itu tampak lebih tampan dengan rambut yang belum sepenuhnya kering. Dengan wangi maskulin, dia mulai mendekati Akiko yang sedang menyiapkan sarapan. Kecupan pagi seperti biasa mendarat di bibir Akiko, bahkan gadis itu sampai heran kenapa Glen bisa menciumnya semudah itu karena Glen termasuk orang yang memiliki gengsi tinggi. Dia tidak akan mungkin mau mencium gadis sembarangan, apalagi status Akiko di sini hanyalah sebagai tawanan. "Kenapa kau bangun sangat pagi? Aku jadi tidak bisa melihat wajahmu saat membuka mata," Glen menyandarkan wajahnya di pundak Akiko sehingga gadis itu mengernyit geli. "Aku selalu bangun di jam yang sama," jawab Akiko, tentu saja dia selalu bangun di jam sama karena sudah menyetel alarm. Gadis berambut pendek itu tidak mau Glen marah hanya karena dia telat menyiapkan sarapan. "Hari ini akan ada tamu penting di kantor, pakailah dress yang bagus," ujar Glen. "Mereka tidak akan mengamati aku," sahut Akiko

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Satu-satunya [Bab 13]

    Sudah dua minggu sejak Akiko pergi dari apartemen Glen, kini dia tinggal di sebuah kontrakan kecil di ujung kota. Untung saja kartu ATM miliknya tidak dibekukan oleh Mr. Eloise sehingga bisa bertahan hidup untuk sementara waktu dengan sisa uang yang ada. Kontrakan ini hanya berisi satu kamar tidur, dapur yang menyatu dengan ruang makan, satu kamar mandi, dan ruang tamu. Benar-benar pas untuk Akiko yang tinggal sendirian, hanya saja dengan harga yang pas-pasan membuat kontrakan ini tidak memiliki penghangat ruangan. Beruntung tidak beruntung, Akiko tidak pernah punya selera makan sehingga pengeluaran menjadi lebih sedikit karena dia hanya kembali makanan Kouma yang paling penting. Akiko menatap anjingnya lama, dia bingung bagaimana nasib Kouma jika suatu hari dia tidak ada. Siapa yang akan mengurusnya? Siapa yang akan menemaninya? “Jika aku mati, kau harus mencari rumah baru. Kau harus punya rumah yang lebih nyaman dan hangat,” ucap Akiko sambil mengusap bulu Kouma. Karena tidak

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-19
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Ungkapan Cinta [Bab 14]

    Malam ini udara dingin semakin terasa, menandakan bahwa musim salju akan segera tiba. Gadis bernama Akiko itu kembali bertemu dengan Vian di taman seperti biasa walaupun agak takut karena pernah berpapasan dengan Glen di taman. Namun, Akiko pikir Glen tidak mungkin sering-sering pergi ke taman karena pria itu pasti sangat sibuk. “Kenapa beberapa hari ini kau tidak mau bertemu denganku?” tanya Vian yang bingung kenapa beberapa hari ini Akiko seperti sulit sekali untuk ditemui seolah sedang menghindarinya, padahal sebenarnya Akiko hanya menghindari Glen, bukan Vian. “Aku kelelahan jadi perlu banyak istirahat” jawab Akiko seadanya. "Kira-kira berapa lama lagi obatmu bertahan? Aku bingung kenapa kau tidak meminta obat lagi akhir-akhir ini? Apa kau minum dengan rutin?" tanya Vian khawatir karena obat milik Akiko yang sudah satu bulan itu tidak kunjung habis, padahal biasa untuk kapasitas satu minggu saja. "Aku minum waktu rasa sakitku terasa luar biasa, jika tidak begitu terasa maka

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-20

Bab terbaru

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Bersaing [Bab 47]

    “Bukankah kau bilang Glen tidak suka warna yang mencolok?” tanya Eva sambil duduk di ruang makan. Acara makan malam bersama akan dimulai, kini ketiga orang itu duduk bersama, walaupun perhatian Glen tidak pernah lepas dari Akiko. “Iya, dia memang tidak suka,” jawab Akiko seadanya. “Lalu kenapa kau memakai dress dengan warna merah? Tidak inginkan kau membuatnya terkesan?” tanya Eva sambil tersenyum puas seperti menjelaskan bahwa dia menang satu poin karena memakai warna tidak mencolok. “Jika dia memang terkesan pada seseorang, dia tidak akan mengamati warna pakaian yang mencolok atau tidak,” Akiko menjawab dengan sangat tenang seperti biasa. Namun, hal tersebut membuat Eva menjadi lebih tertantang dan merasa Akiko sudah membuka jalan untuk persaingan mereka.“Tapi aku rasa warna dress itu terlalu terang. Kau setuju, Glen?” tanya Eva pada Glen yang masih menatap Akiko dengan tatapan tajamnya. “Ya, terlalu terang,” sahut Glen sambil tersenyum diam-diam. Eva tidak menyadari senyuman i

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Mengambil Hati [Bab 46]

    “Kau akan pindah?” tanya seorang wanita yang tengah duduk di kursi kerjanya sambil membaca beberapa berkas. Wanita itu adalah Eva, seorang dokter muda dengan kepribadian ramah. “Ya,” jawab Glen dengan yakin. “Kapan? Kenapa tiba-tiba sekali?” tanya Eva lagi. “Mungkin beberapa hari lagi, sekarang aku sedang menyiapkan barang-barang,” sahut Glen. “Sayang sekali ya, padahal aku pikir kita bisa bicara lebih lama. Tapi tidak masalah, aku bisa bicara dengan Akiko,” ucap Eva setelah menunduk sedih. “Apa maksudmu? Aiko pasti akan ikut bersamaku,” desis Glen sambil menatap tajam, sementara Akiko hanya duduk dengan tenang karena saat ini dia sedang tes tekanan darah. “Akiko ikut?” tanya Eva memastikan. “Tentu, apa kau pikir aku akan meninggalkannya sendirian di sini?” cibiran itu membuat Eva meneguk saliva kasar. Hatinya berdegup kencang karena takut, takut Glen semakin dekat dengan Akiko karena mereka berdua akan pergi bersama. “Kalau begitu aku juga harus ikut, kan? Aku harus memeriksa

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Masa Yang Terlewat [Bab 45]

    Seorang pria sedang menatap seorang gadis yang duduk di taman bunga. Pria bertubuh kekar itu tersenyum, kemudian berjalan mendekat dan memeluk gadis di hadapannya dengan erat. “Kau membuatku kaget,” ucap Akiko sembari memutar badannya untuk menatap Glen langsung. “Ini masih pagi, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Glen. Pria itu suka sekali jika melihat wajah gadisnya saat bangun, tapi pagi ini Akiko justru bangun lebih cepat. “Aku ingin memetik bunga untuk hiasan kamar kita,” sahut Akiko seadanya, lalu melepaskan pelukan Glen untuk memetik bunga yang sudah dia rawat di taman rumah. Glen tersenyum melihat betapa manisnya Akiko dengan dress berwarna pink lembut itu, rasanya sangat cocok dengan kulit putih dan wajah polosnya. 2 tahun lebih sudah berlalu sejak awal mereka pindah di kota ini, Glen merasa kalau kehidupan mereka memang jadi lebih baik. Pria itu juga menepati janjinya untuk membawa Akiko tinggal di rumah yang nyaman, memiliki taman bunga, dan juga peternakan kecil.

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Pemakaman [Bab 44]

    “Keinara,” panggil Vian, seorang Dokter yang dulu merawat Akiko. Pria itu berjalan mendekati gadis yang tengah duduk di taman kota sambil menunduk dengan wajah sedih. “Vian … adikku sudah meninggal, dia sudah tidak ada,” ucapan Keinara tentu membuat Vian kaget bukan main sebab mereka masih belum bertemu dengan Akiko sekalipun. Keinara memberikan sebuah surat dari rumah sakit yang mengatakan bahwa Akiko Eloise meninggal karena Kanker 1 minggu yang lalu. “1 minggu yang lalu? Kenapa suratnya baru kau dapatkan sekarang?” bingung Vian terus aja menenangkan Keinara. Sebagai Dokter Vian tau sekali kalau surat kabar kematian seseorang pasti langsung dikirim hari itu juga. “Kei, sebenarnya Akiko menitipkan sesuatu padaku waktu terakhir kami bertemu,” Vian mengambil sesuatu dari tas, yaitu ponsel milik Akiko yang sudah dititipkan sejak lama. Gadis itu mengatakan ponsel ini hanya boleh diberikan jika dia sudah tidak ada, jadi Vian rasa inilah akak tu yang tepat. Tanpa basa-basi lagi Keinar

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Pergi [Bab 43]

    “Dulu aku adalah pria yang tidak punya rasa kemanusiaan, bahkan aku bisa menghabisi nyawa dengan mudah tanpa peduli rasa sakit orang lain. Namun, gadis itu datang dalam hidupku dan mengajarkan tentang bagaimana kehidupan yang sesungguhnya.” “Mungkin ini adalah Karma karena tidak bisa menghargai nyawa orang lain sehingga takdir seolah ingin selalu memisahkanku dengan Aiko. Sekarang aku selalu merasa takut akan kematian, aku selalu takut kehilangan Aiko, aku takut dia merasa sakit, dan aku takut dia pergi. “Rasa takutnya luar biasa sampai dadaku terasa sesak, aku tidak bisa berpikir ataupun tidur dengan nyenyak. Inikah rasa takut yang aku abaikan abaikan dulu? Aku benar-benar tersiksa dengan rasa takut ini, aku ingin Aiko kembali ke pelukanku seperti semula.” *** “Bagaimana keadaannya?” tanya Guston saat baru sampai di rumah sakit. Sudah 5 hari Akiko belum juga sadar, gadis itu seolah terlalu nyaman dalam mimpi dan tidak ingin melihat dunia lagi. “Masih sama,” jawab Glen dengan pa

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Terbongkarnya Rahasia [Bab 42]

    “Sial! Aku tidak bisa menemukannya,” desis Glen frustasi karena belum juga menemukan keberadaan Akiko, sementara acara perayaan juga hampir selesai. Jika para tamu pergi maka Glen juga tidak bisa bertahan karena Mr. Eloise akan curiga dengan keberadaannya. “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya seorang pelayanan rumah yang kaget karena tidak pernah melihat Glen. Dia pikir Glen adalah tamu pesta yang tidak sengaja masuk ke dalam rumah. “Sudah berapa lama kau bekerja di rumah ini?” tanya Glen langsung pada inti. “Sudah lama, sejak nyonya Hinami masih ada,” jawabnya jujur. “Jadi kau tau soal Aiko? Di mana dia sekarang?” tanya Glen sehingga pelayanan itu terlihat kaget, lalu menjauh perlahan. “Aku tidak tahu—” “Jawab jujur, atau aku akan menembak kepalamu sekarang juga,” ancam pria berambut hitam itu. Awalnya pelayan masih terlihat ragu dan takut, tapi beberapa saat kemudian dia menghela nafas panjang dengan air mata menggenang. “Akhirnya kau datang, Tuan. Aku benar-benar tida

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Janggal [Bab 41]

    Suara ketukan pintu membuat lamunan Glen pudar. Sudah satu minggu sejak Akiko tidak tinggal di apartemen ini, rasanya sangat lama sampai hidupnya terasa hampa. Akiko memberitahu bahwa dia tidak boleh minum alkohol atau merokok, tapi bukannya lebih sehat kini pria itu terlihat stress dan murung. “Glen, ini Mommy,” ucap Harley dari luar pintu sehingga Glen segera membukanya. “Ada apa, Mom?” tanya Glen penasaran karena tak biasanya Harley datang seperti ini. “Tidak apa, Mommy hanya merindukanmu. Kau tidak pernah datang ke rumah sejak Akiko pindah,” jelas Harley. “Iya,” sahut Glen dengan pasrah lalu duduk di sofa sambil meminum sebotol air. “Kau terlihat lemas, Glen, apa kau sakit?” tanya Harley penasaran melihat wajah putranya yang pucat dengan kantung mata jelas. “Tidak, aku hanya terlalu banyak bekerja,” sahut Glen seadanya. “Bukan begini caranya jika kau ingin menghibur diri supaya tidak merindukan Akiko, kau tidak memperhatikan kesehatanmu sendiri,” ujar Harley. Mendenga

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Hal Tak Terduga [Bab 40]

    “Akiko,” Mr. Eloise langsung memeluk putrinya ketika baru saja sampai di rumah mewah itu. Glen baru saja sampai dengan hati yang sangat berat karena harus memulangkan gadisnya itu. Namun, Glen ngerasa Akiko akan selalu terluka jika tinggal bersamanya dengan sifat yang masih sangat egois dan kasar. Di posisi lain, Akiko masih terdiam seribu bahasa karena ini pertama kalinya dia dipeluk oleh papanya sendiri. Rasanya aneh, sedih, dan senang sekaligus. “Akhirnya kau kembali,” ucap Mr. Eloise sambil membelai rambut Akiko pelan. “Papa menyetujui permintaan Glen?” tanya Akiko memastikan. “Iya, tentu, Papa sudah berkali-kali bicara dengannya untuk melepaskanmu,” sahutnya. “Tapi … Papa tidak akan mengorbankan Kak Keinara untuk aku, ‘kan?” tanya Akiko lagi. “Aiko, aku sudah melepaskanmu dengan baik. Tidak akan ada lagi riwayat hutang antara aku atau Mr. Eloise, jadi tidak ada yang perlu kau khawatirkan,” jelas Glen. “Kau ataupun kakakmu akan aman, kalian akan tinggal di sini bersama

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Pulang [Bab 39]

    Gadis itu tertidur lelap dengan tangan yang dingin terus gemetaran, walaupun Glen sudah menyelimuti seluruh tubuhnya. Sesekali ia terbatuk sambil merintih kesakitan, nafasnya begitu pelan sampai Glen sering memeriksanya karena khawatir. "Suhu tubuhnya naik," bingung Glen melihat Akiko kedinginan, tapi kepalanya panas sampai berkeringat. Dia terus mengusap kepala gadis itu, berusaha memberikan ketenangan agar bisa tidur dengan nyenyak. Namun, beberapa saat kemudian Akiko terbangun dari tidurnya karena terbatuk hebat. "Minumlah," ujar Glen sembari memberikan sebotol air, tapi tenggorokannya terasa begitu sakit saat minum hingga terbatuk kembali. "Kita akan ke rumah sakit nanti," ucap Glen sambil merapikan rambut pendek Akiko, tapi tangannya langsung terhenti ketika melihat banyaknya rambut rontok di sela-sela jarinya. "Jangan sentuh rambutku, tanganmu bisa kotor," ucap Akiko sambil membersihkan tangan Glen, gadis itu masih terlihat sangat tenang walau mati-matian menahan sakit.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status