Share

Amukan Tunangan Leon

Author: Ivander Kaz
last update Last Updated: 2025-07-16 14:10:23

Pintu kamar perlahan dibuka lebar, secara tidak sengaja Leon melihat pemandangan indah antara ibu dan bayi di atas ranjang miliknya. Arabella baru menyadari kehadirannya buru-buru menutupi dengan selimut belum selesai menyusui; namun terganggu ketika pria itu malah mendekati mereka.

"Bisakah anda keluar sebentar, membiarkan aku bersama putraku dulu?"

"Maaf, bukan ingin mengganggu kalian berdua, tapi aku senang kau merasa nyaman di kamar ini sebelum putramu nanti dipindahkan ke kamar bayi," sahutnya sambil melepaskan sepatu, kemudian ikut berbaring di samping Arabella.

Pembicaraan dengan Anthony sangat melelahkan. Memori pikiran dipaksa mengulang kejadian demi kejadian di masa lalu. Wanita muda itu terkejut menatap tuan rumah begitu santai, sementara ia begitu gugup terus menutupi dengan selimut.

"Oya, nama apa diberikan untuk bayimu?" usik Leon memecah keheningan di antara mereka. "Apa mungkin; Matteo, Alessandro, atau Leonardo?"

Ia merasa namanya pantas disematkan ke bayi itu, apalagi telah menemani persalinan ibunya hingga harus menerima tamparan keras di pipi demi menenangkan hatinya. Ciuman mereka di ruang operasi begitu luar biasa, dan menginginkan hal sama terjadi dikamar pribadinya.

"Matteo lebih bagus!" sontak Arabella membuyarkan lamunan bajingan sedang berkhayal macam-macam tentangnya. "Besok kami akan pergi, dan anda bebas menjadi dirimu lagi."

Tak cuma Leon terhenyak kata-katanya, kini bayinya ikut menangis kuat di pangkuan. "Apa kau sudah gila?" kecam tuan rumah langsung terduduk karenanya. "Tinggallah di sini sampai kau pulih, lihat Matteo meraung begitu tak terima ucapan ibunya ingin lari dari mansion ini."

Disentaknya selimut tebal tanpa peduli wanita brengsek itu gelagapan berusaha menutupi dada terbuka usai menyusui. Meraih bayi laki-laki mungil menggendongnya keluar balkon agar berhenti menangis. Dari jauh Arabella begitu tersayat memandangi bayi berada dibuaian lengan kokoh lebih dulu mematahkan hatinya. Pria brengsek itu ternyata memiliki nurani melindungi mereka berdua di bawah satu atap. Sampai kapan menyembunyikan rahasia bila pada akhirnya ia juga yang terluka.

Sejenak matanya terpejam, suara Leon sayup menghibur Matteo samar-samar menghilang tak lama tertidur pulas. Kemudian di waktu tengah malam suara bayi kembali menangis haus dan lapar terdengar kencang di monitor tersambung ke kamar utama. Dengan mata mengantuk terpaksa bangun menyusui putranya di kamar bayi. Posisinya belum nyaman dipisahkan walaupun hanya di seberang. Segera mengambil minum mengusir rasa kantuk dan pergi untuk menyusul ke kamar Matteo.

Namun Leon ikut terbangun melirik Arabella lelah setiap malam mengurus bayi sendirian, "Hey, duduklah, biar aku yang mengambil dan membawanya kemari untukmu." Wanita itu mau menuruti perintah, duduk bersandar dengan bantal tinggi di punggung kembali memejamkan mata.

Setiap pukul tiga pagi membangunkan ibunya, dan saat Matteo mengecap ASI langsung tenang tak rewel lagi. Leon menggeser tubuhnya memberi ruang bagi Arabella leluasa memberi perhatian ke putranya, dan memunggungi mereka berbalik tidur kembali. 

Dua puluh menit berlalu suasana sunyi sepi. Bayi tidur pulas kekenyangan. Arabella tak sanggup menahan kantuk membiarkan putranya ikut berbaring bersama, dan menarik selimut bagi mereka berdua. Sudah tidak ingat lagi jika Matteo dikembalikan Leon ke kamar bayi di pagi hari untuk diurus pelayan Anna.

Tiga minggu berturut-turut akhirnya tuan rumah jatuh letih menemani keduanya. Mereka kini berdua tidur nyenyak di ranjang besar tak kesempitan lagi. Akhir pekan dilalui dengan kesibukan merawat bayi, dan tak sadar posisi mereka kini saling berpelukan.

---------

"Dasar brengsek, dimana kau, Leon?" Lengkingan nyaring memecah keheningan pagi di mansion Constanzo.

Kepala pelayan Lorenzo berusaha menahan seseorang yang tidak diundang di bawah tangga. "Nona, anda sebaiknya pulang saja masih terlalu pagi bagi Tuan Leonardo menerima tamu!" Hatinya cemas sesaat melihat Nona Esperanza memasuki mansion ingin melabrak ibu dan bayi sedang berada di kamar pribadi Tuan Muda.

Gadis itu tak terima perlakuan Lorenzo, "Aku bukan tamu, tapi tunangan Leon, minggirlah tak butuh ijinmu untuk menemuinya di kamar!" Sudah beberapa bulan mereka belum berjumpa disibukkan perjalanan bisnis masing-masing, namun ketika tunangannya kembali ke Italia malah membawa anak istri bersamanya.

Darah mendidih mendengar kabar pernikahan mereka di saat sedang berada jauh darinya. Dasar bajingan!

Kepala pelayan tak mampu berbuat apa-apa, beruntung pengawal Anthony datang langsung mengajaknya berbicara. "Nona, silakan tunggu di ruang tamu, biar aku yang memanggil Tuan Leon," sarannya bijaksana. Gadis angkuh itu menolak langsung melesat ke tangga berlari kesetanan menuju kamar tuan rumah.

Brak-k! Pintu kamar didorong kencang sampai membentur ke dinding. Teriakannya melengking memandang kekasihnya tidur nyenyak memeluk wanita asing begitu mesra. "Leonardo, teganya kau menipuku selama ini!" Esperanza meraung keras bagai iblis betina membangunkan mereka, "Dasar kau bajingan, dan jalang itu mau merebut milikku!"

Tuan rumah terkesiap memandang gadis cantik menangis sekaligus marah membabi buta, dan tidak sengaja mengangkat lengan kokohnya membangunkan Arabella. Oh, sial! Ibunya Matteo ikut terkejut menatapnya sebentar, lalu melepas tangan lancang memeluk dirinya sejak tengah malam.

Kancing blouse terbuka usai menyusui bayi lupa ditutup kembali. Bertambah sudah masalah Leonardo pagi ini. Tunangannya, Esperanza, mengira mereka memang pasangan suami dan istri. "Tunggu, sayang, ini hanya salah paham!" serunya mengakhiri polemik di antara mereka berdua, dan bangkit menengahi kekasih yang tak sabar menghajar Arabella. "Pergilah ke bawah, biar aku ganti pakaian dulu."

Esperanza tak mengindahkan perintahnya. Tatapan bengis mau menghabisi wanita yang berada di ranjang makin membuatnya muak, "Dasar wanita jalang, beraninya mengaku memiliki anak dari calon suamiku!"

Buru-buru Arabella menutupi blouse belum lagi sempat dikancing. Kesalahpahaman terjadi memang karena tak mampu menjaga diri dari perhatian bajingan yang memanipulasi keadaan sejak melahirkan lalu tinggal di mansion. "Aku bukan wanita jalang seperti kau duga, kami akan pergi pagi ini, dan kalian bebas dari semua kebohongan media lagi!"

Sayangnya, gadis cantik model ternama tak percaya kata-katanya, begitupun ke Leon berusaha mencegah kepergian mereka dari mansion. Dan mengambil langkah salah memburunya tanpa logika. Sebuah patung hiasan di atas meja tiba-tiba melayang, beruntung ibunya Matteo menghindar ke arah berbeda tidak sempat menyentuhnya.

Prank! Kaca jendela pecah berkeping-keping. Serpihannya mengenai Arabella yang berdiri tak jauh darinya. Dia luput dari lemparan sebuah patung tapi terluka karena pecahan kaca menggores lengan dan kakinya.

Sontak Leonardo memaki Esperanza, "Wanita gila, apa kau ingin membunuhnya di depan mataku?" Dihempas kekasihnya keluar, dan menyuruh pengawal mengusir dari mansion.

Lawrence menyeret sang model mengganggu ketenangan tuan rumah. Sementara Anthony menemani Leon menyelamatkan Arabella dari amukan betina buas Esperanza, "Bawa dia ke kamar lain, biarkan pelayan yang membersihkan semua kotoran ini." Ia bergerak berhati-hati mendekati wanita mungil ketakutan membopong ke kamar tamu menunggu kamar utama diperbaiki kembali.

"Maafkan aku!" bisik Leon mengakui perbuatan sang kekasih telah merusak kenyamanan mereka beberapa hari ini. "Aku lupa menjelaskan keadaan kita padanya, seharusnya bertanya padaku dulu, bukan menyerang dirimu seperti ini."

Arabella tidak peduli; memejamkan mata menahan perih serpihan kaca melukai kulit, dan menutup telinga dari pengakuan bajingan mengadu domba antara dia dan tunangannya. Waktu perpisahan mereka telah tiba. Ia harus kembali menjadi wanita yang mandiri dan kuat, tanpa suami palsu dan ayah bayinya.

Butiran air mata pun jatuh. Pelarian yang kedua mulai dilakukan sendirian lagi.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Sella
Kasihan Bella ............ itu tunangan Leon galak minta ampunnn
goodnovel comment avatar
Starla July
Wow, Esperanza ... menyebalkan sekali tunangan Leonardo ini!
goodnovel comment avatar
Alilah Alexandra
Waduh ganas banget tunangan Leon ... ngerih!
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia   Setahun Lalu

    Di sebuah villa mewah megah, Rudolf sedang memberi pengarahan ke seluruh karyawan mengenai jamuan makan malam menyambut tamu pemilik villa. "Tugas kalian seperti biasa sebelumnya, jangan sampai ada kekacauan yang terjadi nanti!" Tangan Arabella berpautan gelisah memikirkan bayi Matteo ditemani pengasuh di rumah. Hari pertama yang berat memulai pekerjaan paruh waktu. Selesai jamuan makan, merapikan ruangan dan pulang. "Ayo Bella, jangan diam berdiri di situ saja, sebentar lagi tamu Tuan Duncan tiba!" seru Rudolf mengatur anak buahnya menuju dapur bersiap menyajikan makanan. Tak lama satu persatu tamu undangan tiba memasuki ruangan, senda gurau sebentar dengan tuan rumah sampai akhirnya para pelayan menyajikan makanan pembuka hingga penutup. Pesta jamuan makan berlangsung hanya beberapa jam, selebihnya hanya tinggal beberapa tamu masih menikmati minuman dan percakapan penting. Ia pun bersiap pulang bersama teman kerja, hatinya terasa tak karuan jika harus meninggalkan Matteo sen

  • Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia   Mencari Jejak Arabella

    Musim dingin yang kejam kini lebih hangat dengan kehadirannya. "Aihhh, betapa tampan dirimu, sayang," puji Celine tiada habis menggendong bayi sahabatnya. "Ayahmu pasti juga sama rupawan seperti dirimu!" Ia menikmati waktu sebelum bekerja lagi di shift malam. "Sudahlah, letakkan Matteo di ranjang, berdandanlah dari sekarang dan segera berangkat," tegur Arabella ke sahabat karib terus memanjakan putranya. "Oh ya, jangan lupa tanyakan ke Rudolf, bila membutuhkan karyawan baru!" Celine menggeleng, "Anakmu baru berusia tiga bulan, kenapa harus ditinggalkan lagi?" protesnya keras. "Dia masih butuh asimu, Bella!" Namun ia malah bersikeras ingin tetap bekerja. "Kami perlu makan dan sewa tempat tinggal, tabungan sudah habis begitu juga uangmu aku pinjam gara-gara harus membantu melarikan diri dari Milan," sahutnya tak mau kalah. "Oh, Bella." Dipeluk gadis sebaya dengannya yang terus mengalami kesusahan belakangan ini. Hamil tanpa suami, diburu oleh ayahnya bayi. "Mengapa tak bilang k

  • Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia   Bab 13. Kehamilan Esperanza

    "Dokter yakin hasil tes DNA ini benar-benar menunjukkan aku-lah ayah dari Matteo?" seru Leonardo tak percaya berharap dugaannya salah. "Perlukah untuk mengambil sampel ulang agar bisa dianalisa kembali?" Ia merasa bimbang data laporan diberikan tertera 99 persen akurat dan tepat, bayi itu darah dagingnya keturunan Dario Constanzo. Sang dokter memaklumi sikap penolakan klien. "Tidak menjadi masalah bagi rumah sakit menguji ulang lagi, asalkan Tuan dan bayinya hadir dalam pengambilan sampel," ujarnya bijaksana demi kebenaran diinginkan kedua pihak. "Hasilnya keluar dua minggu lebih cepat dengan proses yang hati-hati di laboratorium kami." "Terima kasih!" Leonardo langsung keluar ruang periksa setelah konsultasi selesai. Di selasar, Anthony bergegas menemuinya menanyakan hasilnya. "Kau sakit apa, dan bagaimana hasilnya setelah bertemu dokter?" cecarnya khawatir. Tuan Muda malah menyerahkan secarik kertas analisa dari laboratorium. "Hei, ini tentang apa?" tunjuknya bingung tak me

  • Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia   Bab 12. Hasil Test DNA

    Dua minggu berlalu. Leon tidak pernah menghubungi atau menanyakan keadaan Arabella. Perjalanan bisnis berlanjut dari Napoli ke kota lain. Situasi yang tegang di antara mereka kian membuat jarak semakin jauh. Hanya sedikit waktu Tuan Muda menyempatkan bicara lewat panggilan video-nya untuk Matteo. Pelayan Anna senang menunjukkan bayi lucu sering tertawa ketika mengobrol dengan tuannya begitu akrab seperti ayah dan anak. Dari jauh Arabella menatapnya pedih. Kebahagiaan Matteo jika memiliki ayah yang peduli, tapi rasa takut bila tidak menerima ibunya telah menyembunyikan kehamilan selama ini. Dia tak mau menjebak Leonardo, bahkan ingin merawat bayinya sendirian. Hatinya kini menuntut sebuah pelarian lagi. "Aku harus secepatnya keluar dari sini selagi dia belum kembali ke mansion, jangan sampai terlambat lagi!" pikirnya berulangkali. Pengawal dan pelayan bersikap baik menghormati seakan dia nyonya rumah dengan memenuhi segala keperluan sesuai perintah tuannya. Seharusnya tiada al

  • Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia   Kalung Liontin Oval

    Pukul dua dini hari. Botol minuman dituang kembali ke gelas. Meneguknya tandas mengisi berulangkali menghilangkan rasa kesal. Ulah wanita sialan yang menampar begitu membekas lalu berlari di saat bayinya menangis kelaparan. Alasan terbaik menyingkir sebelum bisa membalas lebih kejam atas perbuatannya. Leon menarik laci mencari botol minuman berharga mahal yang sering menemani kesendirian. Tangannya tak sengaja meraih sesuatu yang unik; sebuah kalung dengan liontin oval. Sudah lama ia menyimpan tanpa tahu siapa pemiliknya. "Bukan ini yang kucari!" Dilempar di atas meja begitu saja, lalu mengambil botol, dan meneguk tanpa gelasnya lagi. Sebatang rokok di tangan membimbing lamunannya ke dunia khayalan; membayangkan Arabella lembut mengajak bercinta semalaman. "Oh, kau memang wanita begitu istimewa," gumannya tak berdaya. Baru kali ini merasakan seorang wanita mampu menjerat hatinya dengan cara berbeda. Bukan tampilan cantik berwajah palsu seperti bekas tunangan. Ya, Esperanza b

  • Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia   Nasib Bayi Matteo

    Di selasar rumah sakit, Arabella terkejut kedatangan pria itu tepat waktu ketika mereka baru saja dipanggil dokter Eric ke ruang periksa. Beberapa menit kemudian Matteo dicek demamnya mulai menurun, dan thermometer menunjukkan sebuah angka normal. Dosis obat yang diberikan sesuai dengan umur bayi itu sejak dilahirkan. "Tuan dan Nyonya Leonardo Dario Constanzo, kondisi putra kalian baik-baik saja, mohon perhatikan asupan asi termasuk pola makan ibunya juga mempengaruhi," ucap dokter setelah pemeriksaan menyeluruh. Panggilan nyonya diabaikan Arabella sejenak. Ia lebih antusias keadaan Matteo menanyakan banyak hal soal kebutuhan makan dan minumnya, "Mengapa bayiku terus menyusui dalam sehari 7-8 kali di minggu-minggu awal kelahirannya?"Ia kelelahan bangun setiap malam, namun tugasnya menjadi seorang Ibu memaksanya terus bertanggung jawab demi bayinya. "Itu hal yang normal, Nyonya," jawab Dokter Eric tenang. "Bagi ibu menyusui bayi laki-laki memang butuh asi lebih banyak di bulan per

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status