Home / Romansa / Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia / Arabella, Wanita Misterius

Share

Arabella, Wanita Misterius

Author: Ivander Kaz
last update Last Updated: 2025-07-16 13:04:23

Lawrence tergesa-gesa ke rumah sakit membawakan pakaian ganti Tuan Leonardo, mengetuk pelan pintu kamar pasien menemui boss yang berada di dalam sejak tadi malam. Leon menyuruhnya keluar sementara ia segera berganti baju, dan membiarkan pasien tidur tenang setelah melalui operasi kelahiran yang melelahkan. Bayinya yang tampan telah belajar menyusui kemudian dikembalikan ke ruang perawatan.

Sepuluh menit berlalu, Leon mengajak berbicara di luar. "Apa yang kau dapatkan tentang wanita itu?"

Sebuah kartu identitas disodorkan padanya, dan keterangan tak berguna dijelaskan pengawal hanya dalam beberapa kata. "Tidak ada yang istimewa darinya, Tuan."

"Maksudmu?" Ia mengernyitkan dahi membaca nama Arabella tertera di sana. "Adakah riwayat kriminal, atau catatan lain tentang keluarganya?" tanyanya lagi.

Jawaban yang sama, pengawal tak mengetahui seluk beluk wanita bernama Arabella. "Tidak ada sama sekali, Tuan, semua sudah kuperiksa lewat bantuan rekan-rekan di kepolisian maupun pemerintahan," ujar Lawrence mengakhiri perbincangan mereka.

Konyol!

Benar-benar aneh tak ada riwayat apapun mengenai Arabella harus diketahui Leon saat ini. Wanita itu seolah kutukan baginya tak mampu dilepaskan begitu saja. Begitupun ciuman panjang di ruang operasi menggugah perasaan mengenal lebih dalam wanita misterius yang melahirkan bayi tampan di sisinya.

"Kau tunggu di sini, aku akan keluar sebentar menyelidiki semua ini!" Beranjak cepat-cepat keluar rumah sakit menutupi kepala dengan tudung jaket dan kaca mata hitam tanpa perlu diketahui banyak orang di sekeliling. Mobil mewah miliknya melaju kencang keluar area rumah sakit.

Kepalanya mulai terasa pening. Kebingungan tiada habis berjam-jam bersama wanita asing namun belum mendapatkan informasi utuh soal dirinya. Kini yang Leon butuhkan santai sejenak di bar ditemani minuman dan teman kencan penghibur keletihan sepanjang malam.

----------

Hari Ke Empat

Arabella masih berada di rumah sakit dengan kondisi sudah lebih baik setelah melahirkan bayi secara normal. Dokter memberi banyak saran merawat bayi ketika mereka diperbolehkan pulang sore ini. "Jaga dirimu baik-baik, bersikaplah tenang, banyak istirahat setelah melewati masa melelahkan. Suami-mu akan memahami apa yang dialami tidaklah mudah, kadangkala terjadi gangguan psikologi terjadi bagi seorang ibu, dan segeralah konsultasi mengatasi gejalanya sebelum kian berlanjut."

"Baiklah, terima kasih atas bantuannya," jawabnya tulus sekaligus cemas berhari-hari di dalam rumah sakit tak sanggup memikirkan biaya ditanggung setelah keluar dari sini. "Sebaiknya aku bersiap-siap sekarang saja, dan secepatnya mengurus administrasi." Disibak selimut beranjak pelan memulai kehidupan panjang bersama putranya.

Dokter Alicia melihat kegugupan istri dari suami tampan dan kaya raya, dan berkata, "Tuan Leon mengurus semua sejak awal anda masuk rumah sakit, tapi dimana dia sekarang, mengapa belum menjemput nyonya untuk pulang bersama?" Sejak kemarin pasien sendirian mengurus bayi dan hanya ditemani pengawal yang berjaga di luar.

Ia tersenyum menutupi kejanggalan terjadi di antara dirinya dan bajingan bernama Leon. Lebih baik pria itu memang tidak muncul selamanya dalam hidupnya lagi. "Oh, mungkin sedang sibuk rapat di kantor, Lawrence selalu menemaniku di sini," sangkalnya dengan alasan dibuat-buat. "Jika dokter tak keberatan, aku pulang sekarang bersama bayiku."

Tidak ada siapapun yang bisa menahan lebih lama di rumah sakit. Arabella dan bayinya pergi sejauh mungkin dari Leon. Pertemuan empat hari lalu merupakan petaka kedua baginya. Bajingan itu sungguh tak mengenali saat di masa lalu. Suatu kesempatan cantik meninggalkan tanpa perlu menjelaskan apa-apa. Baru saja selesai membereskan barang bawaan terdengar suara lantang menyebut namanya.

"Hai, Bella!" Terasa kaku lidah Leon pertama kali memanggil nama wanita asing itu. "Tadi aku bertemu dokter di selasar, dan bilang kalian boleh pulang hari ini." Tanpa sadar manik biru menyapu kamar pasien dipenuhi buket bunga segar, balon lucu menyambut sang bayi menggantung sampai ke plafon, dan sebuah boneka beruang besar berada di sudut kamar. "Dasar Lawrence brengsek!" desisnya pelan tidak menyangka pengawal menghias aneka rupa di ruang rawat wanita asing itu sehabis bersalin empat hari lalu.

"Terima kasih, Tuan!" sahut Arabella ketus. "Aku pulang sendiri membawa bayi, tolong tinggalkan saja nomor telepon dan rekeningmu biar kubayar setelah urusan rumah sakit selesai." Begitu cepat kata-kata kasar yang terlontar demi menghindari bajingan itu lalu segera memanggil taksi dan menghilang dari hidupnya.

Sikap pria itu malah biasa saja, duduk di atas ranjang menatap lekat, sambil bertanya, "Dimana kalian tinggal, biar aku antar pulang sampai ke rumah?"

Arabella menggeleng tidak setuju. Tak ingin berhutang budi lebih banyak dari yang disanggupi, belum lagi biaya melahirkan di rumah sakit mewah dan mahal butuh bertahun-tahun bekerja keras melunasi. "Tidak, tidak, kau tak perlu bersusah payah mengantar kami pulang, sudah cukup bantuanmu beberapa hari ini!"

Tiba-tiba seorang suster menyela perdebatan datang membawa bayi laki-laki terbungkus selimut berwarna biru, lalu menyerahkan ke ibunya, "Putra kalian sangat tampan dan pintar, jarang sekali rewel selama di ruang perawatan." Dan suster kedua menyiapkan kursi roda mengantar ke teras rumah sakit, "Silakan, Nyonya, bila anda sudah siap."

Tuan Muda tak tinggal diam menyuruh pengawal mengangkat tas bawaan pasien mengiringi mereka keluar. Suasana hening di sepanjang perjalanan. Arabella memeluk erat bayi belum sempat diberikan nama sejak lahir. Pikiran sibuk mengawang-awang melanjutkan petualangan hidup tanpa suami dan ayah baginya. Leon mendorong kursi roda perlahan sesekali memandang ibu dan anak yang menjadi teka-teki dirinya.

Oh, sial!

Dari jarak jauh melihat keramaian di luar lobby. Para wartawan menghembus berita panas tentang pengusaha kaya raya dan wanita misterus memeluk bayinya. "Lawrence!" bentaknya kesal. "Sudah berapa kali aku bilang tutupi semua rahasia selama kami di rumah sakit, mengapa mereka datang menyerbu ke sini?" Ia tak mungkin mundur, semua sudah terjadi di depan mata. Yang dikhawatirkannya, psikologis Bella dan bayi tak menerima situasi heboh menyerang mereka semua.

Dasar wartawan sialan!

"Tuan, aku sudah berusaha merahasiakan identitasmu dan wanita itu, pihak rumah sakit juga tidak ingin ada kegaduhan mengganggu pelayanan pasien," bisik Lawrence cepat, dan menyingkirkan wartawan mendesak bossnya segera membuat pernyataan pers. "Pergilah kalian, ini urusan pribadi bukan konsumsi publik!"

Tak berapa lama keamanan rumah sakit bekerja keras mengalihkan perhatian pemburu berita membiarkan pasien dan keluarga pulang dengan tenang. Arabella gemetar ketakutan memeluk erat bayinya berusaha menutupi wajah mereka dari liputan pers yang mengerikan tak mengira bajingan itu ternyata pria terkenal bukan orang biasa.

"Tuan, biarkan kami pulang sendiri, pergi saja selamatkan dirimu!" desaknya menghindar dari kericuhan yang mengganggu ketenangan tidur sang bayi.

Suara tangis kencang berbaur teriakan wartawan terus menyerang. "Tuan Leonardo, siapa wanita itu, dan bayi yang dibawanya?" Dan banyak pertanyaan lainnya, "Apakah mereka anak istri-mu, sejak kapan menikah, dan mengapa publik tak tahu tentang kebahagiaan kalian selama ini?"

Lawrence buru-buru menghalau wartawan yang mengikuti mereka ke mobil. "Tenanglah, Tuan Leonardo akan memberikan pernyataan nanti, tolong biarkan mereka pulang beristirahat lebih dulu!"

Secara cepat Leon mengangkat Bella dari kursi roda langsung ke dalam mobil. Sebelum menutup pintu, ia berbalik berbicara ke wartawan, dan berkata, "Anak dan istri pulang ke rumah bersamaku, sebaiknya pergilah sebelum keadaan menjadi kacau!"

Sebuah ancaman tegas darinya membuyarkan keinginan media massa yang berangsur menyingkir. Dua mobil baru saja datang di belakang adalah pengawal pribadi yang ditarik dari perusahaan untuk mengatasi masalah mereka. Dengan garang enam orang pria berbadan kekar keluar menyusun barikade membiarkan mobil boss bebas pergi dari kepungan wartawan, lalu menyusul cepat keluar area rumah sakit mengawal ke mansion.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia   Setahun Lalu

    Di sebuah villa mewah megah, Rudolf sedang memberi pengarahan ke seluruh karyawan mengenai jamuan makan malam menyambut tamu pemilik villa. "Tugas kalian seperti biasa sebelumnya, jangan sampai ada kekacauan yang terjadi nanti!" Tangan Arabella berpautan gelisah memikirkan bayi Matteo ditemani pengasuh di rumah. Hari pertama yang berat memulai pekerjaan paruh waktu. Selesai jamuan makan, merapikan ruangan dan pulang. "Ayo Bella, jangan diam berdiri di situ saja, sebentar lagi tamu Tuan Duncan tiba!" seru Rudolf mengatur anak buahnya menuju dapur bersiap menyajikan makanan. Tak lama satu persatu tamu undangan tiba memasuki ruangan, senda gurau sebentar dengan tuan rumah sampai akhirnya para pelayan menyajikan makanan pembuka hingga penutup. Pesta jamuan makan berlangsung hanya beberapa jam, selebihnya hanya tinggal beberapa tamu masih menikmati minuman dan percakapan penting. Ia pun bersiap pulang bersama teman kerja, hatinya terasa tak karuan jika harus meninggalkan Matteo sen

  • Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia   Mencari Jejak Arabella

    Musim dingin yang kejam kini lebih hangat dengan kehadirannya. "Aihhh, betapa tampan dirimu, sayang," puji Celine tiada habis menggendong bayi sahabatnya. "Ayahmu pasti juga sama rupawan seperti dirimu!" Ia menikmati waktu sebelum bekerja lagi di shift malam. "Sudahlah, letakkan Matteo di ranjang, berdandanlah dari sekarang dan segera berangkat," tegur Arabella ke sahabat karib terus memanjakan putranya. "Oh ya, jangan lupa tanyakan ke Rudolf, bila membutuhkan karyawan baru!" Celine menggeleng, "Anakmu baru berusia tiga bulan, kenapa harus ditinggalkan lagi?" protesnya keras. "Dia masih butuh asimu, Bella!" Namun ia malah bersikeras ingin tetap bekerja. "Kami perlu makan dan sewa tempat tinggal, tabungan sudah habis begitu juga uangmu aku pinjam gara-gara harus membantu melarikan diri dari Milan," sahutnya tak mau kalah. "Oh, Bella." Dipeluk gadis sebaya dengannya yang terus mengalami kesusahan belakangan ini. Hamil tanpa suami, diburu oleh ayahnya bayi. "Mengapa tak bilang k

  • Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia   Bab 13. Kehamilan Esperanza

    "Dokter yakin hasil tes DNA ini benar-benar menunjukkan aku-lah ayah dari Matteo?" seru Leonardo tak percaya berharap dugaannya salah. "Perlukah untuk mengambil sampel ulang agar bisa dianalisa kembali?" Ia merasa bimbang data laporan diberikan tertera 99 persen akurat dan tepat, bayi itu darah dagingnya keturunan Dario Constanzo. Sang dokter memaklumi sikap penolakan klien. "Tidak menjadi masalah bagi rumah sakit menguji ulang lagi, asalkan Tuan dan bayinya hadir dalam pengambilan sampel," ujarnya bijaksana demi kebenaran diinginkan kedua pihak. "Hasilnya keluar dua minggu lebih cepat dengan proses yang hati-hati di laboratorium kami." "Terima kasih!" Leonardo langsung keluar ruang periksa setelah konsultasi selesai. Di selasar, Anthony bergegas menemuinya menanyakan hasilnya. "Kau sakit apa, dan bagaimana hasilnya setelah bertemu dokter?" cecarnya khawatir. Tuan Muda malah menyerahkan secarik kertas analisa dari laboratorium. "Hei, ini tentang apa?" tunjuknya bingung tak me

  • Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia   Bab 12. Hasil Test DNA

    Dua minggu berlalu. Leon tidak pernah menghubungi atau menanyakan keadaan Arabella. Perjalanan bisnis berlanjut dari Napoli ke kota lain. Situasi yang tegang di antara mereka kian membuat jarak semakin jauh. Hanya sedikit waktu Tuan Muda menyempatkan bicara lewat panggilan video-nya untuk Matteo. Pelayan Anna senang menunjukkan bayi lucu sering tertawa ketika mengobrol dengan tuannya begitu akrab seperti ayah dan anak. Dari jauh Arabella menatapnya pedih. Kebahagiaan Matteo jika memiliki ayah yang peduli, tapi rasa takut bila tidak menerima ibunya telah menyembunyikan kehamilan selama ini. Dia tak mau menjebak Leonardo, bahkan ingin merawat bayinya sendirian. Hatinya kini menuntut sebuah pelarian lagi. "Aku harus secepatnya keluar dari sini selagi dia belum kembali ke mansion, jangan sampai terlambat lagi!" pikirnya berulangkali. Pengawal dan pelayan bersikap baik menghormati seakan dia nyonya rumah dengan memenuhi segala keperluan sesuai perintah tuannya. Seharusnya tiada al

  • Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia   Kalung Liontin Oval

    Pukul dua dini hari. Botol minuman dituang kembali ke gelas. Meneguknya tandas mengisi berulangkali menghilangkan rasa kesal. Ulah wanita sialan yang menampar begitu membekas lalu berlari di saat bayinya menangis kelaparan. Alasan terbaik menyingkir sebelum bisa membalas lebih kejam atas perbuatannya. Leon menarik laci mencari botol minuman berharga mahal yang sering menemani kesendirian. Tangannya tak sengaja meraih sesuatu yang unik; sebuah kalung dengan liontin oval. Sudah lama ia menyimpan tanpa tahu siapa pemiliknya. "Bukan ini yang kucari!" Dilempar di atas meja begitu saja, lalu mengambil botol, dan meneguk tanpa gelasnya lagi. Sebatang rokok di tangan membimbing lamunannya ke dunia khayalan; membayangkan Arabella lembut mengajak bercinta semalaman. "Oh, kau memang wanita begitu istimewa," gumannya tak berdaya. Baru kali ini merasakan seorang wanita mampu menjerat hatinya dengan cara berbeda. Bukan tampilan cantik berwajah palsu seperti bekas tunangan. Ya, Esperanza b

  • Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia   Nasib Bayi Matteo

    Di selasar rumah sakit, Arabella terkejut kedatangan pria itu tepat waktu ketika mereka baru saja dipanggil dokter Eric ke ruang periksa. Beberapa menit kemudian Matteo dicek demamnya mulai menurun, dan thermometer menunjukkan sebuah angka normal. Dosis obat yang diberikan sesuai dengan umur bayi itu sejak dilahirkan. "Tuan dan Nyonya Leonardo Dario Constanzo, kondisi putra kalian baik-baik saja, mohon perhatikan asupan asi termasuk pola makan ibunya juga mempengaruhi," ucap dokter setelah pemeriksaan menyeluruh. Panggilan nyonya diabaikan Arabella sejenak. Ia lebih antusias keadaan Matteo menanyakan banyak hal soal kebutuhan makan dan minumnya, "Mengapa bayiku terus menyusui dalam sehari 7-8 kali di minggu-minggu awal kelahirannya?"Ia kelelahan bangun setiap malam, namun tugasnya menjadi seorang Ibu memaksanya terus bertanggung jawab demi bayinya. "Itu hal yang normal, Nyonya," jawab Dokter Eric tenang. "Bagi ibu menyusui bayi laki-laki memang butuh asi lebih banyak di bulan per

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status