Share

Bab 3. Tiada Hukuman Tanpa Kesalahan

"Sampai kapanpun kamu tidak akan pernah bisa lari dari saya kecuali satu … saya yang membebaskanmu." 

Peringatan Tuan Muda Arkana Amijaya, bagai kaset yang terus berputar dalam kepalanya. 

Setelah satu minggu lamanya berada di rumah asing, Yasmin berusaha untuk melarikan diri dan sayangnya tidak pernah berhasil.

Penjagaan ketat di rumah besar itu membuat Yasmin sulit untuk mencari celah dan yang pada akhirnya tertangkap oleh anak buah suaminya.

Terakhir kalinya Yasmin tertangkap, ia mendapatkan hukuman kurungan di dalam kamar selama tiga hari. Selama dikurung Yasmin mendapatkan banyak informasi mengenai latar belakang suaminya dari bibi Anna salah satu pembantu yang sering membawakan makanan untuknya.

Tuan Muda Arkana Amijaya. Salah satu pewaris terkuat yang diberikan kekuasaan tertinggi oleh pengusaha terkaya se asia, yakni perusahaan tambang emas yang dimiliki keluarga Amijaya adalah ayah kandung Arkana. 

Tidak heran jika rumah yang Yasmin tinggali saat ini seperti istana dalam dongeng, luas dan megahnya tidak dapat terbendung dalam pikiran gadis itu. 

Yasmin hanya bisa membuang nafas berat memikirkan nasibnya yang malang, hari-hari selama satu minggu ini seperti seorang tawanan yang selalu mendapatkan hukuman saat mendapat kesalahan. 

"Mana ada istri tuan muda selau mendapatkan hukuman sepertini. Nasibku memang sial bertemu dengan pangeran kodok," gumamnya menatap langit-langit kamar. 

Seumur hidup Yasmin tidak pernah menyangka akan menjadi seorang tawanan. Bukannya jadi seorang tuan putri, yang ada gadis itu diperlakukan seperti babu dengan semua peraturan yang harus dipatuhinya. 

Tok tok tok. 

"Nona bersiaplah, Tuan Muda minta Nona untuk makan malam. Hukumannya sudah selesai," ujar pembantu yang mengetuk pintu kamar Yasmin.

Mau tidak mau Yasmin harus mematuhinya, lagi pula perutnya juga lapar dan waktunya makan malam. Karena melakukan apapun membutuhkan tenaga, termasuk berpikir. Jadi Yasmin tidak boleh melewatkan waktu makan, supaya tubuhnya memiliki tenaga untuk memikirkan cara agar bisa keluar dari rumah tersebut. Meskipun mustahil. 

Yasmin melangkahkan kaki di atas lantai marmer berwarna terang menampilkan bayangan penampilannya. 

Tubuh Yasmin dibalut kaos besar berwarna hitam, kakinya yang mungil terekspos hanya menggunakan celana pendek tertutupi oleh kaos besar yang dikenakanannya. Rambut panjang sebahu dibiarkan terurai dengan wajah polos tanpa make up sedikitpun menampilkan wajah manis yang begitu natural sesuai dengan usianya yang masih muda. 

Gadis itu menggunakan lift menuju lantai dua ditemani bibi Anna yang memanggilnya tadi, hanya butuh waktu satu menit pintu lift terbuka sampai di lantai dua. Keluar beberapa langkah dari pintu lift, terlihat ruangan makan yang begitu luas dengan meja makan dengan sepuluh yang rapi. 

Sorot mata Yasmin tertuju kepada Arkana duduk berdampingan bersama seorang perempuan yang juga sedang menatap ke arahnya, salah satu alis Yasmin pun terangkat penasaran siapa perempuan itu. Arkana dan perempuan itu terlihat seumuran. 

Yasmin duduk tepat di depan Arkana, dengan santainya ia mengambil nasi dan beberapa lauk yang ada di hadapannya. Semua makanan yang dihidangkan, Yasmin selalu menyukainya karena Yasmin bukan pemilih makanan. Gadis itu justru makan dengan lahap tidak memperdulikan tatapan orang di sekitarnya. 

Tidak ada pembicaraan apapun selama mereka sedang makan, Arkana tidak menyukai hal itu dan Yasmin mengetahuinya dari pembantunya yang sering memberikannya informasi. Lelaki itu akan marah besar jika di meja makan ada pembicaraan, apalagi keributan, karena peraturannya boleh berbicara setelah jam makan selesai. 

Sepuluh menit berlalu, sisa makan yang dihidangkan tadi sudah rapi dibersihkan oleh para pembantu. Yasmin, Arkana dan perempuan tadi masih berada di meja makan ada hal yang akan disampai oleh Tuan Muda Arkana. 

"Besok malam adalah puncak acara anniversary daddy dan mommy, Jessica akan membantumu mempersiapkan semuanya. " Arkana melirik perempuan di sampingnya.

Perempuan bernama Jessica itu tersenyum tipis, "Dengan senang hati tuan," ujarnya menundukkan kepala dengan hormat.

Yasmin menghembuskan nafas pelan, ia memperhatikan perempuan yang bernama Jessica itu lalu kembali menatap Arkana dan berkata. "Kenapa aku harus ikut?" 

"Kewajiban seorang menantu menghadiri acara pesta yang diadakan mertuanya, besok Jessica akan mengajarkanmu cara bersikap dan tata krama yang baik di depan banyak orang, terutama mommy dan daddy. Dan ingatlah, setiap kesalahan ada hukumannya." Arkana menatap lurus gadis di depannya.

Raut wajah Yasmin semakin ditekuk, setiap pembicaraan pasti ada ancaman yang keluar dari mulut lelaki itu. Yasmin berdiri dari duduknya berniat pergi lebih dulu meninggalkan meja makan, langkahnya tertahan saat bibi Anna menahan lengannya dan membisikan sesuatu padanya. 

"Tuan muda tidak menyukai sikap Non yang seperti ini, lebih baik Non kembali duduk sebelum mendapatkan hukuman," bisiknya. 

Yasmin terpaksa berbalik menatap Arkana yang memang sedang menatapnya marah. Namun, saking kesalnya Yasmin tidak bisa menahan diri dan berkata. "Sekarang apa lagi? mau hukum aku kayak mana lagi hah?" ucapnya menantang lelaki itu seperti sudah kebal dengan hukuman. 

Para pembantu itu sangat terkejut dengan keberanian Yasmin kepada Tuan Muda yang mereka patuhi selama ini, tidak ada yang berani menentang dan melakukan kesalahan sedikitpun selama mereka bekerja disana. Dan baru kali ini mereka melihat ada yang berani menantang tuannya. 

Suasana ruang makan berubah jadi mencekam saat aura dingin keluar dari tubuh Arkana, lelaki itu mengangkat salah satu sudut bibirnya membuat senyum smirk yang membuat mereka merinding kecuali Yasmin.

Arkana berdiri mendekati gadis kecil dengan nyali yang besar selalu melawan dan membantah perkataannya. 

Tubuh besar Arkana membuat Yasmin mulai gugup, kemudian satu jari pria itu mengangkat dagunya agar menengadah ke atas dan tatapan keduanya bertemu karena tinggi Yasmin hanya sebatas dada Arkana. 

"Malam ini, kamu harus temani saya tidur." Arkana langsung mengangkat tubuh Yasmin seperti karung beras.

Tubuh mungil Yasmin melayang sampai rambutnya menjuntai ke bawah, gadis itu begitu terkejut hingga memukul punggung Arkana minta di turunkan. 

"Turunin, aku gak mau, tolong, " teriaknya berusaha memberontak. 

"Tuan turunin, aku gak mau," teriaknya lagi. 

Arkana menulikan pendengarannya, ia mencengkram kaki gadis itu dengan tangannya yang besar membawanya pergi dari ruang makan. 

Gadis itu mengangkat kepalanya menatap bibi Anna dan Jessica dengan wajah merah memelas meminta bantuan sambil berteriak. 

"Tante Jessica tolong aku, Tante, bibi Anna tolong," teriaknya saat mulai menjauh dari sana dan tidak ada yang bisa menolongnya kecuali tuhan.

Bersambung…

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status