Share

Bab 4. Tuan aku mau diapain lagi?

Sesuai yang diperintahkan Tuan Muda Arkana tadi malam. Yasmin pagi hari sudah bangun di sambut Jessica sudah menunggunya satu jam yang lalu, keterlambatan Yasmin membuat perempuan seksi itu marah karena sudah membuang waktu satu jam hanya menunggu gadis pemalas sepertinya.  

Padahal bibi Anna sudah membangunkannya lebih awal, tetapi ternyata masih saja kesiangan. 

Saat ini Yasmin sedang belajar menggunakan heels di atas karpet merah. Jessica menyuruh gadis itu berjalan berulang kali seperti yang sudah di contohkannya, karena langkah Yasmin masih terlihat kaku akibat tidak biasa menggunakan heels. 

"Berdirilah dengan tegak, busungkan dadamu, angkat dagumu dan tatapan lurus kedepan." 

"Tidak perlu seperti model, paling tidak langkahkan kakimu untuk dapat berjalan dalam satu garis lurus. Jangan lupa berikan sedikit senyuman ramah."

Yasmin melakukan apa yang diajarkan Jessica, ia terus melangkahkan kaki di atas karpet dengan senyuman manis berjalan santai untuk menunjukan pesonanya. Meskipun mendapat bentakan dari Jessica dan kakinya yang mulai pegal, ia tetap sabar melakukannya dengan baik. 

Rasa lelahnya hari ini akan terbayarkan dengan sebuah janji yang Arkana katakan. Jika saja ia berhasil melakukannya dan tidak membuat kekacauan di pesta. Maka ia boleh mengajukan satu permintaan yang akan dipenuhi lelaki itu. Itulah janji Arkana tadi malam yang membuatnya bersemangat.

"Oke cukup, istirahatlah," ujar Jessica. 

"Akhirnya," ucap Yasmin membuang nafas lega. 

Yasmin meluruhkan tubuhnya di lantai, ia menyelonjorkan kaki sembari memijat kedua betisnya nya yang pegal. 

Baru satu menit gadis itu istirahat, kini Jessica memanggil menyuruhnya ke ruang makan. Yasmin mengusap dadanya dan berkata, "Sabar Yasmin, sabar," Yasmin dengan cepat berdiri. 

Di meja makan terdapat beberapa hidangan lezat membuat cacing di perut Yasmin meronta-ronta tidak sabar menyantapnya, meskipun belum waktunya makan siang. Ia sudah lebih dulu mendapatkan jatah makan siang enak setelah melakukan pelatihan yang membuatnya lapar.

Kedua tangan Yasmin bersiap mengambil makanan lezat di depannya untuk dimasukan kedalam mulut, tiba-tiba punggung tangannya dipukul oleh Jessica.

Plak.

"Siapa yang menyuruhmu makan?" Katanya. 

"Akhh sakit Tante," Yasmin meniup punggung tangannya dipukul sumpit besi.

Meskipun tidak terlalu keras, tetap saja terasa sakit sampai kulit putih Yasmin merah. 

"Jangan panggil saya Tante, panggil saya Ms Jessi." Katanya. 

"Iya ms Jessi, puas…" jawab Yasmin kesal.

"Perhatikan baik-baik, jika salah aku akan memukulmu lebih keras." Kata Jessi.

Yasmin tidak lagi membantah, dengan terpaksa ia menegakan tubuhnya dan menaikan kedua sudut bibirnya membentuk senyuman. Ia mulai memegang alat makan di depannya mengikuti setiap gerakan yang diajarkan Ms Jessica.

Belajar seperti itu saja membutuhkan waktu seharian sampai jadwal tidur siang Yasmin hilang. Selesai makan siang dilanjutkan dengan beberapa biografi orang yang akan ditemui di acara pesta nanti malam, Yasmin harus mengingat identitas orang-orang tersebut untuk pertama kalinya. 

Kedua mata Yasmin sudah merah, kesekian kalinya ia menguap sambil meluruskan tubuhnya di atas sofa memainkan ipad memperhatikan foto orang-orang yang akan ditemuinya, termasuk kedua mertuanya. 

Pada akhirnya gadis itu tidur dengan ipad yang berada di dada, wajahnya ditutupi masker oleh Jessica yang kini meninggalkannya sendirian hingga tidak ada yang mengganggu Yasmin tidur.

 

Tiga jam berlalu, kini mamasuki jam lima sore. Yasmin belum kunjung bangun, sedangkan acara pesta satu jam lagi akan dimulai. Anna tidak ada disana dan Jessica pun belum kembali sehingga tidak ada yang membangunkan gadis itu. 

Arkana baru saja pulang dari kantor membawa penata busana sekaligus penata rias yang akan membantu istrinya untuk bersiap, tapi apa yang ditemukannya saat ini membuatnya geleng kepala. Istrinya itu justru tertidur pulas di sofa, ia berusaha membangunkannya dengan cara menjepit hidungnya. 

 

Yasmin mulai terusik tidak bisa bernafas, barulah kedua matanya terbuka terkejut dengan kehadiran lelaki itu. 

"Saya beri waktu kalian 45 menit untuk mengurusnya, pertaruhannya pekerjaan kalian jika waktu yang saya berikan masih belum selesai." Kata Arkana. 

"Baik Tuan," ujar ketiga perempuan itu serempak. 

Ketiga perempuan yang mengenakan seragam yang sama merupakan petugas dari sebuah salon mulai bergerak memegang tubuh Yasmin yang baru saja bangun, gadis itu dipaksa berdiri. Nyawa Yasmin yang belum terkumpul sempurna pun terkejut saat tubuhnya tiba-tiba diseret dua orang. 

Yasmin menatap Arkana. 

"Tuan tolongin, aku mau di apain lagi Tuan?" teriaknya sebelum pintu ruang ganti ditutup. 

Selama Yasmin sedang di make over. Arkana juga mempersiapkan diri di kamarnya. Lelaki itu menatap tubuhnya di pantulan cermin hanya mengenakan celana panjang, tubuh besarnya begitu indah dengan proporsi yang sempurna bagi lelaki dewasa yang berusia 35 tahun. 

Untuk memiliki tubuh yang sempurna tentu saja tidak mudah seperti yang dibayangkan, melakukan olahraga hanya hal biasa yang dapat dilakukan setiap orang. Arkana justru melakukan hal yang lebih berat dari hal itu. 

Lelaki itu berjuang keras melakukan latihan fisik dalam keadaan jadwalnya yang begitu padat, yang ingin didapatkan bukan hanya tubuh indah melainkan kekuatan dari fisik dan mentalnya untuk melawan semua serangan yang harus di jalaninya. 

Usia matang saat memimpin sebuah perusahaan besar yang diwariskan Amijaya bukanlah sebuah kesenangan yang bisa digunakan seenaknya, justru tanggung jawabnya yang harus mengorbankan dirinya sendiri demi menjaga dan mempertahankan haknya sebagai pewaris utama. 

Karena pada intinya, jika sebuah pedang diserahkan kepadanya, itu artinya bahaya sedang mengincarnya. Tugasnya sekarang adalah bagaimana ia mempertahankan pedang tersebut agar tidak jatuh kepada orang lain yang akan membahayakan dirinya sendiri. 

Selama dua tahun Arkana pemimpin Amijaya Crop, ia sudah mempertaruhkan nyawa seorang yang dicintainya, bukti itu bahkan masih membekas di perutnya sampai saat ini. Luka yang cukup dalam itu masih belum mampu menyelamatkan seseorang dari serangan kejam yang memang sudah sejak lama mengincar nyawanya.  

Arkana mengusap bekas luka sepanjang lima senti itu menjadi kenangan pahit yang tidak bisa dilupakannya sampai saat ini.

"Maafkan aku Angel, aku tidak punya pilihan selain menikahi gadis itu demi mempertahankan posisiku saat ini. Aku tidak mau perjuangan kita selama ini sia-sia, hanya ini yang dapat aku lakukan agar kamu tetap aman." Gumam Arkana menatap dirinya di cermin. 

Arkana membuang nafasnya perlahan setelah meluapkan kenangan bersama kekasihnya Angel.  Kemudian lelaki itu meraih kemeja putih mengancingkan satu persatu, mengenakan jas hitam yang begitu mewah dengan dasi kupu-kupu dan juga sepatu mengkilap menampilkan outfit Tuan Muda yang gagah. 

Penampilan sempurnanya malam ini akan menjadikannya bahan perbincangan hangat di acara puncak pesta kedua orang tuanya, terlebih Arkana akan didampingi seorang perempuan yang diperkenalkan kepada keluarga besar sebagai istri Tuan Mudan Arkana Amijaya. 

"Malam ini adalah waktu yang tepat untuk mempublikasikannya, sesuai rencana yang sudah disiapkan sebelumnya, termasuk pengumuman Yasmin Putri Aditya sebagai menantu dari keluarga Amijaya." Ucap Arkana menatap pantulan dirinya dari cermin. 

Bersambung…

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status