Home / Romansa / Gadis Penantang Takdir / 7. Amarah Murka 2

Share

7. Amarah Murka 2

Author: Miumi601
last update Last Updated: 2023-07-21 18:00:08

Satu tinjuan mendarat dengan sempurna di pipi Bagas hingga ia tertoleh ke samping sebab kencangnya pukulan itu.

Tari yang melihat adegan tersebut sontak saja membekap mulutnya. Ia terkejut kala anak semata wayangnya dengan berani membalaskan perlakuan Bagas yang mendarat di dirinya. Sebab sebelumnya, Agni hanya membalas segala perlakuan Bagas hanya dengan ucapan. Ini merupakan yang pertama bagi Agni berani melawan fisik dengan ayahnya.

Tak hanya Tari yang terkejut. Satu sosok laki-laki pengintai di balik dinding tinggi di samping gerbang pun tak kalah terkejutnya melihat adegan tersebut. Dia adalah Tirtha.

Pria memutuskan untuk tetap stand by di sekitar rumah Agni. Berharap, Agni segera pulang. Rasa penasaran yang menggebu menahannya untuk tetap bertahan.

Benar saja, tak berselang lama, terlihat sebuah motor gede dengan tipe terbaru memasuki rumah yang tadi sempat ia kunjungi.

Menyeruput kopi untuk yang terakhir kali, Tirtha kemudian beranjak dari kedai kopi seberang jalan tak jauh dari rumah Agni.

"Mang, kembaliannya!" teriak sang pemilik kedai sembari mengacungkan uang seratus ribu yang baru saja diberikan oleh Tirtha.

"Ambil saja, Mang!" sahut Tirtha sembaru berlalu pergi.

"Wuih .... Alhamdulillah, rejeki nomplok. Ris-laris manis!" ucapnya mencium uang tersebut kemudian menyabet-nyabetkannya pada meja dagangannya.

Sedikit berlari. Namun, masih dengan penuh kehati-hatian agar jangan sampai pengintaiannya kali ini ketahuan. Akhirnya, Tirtha sampai juga di depan gerbang rumah bercat krem tersebut. Ia bersembunyi di balik dinding samping gerbang. Dari situ, dapat terdengar jelas semua percakapan yang ada. Tirtha dapat merasakan sendiri panasnya percekcokan yang terjadi.

Mata sipitnya kemudian terbelalak kala melihat Agni yang dengan beraninya meninju sosok yang tadi mengusir dirinya.

"Ajigilleeee ...." Tirtha berucap dengan tangan yang mengelus pipinya sendiri. Dapat dibayangkan betapa sakitnya pukulan tersebut, sebab, suaranya pun bisa terdengar sampai di tempatnya berdiri saat ini.

"Berani bener tuh cewek. Harus gue acungi jempol, sih. Sosok kayak gitu emang harus banget di lawan," lanjut Tirtha lagi dengan sorot mata yang sedikit mengintip di sela-sela gerbang, penasaran akan ada adegan apalagi selanjutnya.

"Gimana rasanya? Enak?" tanya Agni pada pria yang masih memegangi pipinya. "Itu juga yang gue sama ibu gue rasain, Bangsat! Rasanya sama! Bahkan mungkin lebih sakit dari apa yang lu rasain sekarang!" amuk Agni dengan tangan yang terus menunjuk tepat di depan muka Bagas.

Tari maju, ia menarik-narik tubuh putrinya agar mundur. Dirinya sungguh takut Bagas kalap dan menghajar Agni habis-habisan seperti saat tadi Bagas menghajarnya.

"Diam, Bu! Kali ini amarahku sudah sampai pada titik puncak. Takkan lagi aku biarkan dia menginjak-injak kita," ucap Agni melepas tangan sang ibu yang terus menariknya agar menjauh.

"Sudah, Ni, sudah!"

"Kita harus melawan, Bu! Sampai kapan kita mau diam terus seperti ini? Kalau Ibu nggak berani memberinya pelajaran, biar Agni yang turun tangan sendiri."

"Ni, Pliss ...." Mohon Tari menangkupkan kedua tangannya.

"Mundur, Bu. Jangan buat Agni juga marah pada Ibu!" Agni berucap dengan penuh penekanan. Berharap, sang ibu mengerti maksud dirinya.

Beruntung, Tari akhirnya mengerti. Ia mundur beberapa langkah ke belakang. Tangannya kemudian merogoh ponsel yang berada di dalam saku celananya, mengabari seseorang, berjaga-jaga jika saja sesuatu yang buruk nantinya terjadi.

"Ribuan kali sudah kuperingatkan padamu, Tuan Bagas Yudistira, jangan pernah sekalipun kau sentuh dan sakiti ibuku. Namun, sepertinya ucapanku tak pernah tercerna dengan bagus di telingamu, ya?! Apa pendengaranmu sudah tak lagi berfungsi sebab tubuhmu yang sudah tua bangka dan bau tanah itu?!" ucap Agni menatap sengit pada pria di hadapannya. Pria yang memiliki sorot mata sama seperti dirinya.

"Haruskah aku mengantarkanmu lebih cepat menuju neraka, agar kau berhenti menyakiti kami?"

Terdengar bunyi gemeretak gigi yang diyakini adalah gigi milik Bagas. Emosi pria itu sudah terpancing rupanya, membuat Agni tersenyum penuh kemenangan. Akan lebih mudah menghancurkan seseorang yang emosinya mudah sekali terpancing.

Dirinya pun sebenarnya sudah emosi sejak melihat sang ibu yang babak belur. Namun, sebisa mungkin ia kendalikan emosi itu agar berkumpul saja pada tenaga yang akan ia hantamkan pada pria di hadapannya.

"Kurang ajar!" teriak Bagas mengarahkan bogemannya ke arah Agni.

"Agni, awas!"

___***___

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Penantang Takdir    45. Tirtha pun Bisa Mengancam

    "Sial*n! Gila, ya, itu orang!" rutuk Agni setelah keluar dari sebuah ruangan yang berada tak jauh dari halte tempat ia tertidur semalam."Kamu yang gila," celetuk Tirtha menimpali.Setelah drama debat pagi tadi, mereka berdua akhirnya memutuskan untuk mendatangi tempat di mana Agni tertidur semalam. Menyelidiki di mana motor wanita itu berada. Tentunya semua terjadi atas paksaan dari seorang Agni Gantari.Beruntung, di area tersebut ada satu cctv. Meski tak sepenuhnya mengarah ke halte. Namun, itu cukup membantu mereka sebab ia bisa melihat siapa seseorang yang membawa motornya pergi meski area wajah sang pelaku tidak terlihat sempurna.Agni menghentikan langkahnya, memutar tubuh, menatap Tirtha dengan tatapan sengit."Kenapa? Mau protes?" tanya Tirtha balik menatap Agni. Pria itu kini mulai berani menentang setelah merasa bahwa dirinya berada satu langkah di depan sang wanita; sedikit merasa mampu mengendalikan, dan berharap ia mampu melunakkan kerasnya hati seorang Agni Gantari. "

  • Gadis Penantang Takdir    44. Tirtha Agni

    Hari mulai larut. Jarum jam di pergelangan tangan milik Tirtha sudah mulai menunjukkan waktu dini hari. Namun, pria tampan itu masih berada di jalanan sebab baru saja menyelesaikan pertemuan dalam menjamu para klien dari luar negeri.Pertemuan di bar dengan minuman dan para wanita cantik di malam hari sudah menjadi satu hal lumrah di kalangan para pebisnis. Pria di balik kursi kemudi itu memijat tengkuknya perlahan, mencoba menetralkan rasa kaku dan letih yang mulai terasa di seluruh tubuhnya. "Berendam enak kali, ya," gumam Tirtha pelan.Netranya terus fokus mengemudi, menancap gas lebih cepat sebab sudah tak sabar rasanya ingin sampai di rumah untuk berendam air hangat lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk.Namun, di tengah perjalanan menuju pulang, netranya menyipit, fokusnya sedikit terbagi pada satu sosok manusia yang terbaring di jejeran kursi halte bus.Menurunkan kecepatan laju mobilnya, sedikit menepi, dan ...."Astaga, Agni!" pekiknya terkejut dengan mata terbe

  • Gadis Penantang Takdir    43. Misi di Balik Keputusan

    Setelah menghembuskan napas berkali-kali, Agni kembali mencoba meyakinkan diri bahwa ini adalah keputusan terbaik yang memang harus ia pilih.Wanita itu lantas melangkah ke dalam, kembali ke mejanya dengan menggenggam satu keputusan final."Maaf membuat kalian lama menunggu," ucap Agni kembali duduk seraya tersenyum ramah ke arah semua orang. Ekspresinya berbanding terbalik dengan beberapa waktu sebelumnya di mana ia selalu menekuk wajah cantiknya itu dengan ketus."It's oke. Kami mengerti mungkin kamu terkejut dengan ini semua. Dan, ya ... Jika kamu membutuhkan waktu lebih untuk menjawabnya, kami bersedia memberikannya," ucap Lina—Mama Tirtha, mencoba untuk memahami."Tapi bukankah lebih cepat lebih baik, bukan begitu, Agni? Aku tak masalah jika kamu menolak perjodohan ini. Jangan membuang waktuku lebih lama dengan harus menunggu jawabanmu yang belum pasti itu," ucap Tirtha menimpali. Melipat kedua tangan di depan dada, bersandar santai di sandaran kursi yang didudukinya."Tirtha ..

  • Gadis Penantang Takdir    42. Tawaran

    Belum habis rasa dukanya, dunia seolah berniat kembali menguji seorang Agni Gantari.Hati yang selalu dipenuhi amarah semakin meluap-luap kala ia ditarik paksa oleh anak buah Yudistira. Didandani sedemikian rupa dan dipaksa menghadiri sebuah pertemuan di sebuah hotel dengan Yudistira beserta rekan bisnisnya untuk membahas sebuah perjodohan."Apa-apaan ini, Opa?!" protes Agni setelah berhasil membawa Yudistira menyingkir dari para keluarga di dalam. "Hanya kamu yang bisa membantu Opa, Nak.""Dengan cara seperti ini? Ya Tuhan, Opa!" keluh Agni tidak habis pikir dengan keluarganya sendiri yang seolah tiada henti memperalatnya. "Tidak! Agni tidak akan pernah mau dijodohkan. Agni tidak akan menikah sampai kapan pun, Opa!" tolak Agni pada Yudistira dengan kata-kata yang penuh penekanan.Keduanya tengah berada di balkon saat ini. Meninggalkan dua keluarga yang sedang asik berbincang di meja makan di restoran dalam hotel tersebut.Yudistira hanya mampu memijat keningnya, pening. Berbagai car

  • Gadis Penantang Takdir    41. Siapkan Lamaran

    Sejak hari itu, Agni kembali pada kepribadiannya yang dulu, bahkan terkesan lebih parah dari sebelumnya.Ia yang beberapa waktu terakhir berhenti minum dan balapan liar sebab harus segera pulang ke rumah setelah rutinitasnya kuliah dan bekerja—demi menjaga sang bunda di rumah, kini hampir tak pernah lagi pulang ke rumahnya.Harinya kini hanya dihabiskan di jalanan luar. Mabuk, balap liar kembali menjadi rutinitas kesehariannya lagi.Pulang ke rumah hanya untuk tidur—meski tak jarang, ia lebih memilih tidur di jalanan. Hidupnya kembali berantakan, kuliahnya tak lagi dilanjutkan pun dengan pekerjaannya di kantor serta beberapa misi yang ia tinggalkan.Hanya satu misi yang gadis itu tanam dan lakukan dengan gencar, yaitu membalaskan dendamnya pada Bagas. Segala bukti sudah ia lampirkan untuk laporan ke pihak kepolisian. Namun, sayang ... Otak kasus pembunuhan sang bunda itu tengah melarikan diri saat ini. Berbagai prasangka buruk berlarian di otak Agni, mengira bahwa Yudistira yang mel

  • Gadis Penantang Takdir    40. Duka

    Selepas menjalani serangkaian proses serta berbagai prosedur untuk bukti pelaporan ke pihak kepolisian atas kasus pembunuhan sesuai permintaan langsung dari Agni, kini Tari akhirnya bisa dibawa pulang ke rumah duka untuk segera dimakamkan.Yudistira berada di samping Agni, terus berusaha mendampingi meski tak dihiraukan keberadaannya.Pun dengan Tirtha. Pria yang belum pulih betul dari luka tembak itu pun datang mengucap bela sungkawanya.Saat semua proses pemakaman telah berjalan lancar, David yang beberapa hari belakangan tidak terlihat batang hidungnya pun kembali muncul. Dengan setelan kemeja hitam serasi dengan celana bahannya yang juga berwarna hitam, ia memasuki pekarangan rumah Agni. Netranya langsung tertuju pada gadis cantik yang tengah terduduk dengan tatap mata yang memandang kosong. Garis sendu terlihat jelas di raut wajahnya yang pucat."Hai," sapa seorang pria yang langsung duduk berjongkok di hadapan Agni.Gadis itu terbelalak, cukup terkejut ketika melihat David yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status