"Iya, suami. Emang kenapa?" tanya Firas menatap ke arah spion lagi karena saat ini ia sedang mengendarai mobil."Gue ngga salah denger 'kan, Ta?" tanya Anggi terbelalak tidak percaya."Ngga. Yang lo denger emang bener kalo Om Firas suami gue," sahut Prita malas."Sejak kapan? Kenapa gue ngga tau?" tanya Anggi lagi sedikit kesal.Ia merasa tidak dihargai oleh Prita. Jika Prita menganggap Anggi sebagai sahabatnya, seharusnya Prita mengundang atau sekedar memberitahunya saja. Sayangnya tidak sama sekali."Ngga usah kesel gitu. Aku sama Om Firas baru nikah kemaren," sahut Prita menjelaskan takut Anggi marah."Apa?! Kemaren? Kok lo ngga ngasih tau gue, sih. Sebenarnya gue ini sahabat Lo bukan, sih, Ta?" kata Anggi kecewa."Nih anak lebay banget, sih. Gue nikah juga dadakan, dipaksa sama ni om-om nyebelin," sahut Prita melirik ke arah Firas."Apa? Yang bener lo? Gue mau juga dong dipaksa nikah sama om-om ganteng model Om Firas," kata Anggi merasa iri.Siapa yang ngga mau dipaksa nikah sama o
Prita dan Surti menoleh ke asal suara. Dapat dilihat bahwa ekspresi wajah Firas sangat menakutkan. Entah kesalahan apa yang sudah Surti perbuat hingga membuat Firas begitu marah. Surti tergopoh-gopoh berjalan menuju Firas. Tidak ada yang tahu apa yang akan Firas lakukan pada Surti. "Saya, Tuan," kata Surti menunduk. "Kamu tahu kesalahan kamu apa?" Firas bertanya pada Surti tentang kesalahannya. "Tidak, Tuan. Saya tidak tahu kesalahan saya apa," jawab Surti menggelengkan kepalanya. "Kamu lihat, siapa wanita yang baru saja kamu tatap matanya?" tanya Firas bertele-tele. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Firas sampai marah begitu. Dan kenapa tidak langsung pada intinya saja. Malah memutar kata-katanya membuat Surti bingung. "Tahu, Tuan. Beliau Nyonya Muda, istri Tuan yang tadi Tuan jelaskan," jawab Surti ketakutan. "Kalau sudah tahu, di mana sopan santunmu, huh?! Berani-beraninya kamu menatap mata istriku," Firas membentak Surti hanya karena kesalahan sepele. Hanya karena menata
Firas kembali fokus menatap layar ponselnya mendengar pertanyaan Anggi. Ia penasaran jawaban apa yang akan ia dengar dari mulut Prita. "Perasaan lo sama Om Firas gimana, Ta?" tanya Anggi. "Gue ngga ada perasaan apa-apa, Nggi, tapi ngga tau nanti," sahut Prita tidak berpikir apa yang akan terjadi pada perasaannya nanti. "Emang lo ngga ada gelenyar-gelenyar aneh gitu pas deket-deket sama Om Firas. Secara dia 'kan ganteng. Dulu aja pas pertama lo liat Pak Irsyad lo bilang gitu," tanya Anggi penasaran."Ngga ada, Anggi. Om Firas sama Pak Irsyad itu beda," sahut Prita membeda-bedakan. "Apa bedanya? 'Kan dia sama-sama ganteng?" tanya Anggi lagi. Ia paling menyukai laki-laki dengan paras tampan. Firas terkejut mendengar jawaban Prita. Mata dan telinganya terbuka lebar penasaran dengan jawaban apa yang akan keluar dari mulut Prita. "Cih! Apanya yang beda? Paling ngga ada apa-apanya dibandingkan denganku," cibir Firas menatap layar ponselnya. "Bedanya itu di saat pertama kali gue ketemu
"Van, Van, Van tunggu!" teriak Rena berusaha menghentikan langkah Vanya yang sangat cepat. "Lo apaan, sih, treak-treak udah kayak di hutan aja deh," keluh Vanya kesal. "Iya, sorry," balas Rena lesu."Kenapa?" tanya Vanya sambil mengerutkan keningnya."Menurut lo, cewek yang di sana itu Prita, bujan?" tanya Rena menunjuk ke sebuah toko baju. "Mana? Lagian ngga penting banget, sih, ngurusin dia," sahut Vanya malas. Sepertinya gadis itu tidak melihat Prita sedang memeluk dan mengecup pipi seorang pria. Jika melihat, pasti akan memiliki ide gila untuk memotret dan menyebarkannya."Et dah ya. Sini dulu apa," kata Rena sambil menarik tangan Vanya. "Iya, iya. Mana?" sahut Vanya malas. "Itu si Prita lagi sama om-om," kata Rena menggerakkan kepala Vanya agar menatap ke arah Prita. "Waow!" Vanya tersenyum dengan manik mata berbinar."Sumpah gue ngga nyangka banget ternyata Prita peliharaan om-om," kata Rena sambil menggelengkan kepalanya melihat Prita mencium Firas. "Gue juga ngga nyangk
"Hahaha... " Firas tertawa terbahak-bahak melihat Prita memejamkan matanya. Gadis itu membuka matanya sedikit demi sedikit. Tiba-tiba perasaan aneh menyelimutinya. Ia merasa kecewa karena apa yang ia pikirkan barusan tidak benar. "Ih, Om Firas apaan, sih! Ngga jelas banget," sungut Prita memajukan bibirnya. "Ini otak isinya apa, sih? Pikirannya ngeres mulu. Apa jangan-jangan kamu ngarep banget yah aku cium," ledek Firas menoyor kepala Prita sambil tersenyum jahil. "Ng-ngga, kok. Apaan, sih, ye... Mending juga dicium sama Pak Irsyad," sahut Prita salah tingkah hingga keceplosan menyebut nama Pak Irsyad. Deg! Jantung Firas kembali bergetar mendengar nama Pak Irsyad disebut oleh Prita. Lagi-lagi pertanyaan mengenai Pak Irsyad kembali muncul di benaknya. Kemudian Prita mendorong Firas dan bergegas keluar. Ia menyentuh pipinya yang menghangat. Entah apa yang ia rasakan saat ini. Yang pasti, ia belum menyadari perasaan aneh apa yang kini muncul secara tiba-tiba. "Hayo, lagi mikirin a
Waktu istirahat pun tiba. Kini, Prita dan Anggi berjalan menuju kantin untuk makan siang. Namun hari ini tidak seperti biasanya yang hanya tenang-tenang saja, karena Vanya tidak akan tinggal diam setelah melihat Prita dan Firas kemarin. "Temen-temen! Gue ngga nyangka loh, ternyata Prita itu peliharaan om-om," teriak Vanya diakhiri dengan tawa mengejek. "Iyah, bener banget. Kalian liat 'kan dada Prita yang menantang? Ternyata ada alasannya di balik dadanya itu loh," teriak Rena melirik ke arah dada Prita. "Emang apa alasannya, Na?" tanya siswa lain. "Alasannya cuman satu, yaitu om-om. Hahaha... " sahut Rena dan Vanya bersamaan. Prita tidak menanggapi semua orang yang menatapnya jijik. Ia melangkah ke depan dengan langkah mantap. Namun baru beberapa langkah, Prita jatuh tepat di depan Vanya. Ia jatuh tersungkur ke lantai karena ada seseorang yang sengaja menyengkat kakinya. Tidak diragukan lagi bahwa seseorang itu adalah Vanya. Satu-satunya orang yang merasa tersaingi karena Prita
"Vanya, Rena, ikut ke ruangan saya sekarang!" ucap Pak Irsyad tegas. "Baik, Pak," jawab Vanya dan Rena bersamaan. Entah apa yang akan Pak Irsyad lakukan setelah melihat perbuatan Vanya dan Rena terhadap Prita. Meskipun ia tidak tahu apa yang membuat Vanya sengaja menyengkat kaki Prita hingga terjatuh. "Duduk!" ujar Pak Irsyad ketika sudah masuk ke dalam ruangannya. Setelah Vanya dan Rena duduk, Pak Irsyad menatap mereka bergantian. Ia tetap berdiri sambil mengetuk-ngetuk meja dengan pulpen. "Sekarang katakan! Apa alasan yang membuat kalian melakukan itu pada Prita?" tanya Pak Irsyad menyelidik. "Kami tidak melakukan apa-apa, Pak," jawab Vanya. "Vanya!" "Itu azab buat seorang peliharaan om-om, Pak," jawab Vanya malas. "Bener banget tuh, Pak, apa kata Vanya. Prita pantes diperlakukan seperti itu," kata Rena menimpali. "Cukup! Maksud kalian apa mengatakan hal seperti itu?" bentak Pak Irsyad tidak terima ada orang yang mengatakan hal buruk tentang Prita. "Emangnya Bapak ngga lia
"Jangan pergi!" lirih Prita mencekal tangan Firas dalam keadaan mata masih tertutup. Karena tidak tega, akhirnya Firas kembali duduk dan membaringkan tubuhnya di samping Prita. Ia menarik tubuh Prita, meletakkan kepalanya di lengannya, dan memasukkan Prita ke dalam pelukannya. Sedangkan sang empu yang memang butuh sandaran merasa sangat nyaman. Ia semakin memperdalam pelukannya hingga wajahnya menempel di dada bidang Firas. Pria itu mengecup kening dan mengusap-usap punggung Prita. Sampai pada akhirnya, rasa kantuk yang kini melanda membuat ia tertidur pulas. *** Dentuman jam dinding menunjukkan pukul dua belas malam. Perut Prita serasa diremas-remas hingga perih. Ia mencoba untuk bangun, tetapi tidak bisa. Ia merasa sesak nafas dan ada yang mengikat tubuhnya kuat-kuat. Perlahan ia membuka matanya dan melihat sosok Firas memeluknya dengan erat. "Aaaaa!" Prita berteriak membuat Firas terlonjak kaget dan terbangun. "Apa? Kenapa? Ada apa?" tanya Firas panik tanpa melepaskan pelukann