Share

Dasar Om-om Mesum!

"Lucu juga pake kemeja ini. Mmm ... ternyata seperti ini wangi maskulin yang dikatakan Anggi. Enak juga ternyata." Prita menghirup dalam-dalam aroma kemeja yang melekat di tubuhnya.

"Memakai bajunya serasa memeluk orangnya, hehehe," lirih Prita terkekeh geli membayangkan sedang memeluk tubuh kekar suaminya.

Setelah mengganti baju, ia keluar kamar mandi dan tidak mendapati Firas di kamar. Ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang berukuran king size. Benar apa yang dikatakan Firas waktu itu. Bahwa tempat tidurnya terlalu besar untuk Prita bisa menendangnya.

Gadis itu mengepakkan kedua tangan dan kedua kakinya. Ia menggerakkannya saling berlawanan. Membayangkan bahwa saat ini ia sedang berada di tengah-tengah padang salju. Kemudian, ia bangun dan melompat ke sana ke mari di atas kasur.

Klek!

Tiba-tiba ada seseorang datang dan membuka pintu. Namun, orangnya tak kunjung terlihat. Ketika Prita hendak menghampirinya, tiba-tiba Firas masuk ke dalam sambil menggerakkan kursi rodanya sedikit kesulitan. Karena merasa tidak enak, Prita bergegas menghampirinya dan membantu mendorong kursi roda Firas.

"Mas Firas abis dari mana? Aku keluar kamar mandi udah ngga ada," tanya Prita membantunya naik ke atas tempat tidur.

"Ngga ke mana-mana cuman ke dapur sebentar," jawab Firas sambil mengangkat kakinya naik ke atas tempat tidur.

"Oh gitu. Kalo butuh apa-apa bilang biar aku yang ambilin," kata Prita menawarkan diri. Ia merasa kasihan padanya karena harus melihatnya kesusahan menjalankan kursi rodanya.

"Ngga perlu. Lagian banyak asisten rumah tangga di sini. 'Kan aku udah bilang kalau aku nikahin kamu bukan sebagai baby sitterku tapi sebagai istriku," jawab Firas mengingat kata-kata Prita waktu itu ketika ia melamarnya.

"Iya-iya," kata Prita malas.

"Aku pikir dia ngga bakal inget apa kataku waktu itu," imbuh Prita dalam hati.

"Ngomong-ngomong, sebenarnya umur kamu berapa, sih?" tanya Firas mengenai usia istri kecilnya.

"Udah jadi suami, tapi ngga tau usia istrinya. Dasar payah!" sahut Prita mengejek sambil memalingkan wajahnya.

"Aku tahu, aku tahu. Usia kamu delapan belas tahun 'kan?" kata Firas memastikan.

"Udah tau nanya. Tapi lebih tepatnya delapan belas tahun satu bulan," sahut Prita malas.

"Tapi ... kok, dada kamu ukurannya lebih besar daripada dada orang dewasa," kata Firas menatap lekat ke arah dada istri kecilnya.

"Mas Firaaas!" teriak Prita sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

Ia melihat dengan jelas tatapan lapar suaminya dengan seringai yang tercetak jelas di wajahnya. Untung saja Firas lumpuh, kalau tidak, mungkin ia sudah tidak perawan lagi.

"Kenapa? Bukannya emang bener, yah. Dada kamu emang besar, sebesar orang dewasa. Padahal kamu masih bocah," sahut Firas dengan nada malas. Kemudian ia membaringkan tubuhnya sambil menepuk-nepuk kasur.

"Iya, iya aku tahu. Tapi ngga usah dijelasin gitu juga kali. Kenapa tuh tangan nepuk-nepuk kasur?" kata Prita sambil mengalihkan pandangannya karena malu. Kemudian, ia bertanya kenapa Firas menepuk-nepuk kasur.

Bagaimana bisa Firas membahas masalah seperti itu dengan gamblang? Kalau sesama wanita mungkin tidak maslah. Sedangkan saat ini mereka sepasang laki-laki dan perempuan. Meskipun mereka sudah menikah, tetap saja membuat pipi Prita terasa panas, tapi tetap ada rasa takut di hatinya.

"Sini. Kita tidur siang dulu. Katanya ntar sore mau ke mall, beli baju buat kamu," jawab Firas masih menepuk-nepuk kasur.

Kalau boleh jujur, Prita masih ragu dan juga takut. Kalau ia tidur di samping Firas. Apa yang akan terjadi nanti?

"Kenapa pikiranku jadi kotor gini, sih," bisik Prita dalam hati mencoba mengenyahkan pikiran kotor di benaknya.

"Kenapa? Takut?" tanya Firas membuat Prita salah tingkah.

"Ng-nga. Ke-kenapa ak-aku harus takut?" sahut Prita sambil berjalan dan naik ke atas tempat tidur.

Prita mengambil guling dan menjadikannya sebagai pembatas. Karena apa yang Firas katakan memang benar. Bahwa ia takut jika dia melakukan sesuatu padanya dan ia akan hamil nanti.

Ia tidak mau menjadi bahan pergunjingan dan berhenti sekolah. Walaupun ia hamilnya karena suaminya sendiri. Namun tetap saja ia tidak mau. Sebenarnya bukannya ia tidak mau, tapi belum mau dan belum siap.

"Ingat! Ini pembatas agar Mas Firas tidak melewati batas," kata Prita merapikan guling dan bergegas membelakanginya.

"Batas apa yang ada di antara suami dan istri? Berani-beraninya kamu memunggungi suamimu sendiri. Dasar istri tidak punya sopan santun!" sahut Firas sambil menyingkirkan guling dan memeluk Prita dari belakang.

"Mas Firas mau ngapain? Lepasin ngga!" kata Prita sedikit bergetar karena takut.

Rasa-rasanya jantung Prita akan melompat keluar. Ia berontak mencoba melepaskan diri. Namun bukannya mengendorkan pelukannya, Firas justru semakin mengeratkan pelukannya.

"Aku ngga bisa nafas, Mas. Uhuk ... uhuk ... " Prita berpura-pura kehabisan nafas agar Firas melepaskannya.

"Maaf, maaf. Aku cuman becanda. Maaf, yah," kata Firas meminta maaf sambil melepaskan pelukannya.

Setelah Firas melepaskan pelukannya. Prita bergegas membalikkan badannya dan menggigit tangan suaminya.

"Aww!" pekik Firas kesakitan.

"Pritaaa!" Firas berteriak melihat ke arah luka gigitan. Ia bisa melihat darah mengalir di tangannya.

Gadis itu tidak menyangka gigitannya yang ia rasa pelan. Ternyata bisa membuat tangan Firas terluka.

"Maaf," lirih Prita menunduk. Sebenarnya ia hanya bercanda ingin membalas perbuatan Firas, tetapi justru menjadi seperti ini.

"Ngga papa. Aku yang seharusnya minta maaf karena udah teriak-teriak. Kamu pasti kaget 'kan?" jawab Firas sambil menarik tubuh Prita masuk ke dalam dekapannya.

Aroma maskulin di tubuh Firas benar-benar menggoda dan nyaman sekali. Dada bidangnya yang terasa sangat hangat. Membuat mata Prita sayup-sayup mulai mengantuk. Apalagi dengan tangan Firas yang mengusap-usap punggungnya. Hingga tanpa sadar, gadis itu sudah tertidur pulas.

Entah sudah berapa lama ia tertidur di pelukan Firas. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Ia enggan membuka mata, enggan berpisah dari perasaan hangat itu.

Tok ... tok ... tok!

"Tuan, Nyonya, ini sudah sore. Sudah waktunya pergi ke pusat perbelanjaan," terdengar suara seorang wanita dari luar pintu.

Prita meregangkan kedua tangannya hingga tak sengaja sikunya mengenai dahi Firas.

"Aww! pekik Firas kesakitan sambil mengusap dahinya.

"Maaf, Mas, ngga sengaja," kata Prita.

Gadis itu hendak bangun untuk membukakan pintu. Namun lagi-lagi, ia tidak sengaja mengenai luka Firas akibat dari gigitannya tadi.

"Aww, sakit!" teriak Firas kembali mengaduh kesakitan.

"Maaf, Mas, maaf. Aku ngga sengaja. Aku mau bukain pintu, tadi ada yang manggil," kata Prita mengambil alih tangan Firas dan meniup-niup lukanya.

"Aku bisa kena rabies ngga, yah?" tanya Firas membuat Prita menghentikan aktivitasnya.

"Mas Firaaas!" Prita berteriak tepat di telinga Firas.

"Kamu ini apa-apaan, sih. Pelan-pelan juga aku denger," protes Firas sambil mengusap-usap telinganya.

"Emang enak. Dasar om-om nyebelin!" kata Prita sambil menjulurkan lidahnya.

"Awas kamu, yah!" sungut Firas.

"Tuan, Nyonya!" panggil seseorang di luar pintu.

"Iya-iya, Ijah." Firas berteriak menjawab asisten rumah tangga yang bernama Ijah, "Cepet kamu mandi, siap-siap katanya mau ke mall," imbuhnya pada Prita.

"Oke, siap Bos!" jawab Prita tegas sambil mengatupkan telapak tangannya di dahi. Ia lekas bangkit dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Namun sebelum itu, Firas memanggilnya.

"Prita! Bisakah kita mandi bersama?" kata Firas tersenyum menyeringai.

Entah apa yang ada dalam pikirannya. Kenapa laki-laki itu senang sekali mengusili Prita? Apa terasa sangat menyenangkan membuatnya ketakutan?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status