Home / Romansa / Gadis Penebus Hutang / Dasar Om-om Mesum!

Share

Dasar Om-om Mesum!

Author: Vhiaraya
last update Last Updated: 2021-07-12 02:08:39

"Lucu juga pake kemeja ini. Mmm ... ternyata seperti ini wangi maskulin yang dikatakan Anggi. Enak juga ternyata." Prita menghirup dalam-dalam aroma kemeja yang melekat di tubuhnya.

"Memakai bajunya serasa memeluk orangnya, hehehe," lirih Prita terkekeh geli membayangkan sedang memeluk tubuh kekar suaminya.

Setelah mengganti baju, ia keluar kamar mandi dan tidak mendapati Firas di kamar. Ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang berukuran king size. Benar apa yang dikatakan Firas waktu itu. Bahwa tempat tidurnya terlalu besar untuk Prita bisa menendangnya.

Gadis itu mengepakkan kedua tangan dan kedua kakinya. Ia menggerakkannya saling berlawanan. Membayangkan bahwa saat ini ia sedang berada di tengah-tengah padang salju. Kemudian, ia bangun dan melompat ke sana ke mari di atas kasur.

Klek!

Tiba-tiba ada seseorang datang dan membuka pintu. Namun, orangnya tak kunjung terlihat. Ketika Prita hendak menghampirinya, tiba-tiba Firas masuk ke dalam sambil menggerakkan kursi rodanya sedikit kesulitan. Karena merasa tidak enak, Prita bergegas menghampirinya dan membantu mendorong kursi roda Firas.

"Mas Firas abis dari mana? Aku keluar kamar mandi udah ngga ada," tanya Prita membantunya naik ke atas tempat tidur.

"Ngga ke mana-mana cuman ke dapur sebentar," jawab Firas sambil mengangkat kakinya naik ke atas tempat tidur.

"Oh gitu. Kalo butuh apa-apa bilang biar aku yang ambilin," kata Prita menawarkan diri. Ia merasa kasihan padanya karena harus melihatnya kesusahan menjalankan kursi rodanya.

"Ngga perlu. Lagian banyak asisten rumah tangga di sini. 'Kan aku udah bilang kalau aku nikahin kamu bukan sebagai baby sitterku tapi sebagai istriku," jawab Firas mengingat kata-kata Prita waktu itu ketika ia melamarnya.

"Iya-iya," kata Prita malas.

"Aku pikir dia ngga bakal inget apa kataku waktu itu," imbuh Prita dalam hati.

"Ngomong-ngomong, sebenarnya umur kamu berapa, sih?" tanya Firas mengenai usia istri kecilnya.

"Udah jadi suami, tapi ngga tau usia istrinya. Dasar payah!" sahut Prita mengejek sambil memalingkan wajahnya.

"Aku tahu, aku tahu. Usia kamu delapan belas tahun 'kan?" kata Firas memastikan.

"Udah tau nanya. Tapi lebih tepatnya delapan belas tahun satu bulan," sahut Prita malas.

"Tapi ... kok, dada kamu ukurannya lebih besar daripada dada orang dewasa," kata Firas menatap lekat ke arah dada istri kecilnya.

"Mas Firaaas!" teriak Prita sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

Ia melihat dengan jelas tatapan lapar suaminya dengan seringai yang tercetak jelas di wajahnya. Untung saja Firas lumpuh, kalau tidak, mungkin ia sudah tidak perawan lagi.

"Kenapa? Bukannya emang bener, yah. Dada kamu emang besar, sebesar orang dewasa. Padahal kamu masih bocah," sahut Firas dengan nada malas. Kemudian ia membaringkan tubuhnya sambil menepuk-nepuk kasur.

"Iya, iya aku tahu. Tapi ngga usah dijelasin gitu juga kali. Kenapa tuh tangan nepuk-nepuk kasur?" kata Prita sambil mengalihkan pandangannya karena malu. Kemudian, ia bertanya kenapa Firas menepuk-nepuk kasur.

Bagaimana bisa Firas membahas masalah seperti itu dengan gamblang? Kalau sesama wanita mungkin tidak maslah. Sedangkan saat ini mereka sepasang laki-laki dan perempuan. Meskipun mereka sudah menikah, tetap saja membuat pipi Prita terasa panas, tapi tetap ada rasa takut di hatinya.

"Sini. Kita tidur siang dulu. Katanya ntar sore mau ke mall, beli baju buat kamu," jawab Firas masih menepuk-nepuk kasur.

Kalau boleh jujur, Prita masih ragu dan juga takut. Kalau ia tidur di samping Firas. Apa yang akan terjadi nanti?

"Kenapa pikiranku jadi kotor gini, sih," bisik Prita dalam hati mencoba mengenyahkan pikiran kotor di benaknya.

"Kenapa? Takut?" tanya Firas membuat Prita salah tingkah.

"Ng-nga. Ke-kenapa ak-aku harus takut?" sahut Prita sambil berjalan dan naik ke atas tempat tidur.

Prita mengambil guling dan menjadikannya sebagai pembatas. Karena apa yang Firas katakan memang benar. Bahwa ia takut jika dia melakukan sesuatu padanya dan ia akan hamil nanti.

Ia tidak mau menjadi bahan pergunjingan dan berhenti sekolah. Walaupun ia hamilnya karena suaminya sendiri. Namun tetap saja ia tidak mau. Sebenarnya bukannya ia tidak mau, tapi belum mau dan belum siap.

"Ingat! Ini pembatas agar Mas Firas tidak melewati batas," kata Prita merapikan guling dan bergegas membelakanginya.

"Batas apa yang ada di antara suami dan istri? Berani-beraninya kamu memunggungi suamimu sendiri. Dasar istri tidak punya sopan santun!" sahut Firas sambil menyingkirkan guling dan memeluk Prita dari belakang.

"Mas Firas mau ngapain? Lepasin ngga!" kata Prita sedikit bergetar karena takut.

Rasa-rasanya jantung Prita akan melompat keluar. Ia berontak mencoba melepaskan diri. Namun bukannya mengendorkan pelukannya, Firas justru semakin mengeratkan pelukannya.

"Aku ngga bisa nafas, Mas. Uhuk ... uhuk ... " Prita berpura-pura kehabisan nafas agar Firas melepaskannya.

"Maaf, maaf. Aku cuman becanda. Maaf, yah," kata Firas meminta maaf sambil melepaskan pelukannya.

Setelah Firas melepaskan pelukannya. Prita bergegas membalikkan badannya dan menggigit tangan suaminya.

"Aww!" pekik Firas kesakitan.

"Pritaaa!" Firas berteriak melihat ke arah luka gigitan. Ia bisa melihat darah mengalir di tangannya.

Gadis itu tidak menyangka gigitannya yang ia rasa pelan. Ternyata bisa membuat tangan Firas terluka.

"Maaf," lirih Prita menunduk. Sebenarnya ia hanya bercanda ingin membalas perbuatan Firas, tetapi justru menjadi seperti ini.

"Ngga papa. Aku yang seharusnya minta maaf karena udah teriak-teriak. Kamu pasti kaget 'kan?" jawab Firas sambil menarik tubuh Prita masuk ke dalam dekapannya.

Aroma maskulin di tubuh Firas benar-benar menggoda dan nyaman sekali. Dada bidangnya yang terasa sangat hangat. Membuat mata Prita sayup-sayup mulai mengantuk. Apalagi dengan tangan Firas yang mengusap-usap punggungnya. Hingga tanpa sadar, gadis itu sudah tertidur pulas.

Entah sudah berapa lama ia tertidur di pelukan Firas. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Ia enggan membuka mata, enggan berpisah dari perasaan hangat itu.

Tok ... tok ... tok!

"Tuan, Nyonya, ini sudah sore. Sudah waktunya pergi ke pusat perbelanjaan," terdengar suara seorang wanita dari luar pintu.

Prita meregangkan kedua tangannya hingga tak sengaja sikunya mengenai dahi Firas.

"Aww! pekik Firas kesakitan sambil mengusap dahinya.

"Maaf, Mas, ngga sengaja," kata Prita.

Gadis itu hendak bangun untuk membukakan pintu. Namun lagi-lagi, ia tidak sengaja mengenai luka Firas akibat dari gigitannya tadi.

"Aww, sakit!" teriak Firas kembali mengaduh kesakitan.

"Maaf, Mas, maaf. Aku ngga sengaja. Aku mau bukain pintu, tadi ada yang manggil," kata Prita mengambil alih tangan Firas dan meniup-niup lukanya.

"Aku bisa kena rabies ngga, yah?" tanya Firas membuat Prita menghentikan aktivitasnya.

"Mas Firaaas!" Prita berteriak tepat di telinga Firas.

"Kamu ini apa-apaan, sih. Pelan-pelan juga aku denger," protes Firas sambil mengusap-usap telinganya.

"Emang enak. Dasar om-om nyebelin!" kata Prita sambil menjulurkan lidahnya.

"Awas kamu, yah!" sungut Firas.

"Tuan, Nyonya!" panggil seseorang di luar pintu.

"Iya-iya, Ijah." Firas berteriak menjawab asisten rumah tangga yang bernama Ijah, "Cepet kamu mandi, siap-siap katanya mau ke mall," imbuhnya pada Prita.

"Oke, siap Bos!" jawab Prita tegas sambil mengatupkan telapak tangannya di dahi. Ia lekas bangkit dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Namun sebelum itu, Firas memanggilnya.

"Prita! Bisakah kita mandi bersama?" kata Firas tersenyum menyeringai.

Entah apa yang ada dalam pikirannya. Kenapa laki-laki itu senang sekali mengusili Prita? Apa terasa sangat menyenangkan membuatnya ketakutan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Penebus Hutang   Inilah Akhir

    "Lepasin, lepasin aku, lepasin aku... " teriak Prita sambil memukul-mukul punggung Firas.Firas keluar kelas dalam posisi membopong tubuh Prita di bahunya. Sepanjang jalan keluar, Prita terus saja berteriak dan berontak. Tanpa menghiraukan semua tatapan orang-orang. Firas pun tetap fokus berjalan menuju halte di mana Zafran berada. Sementara Zafran, ia melihat sang bos keluar dari gerbang sekolah, langsung keluar dan membukakan pintu mobil. Firas bergegas membaringkan tubuh Prita di kursi penumpang. Kemudian, ia langsung ikut masuk dan menutup pintu mobil."Kunci, Za!" perintah Firas."Buka pintu, buka pintunya!" teriak Prita memukul-mukul jendela mobil."Bukaaa... bukaaaaa... " sambung Prita berteriak menatap tajam ke arah Firas."Ntar aku buka kalo udah sampe rumah," balas Firas santai."Rumah? Rumah siapa?" tanya Prita melirik tajam."Rumah kitalah, rumah siapa lagi. Udah, mendingan kamu duduk diem," balas Firas.Prita mengg

  • Gadis Penebus Hutang   Khayalan Seorang Firas

    Hari demi hari, Firas jalani dengan penuh kesabaran. Demi kesembuhannya dan yang paling penting, demi menjemput kembali ingatan istrinya. Firas tidak pernah menanyakan apapun perihal Prita pada kedua orang tuanya. Ia tahu alasan mereka tidak memberitahukan pada dirinya karena mereka khawatir. Jadi, ia memilih diam dan fokus pada kesembuhannya.Sementara Firas fokus pada kesembuhannya. Prita juga melakukan beberapa tes dan diizinkan pulang setelah dokter memastikan, bahwa ia benar-benar baik-baik saja. Satu Minggu berrlalu, Firas pulih. Begitu pula dengan Prita, yang kembali masuk sekolah. Gadis itu memiliki banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.Kenapa tiba-tiba ia berubah menjadi kelas tiga? Kenapa sebentar lagi ia sudah harus menjalani ujian sekolah? Padahal ia baru saja naik kelas dua SMA. Ia terus saja bertanya pada Anggi. Karena selalu diberondong pertanyaan, akhirnya ia mencoba untuk mengingatkan Prita. Namun sayangnya, sahabatnya itu tidak mempercayain

  • Gadis Penebus Hutang   Mengingatkan Apa Yang Sudah Ia Lupakan

    "Mu-mungkin cuman perasaan kamu aja kali. Aku ngga pernah ketemu sama kamu ko," elak Zafran."Iya kali, ya," ujar Prita mengangguk-anggukkan kepalanya."Kalian ngomongin apa, sih, ko kayanya serius gitu?"Anggi keluar dari kamar mandi dan bertanya dengan raut penasaran, melihat suasana ruangan yang terlihat sangat menegangkan bagi Zafran."Pasti kalian ngomongin gue, yah?" selidik Anggi dengan nada bertanya."Ko lo tau, sih. Jadi gini, gue itu nyoba mempromosikan lo sama Aa Za. Barangkali aja kalian cocok," balas Prita blak-blakan."Gila lo yah. Aa Za ngga usah dengerin dia. Prita ini emang orangnya nyablak, bar-bar gitu," ujar Anggi tidak percaya dengan apa yang sahabatnya katakan. Kemudian ia mencoba menjelaskan pada Zafran agar tidak mempercayai ucapan Prita."Sama, lo juga bar-bar. Gue 'kan cuman mau bantu lo aja, Nggi. Biar lo ngga jomblo terus-menerus," sungut Prita memajukan bibirnya."Emang lo kira lo ngga jomblo,

  • Gadis Penebus Hutang   Selalu Benar

    "Keadaan Prita gimana, Mah. Calon anakku baik-baik aja 'kan?" tanya Firas khawatir."Prita sama janin yang ada dalam kandungannya baik-baik aja ko. Udah mendingan kamu istirahat aja, ngga usah mikirin yang lain dulu," sahut Aisyah meminta agar putranya fokus pada kesembuhannya."Firas kangen pengen ketemu Prita, Mah," ujar Firas berusaha bangkit."Awww... " Firas memekik kesakitan sambil menyentuh lukanya."Mamah bilang istirahat dulu ya istirahat dulu. Ngga usah nyesel deh. Kamu itu udah gede bukan anak kecil lagi. Kalo sampe jahitan kamu kebuka lagi gimana?" sergah Aisyah membantu Firas membaringkan tubuhnya."Tapi, Mah... Firas kangen pengen ketemu Prita. Firas mohon!" lirih Firas memohon. Entah mengapa setelah sadar, perasaannya tidak enak. Ia merasa ada yang salah, namun ia tidak tahu itu apa."Pokoknya kalo belom sembuh total, kamu ngga boleh ketemu sama Prita!" sahut Aisyah memutuskan.Sebenarnya, ia tidak bermaksud melarang pu

  • Gadis Penebus Hutang   Hampir Kehilangannya

    "Kondisi ini biasanya memerlukan psikoterapi yang berdasarkan analitik psikodinamik dan hanya bisa dilakukan oleh psikiater yang berpengalaman. Psikiater yang mampu melakukan hipnosis juga biasanya bisa membantu pasien dengan kondisi amnesia disosiatif. Jadi, nanti saya akan memberikan rujukan pada psikiater di rumah sakit ini," jawab Dokter Rudi."Baik Dok, terima kasih banyak. Kalo begitu saya permisi mau kembali menemani putri saya," pamit Susilo sambil mengulurkan tangannya yang kemudian disambut uluran tangan Dokter Rudi.Susilo kembali ke ruang perawatan putrinya. Namun sebelum masuk, ia mengatur nafas, mengusap wajahnya, dan mengatur senyum di wajahnya agar tidak terlihat kaku."Kata dokter apa, Pak?" tanya Prita melihat sang ayah kembali."Ngga papa ko, kamu sehat," sahut Susilo menyembunyikan kenyataan yang ada."Bapak keluar dulu yah, bapak pengen nyari udara segar," sambung Susilo ingin menemui kedua besannya karena tadi sudah berjanji u

  • Gadis Penebus Hutang   Amnesia Disosiatif

    "Lo serius itu yang lo inget?" tanya Anggi memastikan."Iya. Emang kenapa? Apa ada yang terlewat yang ngga gue inget?" balas Prita mengangguk. Kemudian ia balik bertanya pada Anggi.Anggi tersenyum kikuk tidak tahu harus menjawab apa. Gadis itu dan Wati saling tatap. Mereka jelas-jelas tahu bagaimana kejadiannya. Karena memang Anggi menceritakan segalanya ketika ia menghubungi orang tua Prita. Tapi kenapa? Ada apa dengan Prita?Klek!Susilo dan dokter masuk ke dalam. Kemudian dokter itu langsung melangkah mendekat dan mulai memeriksa mata menggunakan senter, denyut nadi, detak jantung, dan yang terakhir memeriksa kondisi janin. Meski dalam kondisi syok berat, namun kondisi janin di perut Prita dalam kondisi baik-baik saja. Entah apa yang membuat janin itu bertahan dengan begitu kuatnya. Padahal sebelumnya terlihat sangat lemah."Bagaimana kondisi Ibu Prita? Apa ada yang sakit atau dikeluhkan?" tanya dokter."Maaf Dok, saya masih muda baru ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status