"Lucu juga pake kemeja ini. Mmm ... ternyata seperti ini wangi maskulin yang dikatakan Anggi. Enak juga ternyata." Prita menghirup dalam-dalam aroma kemeja yang melekat di tubuhnya.
"Memakai bajunya serasa memeluk orangnya, hehehe," lirih Prita terkekeh geli membayangkan sedang memeluk tubuh kekar suaminya.Setelah mengganti baju, ia keluar kamar mandi dan tidak mendapati Firas di kamar. Ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang berukuran king size. Benar apa yang dikatakan Firas waktu itu. Bahwa tempat tidurnya terlalu besar untuk Prita bisa menendangnya.Gadis itu mengepakkan kedua tangan dan kedua kakinya. Ia menggerakkannya saling berlawanan. Membayangkan bahwa saat ini ia sedang berada di tengah-tengah padang salju. Kemudian, ia bangun dan melompat ke sana ke mari di atas kasur.Klek!Tiba-tiba ada seseorang datang dan membuka pintu. Namun, orangnya tak kunjung terlihat. Ketika Prita hendak menghampirinya, tiba-tiba Firas masuk ke dalam sambil menggerakkan kursi rodanya sedikit kesulitan. Karena merasa tidak enak, Prita bergegas menghampirinya dan membantu mendorong kursi roda Firas."Mas Firas abis dari mana? Aku keluar kamar mandi udah ngga ada," tanya Prita membantunya naik ke atas tempat tidur."Ngga ke mana-mana cuman ke dapur sebentar," jawab Firas sambil mengangkat kakinya naik ke atas tempat tidur."Oh gitu. Kalo butuh apa-apa bilang biar aku yang ambilin," kata Prita menawarkan diri. Ia merasa kasihan padanya karena harus melihatnya kesusahan menjalankan kursi rodanya."Ngga perlu. Lagian banyak asisten rumah tangga di sini. 'Kan aku udah bilang kalau aku nikahin kamu bukan sebagai baby sitterku tapi sebagai istriku," jawab Firas mengingat kata-kata Prita waktu itu ketika ia melamarnya."Iya-iya," kata Prita malas."Aku pikir dia ngga bakal inget apa kataku waktu itu," imbuh Prita dalam hati."Ngomong-ngomong, sebenarnya umur kamu berapa, sih?" tanya Firas mengenai usia istri kecilnya."Udah jadi suami, tapi ngga tau usia istrinya. Dasar payah!" sahut Prita mengejek sambil memalingkan wajahnya."Aku tahu, aku tahu. Usia kamu delapan belas tahun 'kan?" kata Firas memastikan."Udah tau nanya. Tapi lebih tepatnya delapan belas tahun satu bulan," sahut Prita malas."Tapi ... kok, dada kamu ukurannya lebih besar daripada dada orang dewasa," kata Firas menatap lekat ke arah dada istri kecilnya."Mas Firaaas!" teriak Prita sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.Ia melihat dengan jelas tatapan lapar suaminya dengan seringai yang tercetak jelas di wajahnya. Untung saja Firas lumpuh, kalau tidak, mungkin ia sudah tidak perawan lagi."Kenapa? Bukannya emang bener, yah. Dada kamu emang besar, sebesar orang dewasa. Padahal kamu masih bocah," sahut Firas dengan nada malas. Kemudian ia membaringkan tubuhnya sambil menepuk-nepuk kasur."Iya, iya aku tahu. Tapi ngga usah dijelasin gitu juga kali. Kenapa tuh tangan nepuk-nepuk kasur?" kata Prita sambil mengalihkan pandangannya karena malu. Kemudian, ia bertanya kenapa Firas menepuk-nepuk kasur.Bagaimana bisa Firas membahas masalah seperti itu dengan gamblang? Kalau sesama wanita mungkin tidak maslah. Sedangkan saat ini mereka sepasang laki-laki dan perempuan. Meskipun mereka sudah menikah, tetap saja membuat pipi Prita terasa panas, tapi tetap ada rasa takut di hatinya."Sini. Kita tidur siang dulu. Katanya ntar sore mau ke mall, beli baju buat kamu," jawab Firas masih menepuk-nepuk kasur.Kalau boleh jujur, Prita masih ragu dan juga takut. Kalau ia tidur di samping Firas. Apa yang akan terjadi nanti?"Kenapa pikiranku jadi kotor gini, sih," bisik Prita dalam hati mencoba mengenyahkan pikiran kotor di benaknya."Kenapa? Takut?" tanya Firas membuat Prita salah tingkah."Ng-nga. Ke-kenapa ak-aku harus takut?" sahut Prita sambil berjalan dan naik ke atas tempat tidur.Prita mengambil guling dan menjadikannya sebagai pembatas. Karena apa yang Firas katakan memang benar. Bahwa ia takut jika dia melakukan sesuatu padanya dan ia akan hamil nanti.Ia tidak mau menjadi bahan pergunjingan dan berhenti sekolah. Walaupun ia hamilnya karena suaminya sendiri. Namun tetap saja ia tidak mau. Sebenarnya bukannya ia tidak mau, tapi belum mau dan belum siap."Ingat! Ini pembatas agar Mas Firas tidak melewati batas," kata Prita merapikan guling dan bergegas membelakanginya."Batas apa yang ada di antara suami dan istri? Berani-beraninya kamu memunggungi suamimu sendiri. Dasar istri tidak punya sopan santun!" sahut Firas sambil menyingkirkan guling dan memeluk Prita dari belakang."Mas Firas mau ngapain? Lepasin ngga!" kata Prita sedikit bergetar karena takut.Rasa-rasanya jantung Prita akan melompat keluar. Ia berontak mencoba melepaskan diri. Namun bukannya mengendorkan pelukannya, Firas justru semakin mengeratkan pelukannya."Aku ngga bisa nafas, Mas. Uhuk ... uhuk ... " Prita berpura-pura kehabisan nafas agar Firas melepaskannya."Maaf, maaf. Aku cuman becanda. Maaf, yah," kata Firas meminta maaf sambil melepaskan pelukannya.Setelah Firas melepaskan pelukannya. Prita bergegas membalikkan badannya dan menggigit tangan suaminya."Aww!" pekik Firas kesakitan."Pritaaa!" Firas berteriak melihat ke arah luka gigitan. Ia bisa melihat darah mengalir di tangannya.Gadis itu tidak menyangka gigitannya yang ia rasa pelan. Ternyata bisa membuat tangan Firas terluka."Maaf," lirih Prita menunduk. Sebenarnya ia hanya bercanda ingin membalas perbuatan Firas, tetapi justru menjadi seperti ini."Ngga papa. Aku yang seharusnya minta maaf karena udah teriak-teriak. Kamu pasti kaget 'kan?" jawab Firas sambil menarik tubuh Prita masuk ke dalam dekapannya.Aroma maskulin di tubuh Firas benar-benar menggoda dan nyaman sekali. Dada bidangnya yang terasa sangat hangat. Membuat mata Prita sayup-sayup mulai mengantuk. Apalagi dengan tangan Firas yang mengusap-usap punggungnya. Hingga tanpa sadar, gadis itu sudah tertidur pulas.Entah sudah berapa lama ia tertidur di pelukan Firas. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Ia enggan membuka mata, enggan berpisah dari perasaan hangat itu.Tok ... tok ... tok!"Tuan, Nyonya, ini sudah sore. Sudah waktunya pergi ke pusat perbelanjaan," terdengar suara seorang wanita dari luar pintu.Prita meregangkan kedua tangannya hingga tak sengaja sikunya mengenai dahi Firas."Aww! pekik Firas kesakitan sambil mengusap dahinya."Maaf, Mas, ngga sengaja," kata Prita.Gadis itu hendak bangun untuk membukakan pintu. Namun lagi-lagi, ia tidak sengaja mengenai luka Firas akibat dari gigitannya tadi."Aww, sakit!" teriak Firas kembali mengaduh kesakitan."Maaf, Mas, maaf. Aku ngga sengaja. Aku mau bukain pintu, tadi ada yang manggil," kata Prita mengambil alih tangan Firas dan meniup-niup lukanya."Aku bisa kena rabies ngga, yah?" tanya Firas membuat Prita menghentikan aktivitasnya."Mas Firaaas!" Prita berteriak tepat di telinga Firas."Kamu ini apa-apaan, sih. Pelan-pelan juga aku denger," protes Firas sambil mengusap-usap telinganya."Emang enak. Dasar om-om nyebelin!" kata Prita sambil menjulurkan lidahnya."Awas kamu, yah!" sungut Firas."Tuan, Nyonya!" panggil seseorang di luar pintu."Iya-iya, Ijah." Firas berteriak menjawab asisten rumah tangga yang bernama Ijah, "Cepet kamu mandi, siap-siap katanya mau ke mall," imbuhnya pada Prita."Oke, siap Bos!" jawab Prita tegas sambil mengatupkan telapak tangannya di dahi. Ia lekas bangkit dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Namun sebelum itu, Firas memanggilnya."Prita! Bisakah kita mandi bersama?" kata Firas tersenyum menyeringai.Entah apa yang ada dalam pikirannya. Kenapa laki-laki itu senang sekali mengusili Prita? Apa terasa sangat menyenangkan membuatnya ketakutan?"Stop bercandanya, Mas! Apa kamu mau mengujiku?" jawab Prita geram sambil menggertakkan gigi dan memelototinya. "Siapa yang bercanda? Orang aku serius malah dibilang bercanda," kata Firas mencoba meraih kursi rodanya. "Jangan macem-macem ya, Mas! Pokoknya aku mau mandi sendiri," peringat Prita. Ia lekas masuk ke dalam kamar mandi dan mengunci pintu.Setelah selang dua puluh menit, Prita selesai melakukan ritual mandinya. Ketika ia hendak mengambil handuk yang tadi ia bawa, handuknya terjatuh hingga basah. Akhirnya dengan sangat terpaksa, ia memutuskan untuk memanggil Firas. Ia akan meminta tolong pada suaminya untuk mengambilkan handuk baru. "Mas Firas!" panggil Prita. "Ada apa?" sahut Firas bertanya sambil menggerakkan menarik kursi rodanya."Om, tolong ambilin handuk baru dong. Ini handuknya tadi jatoh, jadi basah deh," pinta Prita bergegas menutup pintu. "Mulai lagi nih ya manggil aku om," keluh Firas menatap pintu kamar mandi lekat. Sampai-sampai ia melupakan kepura-puraannya
"Jadi dong masa ngga. Om Firas keluar dulu aja, aku malu," balas Prita bersemangat. Ia tidak ingin Firas melihat wajahnya yang memerah. "Ya udah aku tunggu di luar, yah. Kalo kelamaan, mending ngga usah jadi aja," kata Firas lagi sengaja agar Prita cepat-cepat keluar. "Dasar pria tua bangka bawel!" racau Prita pelan, namun masih bisa didengar oleh Firas. "Apa kamu bilang?" Firas menaikkan nada suaranya mendengar kata-kata Prita. "Eh, ngga Om ganteng. Cepet sana keluar duluan. Sebentar lagi aku nyusul," sahut Prita pura-pura berkata manis. Akhirnya Firas keluar dan menunggu di ruang tamu. Ia tidak lupa untuk mengecek rekaman CCTV di kamar saat ini. Ia melihat Prita membuka selimut sambil mengipas-ngipas tubuhnya dengan kedua tangannya. Ia kepanasan karena terlalu lama bersembunyi di dalam selimut. Setelah itu, ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Ia melakukannya hingga berkali-kali. Kemudian bangkit sambil menepuk pipinya dan mengucapkan kata semangat. Firas bergega
"Maaf. Aku cuman ngga suka ada yang bahas tentang masa laluku," lirih Firas mengecup kening Prita dan keluar menuju ruang kerjanya.Prita bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Memangnya ada apa dengan masa lalu Firas? Kenapa ia begitu marah ketika Prita membahas tentang masa lalunya? Apa yang membuatnya begitu terluka? Prita penasaran dengan apa yang terjadi pada masa lalu Firas.Sampai pagi hari, Firas masih berada di ruang kerjanya. Muncul lingkaran hitam di bawah matanya. Itu karena semalam ia tidak memejamkan matanya sama sekali. Ia benar-benar merasa bersalah dengan apa yang telah ia lakukan terhadap Prita. Malam pertama mereka terlewat begitu saja. Meskipun mereka tidur satu kamar juga, belum tentu mereka melakukannya karena Prita masih kelas tiga SMA. Jadi, tidak mungkin bagi keduanya untuk melakukannya. Dan satu hal lagi, pernikahan mereka bukan atas dasar cinta. Jadi, akan sangat tidak mungkin bagi mereka berdua untuk bermesraan."Mas Firas mana? Kok, ngga ikut sarapan?" tanya
"Boleh. Bapak mau tanya apa?" sahut Pak Bambang mempersilahkan."Siapa Pak Irsyad itu?" tanya Firas langsung pada intinya."Oh, Pak Irsyad. Beliau guru bahasa Inggris di sekolah ini, Pak," sahut Pak Bambang."Oh gitu. Apa Bapak tau alasan kenapa Prita selalu terlambat di hari yang sama setiap Minggu?" tanya Firas lagi mencoba mengorek informasi. "Tentu saja tau. Itu karena Neng Prita menyukai Pak Irsyad. Jadi, dia sengaja terlambat untuk mendapatkan perhatiannya," terang Pak Bambang menerawang ingatannya ketika Prita mengatakan bahwa ia menyukai Pak Irsyad."Apa?!" Firas tersentak mendengar jawaban yang Pak Bambang lontarkan."Ada apa, Pak?" tanya Pak Bambang melihat keterkejutan di wajah Firas."Ngga, ngga papa. Makasih sudah mau menjawab pertanyaan saya. Kalo gitu, saya pamit pulang. Oh iya, ini kartu nama saya. Kalo Pak Irsyad meminta pertanggungjawaban karena mengizinkan Prita masuk. Bapak bisa menghubungi nomor yang tertera di kartu nama ini," kata Firas sebelum akhirnya ia pulan
"Iya, suami. Emang kenapa?" tanya Firas menatap ke arah spion lagi karena saat ini ia sedang mengendarai mobil."Gue ngga salah denger 'kan, Ta?" tanya Anggi terbelalak tidak percaya."Ngga. Yang lo denger emang bener kalo Om Firas suami gue," sahut Prita malas."Sejak kapan? Kenapa gue ngga tau?" tanya Anggi lagi sedikit kesal.Ia merasa tidak dihargai oleh Prita. Jika Prita menganggap Anggi sebagai sahabatnya, seharusnya Prita mengundang atau sekedar memberitahunya saja. Sayangnya tidak sama sekali."Ngga usah kesel gitu. Aku sama Om Firas baru nikah kemaren," sahut Prita menjelaskan takut Anggi marah."Apa?! Kemaren? Kok lo ngga ngasih tau gue, sih. Sebenarnya gue ini sahabat Lo bukan, sih, Ta?" kata Anggi kecewa."Nih anak lebay banget, sih. Gue nikah juga dadakan, dipaksa sama ni om-om nyebelin," sahut Prita melirik ke arah Firas."Apa? Yang bener lo? Gue mau juga dong dipaksa nikah sama om-om ganteng model Om Firas," kata Anggi merasa iri.Siapa yang ngga mau dipaksa nikah sama o
Prita dan Surti menoleh ke asal suara. Dapat dilihat bahwa ekspresi wajah Firas sangat menakutkan. Entah kesalahan apa yang sudah Surti perbuat hingga membuat Firas begitu marah. Surti tergopoh-gopoh berjalan menuju Firas. Tidak ada yang tahu apa yang akan Firas lakukan pada Surti. "Saya, Tuan," kata Surti menunduk. "Kamu tahu kesalahan kamu apa?" Firas bertanya pada Surti tentang kesalahannya. "Tidak, Tuan. Saya tidak tahu kesalahan saya apa," jawab Surti menggelengkan kepalanya. "Kamu lihat, siapa wanita yang baru saja kamu tatap matanya?" tanya Firas bertele-tele. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Firas sampai marah begitu. Dan kenapa tidak langsung pada intinya saja. Malah memutar kata-katanya membuat Surti bingung. "Tahu, Tuan. Beliau Nyonya Muda, istri Tuan yang tadi Tuan jelaskan," jawab Surti ketakutan. "Kalau sudah tahu, di mana sopan santunmu, huh?! Berani-beraninya kamu menatap mata istriku," Firas membentak Surti hanya karena kesalahan sepele. Hanya karena menata
Firas kembali fokus menatap layar ponselnya mendengar pertanyaan Anggi. Ia penasaran jawaban apa yang akan ia dengar dari mulut Prita. "Perasaan lo sama Om Firas gimana, Ta?" tanya Anggi. "Gue ngga ada perasaan apa-apa, Nggi, tapi ngga tau nanti," sahut Prita tidak berpikir apa yang akan terjadi pada perasaannya nanti. "Emang lo ngga ada gelenyar-gelenyar aneh gitu pas deket-deket sama Om Firas. Secara dia 'kan ganteng. Dulu aja pas pertama lo liat Pak Irsyad lo bilang gitu," tanya Anggi penasaran."Ngga ada, Anggi. Om Firas sama Pak Irsyad itu beda," sahut Prita membeda-bedakan. "Apa bedanya? 'Kan dia sama-sama ganteng?" tanya Anggi lagi. Ia paling menyukai laki-laki dengan paras tampan. Firas terkejut mendengar jawaban Prita. Mata dan telinganya terbuka lebar penasaran dengan jawaban apa yang akan keluar dari mulut Prita. "Cih! Apanya yang beda? Paling ngga ada apa-apanya dibandingkan denganku," cibir Firas menatap layar ponselnya. "Bedanya itu di saat pertama kali gue ketemu
"Van, Van, Van tunggu!" teriak Rena berusaha menghentikan langkah Vanya yang sangat cepat. "Lo apaan, sih, treak-treak udah kayak di hutan aja deh," keluh Vanya kesal. "Iya, sorry," balas Rena lesu."Kenapa?" tanya Vanya sambil mengerutkan keningnya."Menurut lo, cewek yang di sana itu Prita, bujan?" tanya Rena menunjuk ke sebuah toko baju. "Mana? Lagian ngga penting banget, sih, ngurusin dia," sahut Vanya malas. Sepertinya gadis itu tidak melihat Prita sedang memeluk dan mengecup pipi seorang pria. Jika melihat, pasti akan memiliki ide gila untuk memotret dan menyebarkannya."Et dah ya. Sini dulu apa," kata Rena sambil menarik tangan Vanya. "Iya, iya. Mana?" sahut Vanya malas. "Itu si Prita lagi sama om-om," kata Rena menggerakkan kepala Vanya agar menatap ke arah Prita. "Waow!" Vanya tersenyum dengan manik mata berbinar."Sumpah gue ngga nyangka banget ternyata Prita peliharaan om-om," kata Rena sambil menggelengkan kepalanya melihat Prita mencium Firas. "Gue juga ngga nyangk