Home / Romansa / Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan / BAB 2 Perhatian Si Ustadz Tampan

Share

BAB 2 Perhatian Si Ustadz Tampan

Author: Farzana Nazia
last update Last Updated: 2023-08-22 20:08:00

Kokok ayam jantan berbunyi dengan gagah berani. Bulan telah tenggelam dan matahari akan segera terbit. Ribuan bintang pun mulai menyembunyikan diri di balik atmosfer Bumi. Dalam naungan langit subuh, Farzana terbangun dari lelapnya mimpi dengan raut wajah bercampur aduk.

“Ya Allah … kenapa hamba-Mu ini mimpiin Boim lagi? Apa ini gejala penyakit baru? A-atau sebuah pertanda?” Farzana menepuk kedua pipinya yang terasa hangat. Bayangan gagah Boim dalam setelan jas hitam masih terbayang.

Sudah beberapa minggu Farzana terjebak dalam keadaan ini, sampai-sampai dirinya hampir tidak bisa mengelak lagi gejolak rasa asing yang telah bersemayam di dalam dada.

TRING! Dering notifikasi khusus jika Boim mengirimkan pesan berhasil membuyarkan lamunan Farzana. Gadis itu segera meraih benda pipih yang tergeletak di atas nakas di samping kasurnya.

“Assalamu’alaikum wahai Ukthi, sudah bangun?” Isi pesan dari Boim

Sahabatnya itu setahu Farzana adalah satu dari sekian manusia yang jarang sekali memegang ponsel, apalagi berbagi pesan kecuali dalam beberapa keadaan tertentu. Jadi, Farzana sekarang tengah kebingungan karena akhir-akhir ini Boim cukup sering mengiriminya pesan walau hanya sekedar basa-basi atau hanya untuk mengejeknya.

“Wa’alaikumus salam,” balas Farzana singkat, meski sekarang entah kenapa hatinya bergemuruh hebat.

“Udah salat subuh?”

Boim langsung membaca dan membalas pesan dari Farzana pada detik yang sama, seolah-olah memang tengah menunggu dengan antusias. Membayangkan tentang hal tersebut, pipi Farzana langsung bersemu merah.

“Ini lagi mau wudu. Kenapa? Mau jadi imam?” Farzana melontarkan candaan seperti biasa, tapi dia tidak pernah menduga pada balasan ajaib Boim.

“Tentu. Kamu mau saya lamar kapan?”

“Audzubillahiminasyaitonirojim!” pekik Farzana reflek sambil melempar ponselnya, untung saja benda pipih itu yang tergeletak malang di lantai itu tidak retak. “Apa sih, Boim? Biasanya dia risih kalau aku candain kaya gitu!”

Farzana segera beranjak untuk mengambil air wudu dan mengabaikan pesan dari Boim barusan. Sepanjang hari itu, Farzana berusaha keras menyibukkan diri agar melupakan ajakan nikah dari sahabatnya sendiri. Gadis itu juga yakin kalau Boim hanya bercanda dan tidak serius. Boim pasti ingin main-main saja, dan hal itu membuat Farzana semakin merasa frustrasi.

“Loh, Nak. Kamu kok, masih di sini?”

Pertanyaan dari sang ibu membuat Farzana yang baru saja selesai makan malam itu jadi kebingungan.

“Emangnya kenapa kalau aku masih di sini, Umi?” tanya Farzana balik.

Ibunya tampak mengernyitkan kening. “Bukannya kamu akhir-akhir ini sibuk jadi panitia buat acara dakwah di Masjid Al-Ghifari?”

“Allahu Akbar, Umi!” pekik Farzana diserang panik. “Makasih, ya! Hampir aja Farzana kelupaan, astagfirullah!”

Dengan gerakan gesit, wanita bertubuh mungil tetapi berpenampilan tomboi itu segera bersiap-siap untuk berangkat ke Masjid Al-Ghifari. Sepanjang jalan, Farzana tidak henti-hentinya menyalahkan Boim atas semua kelalaian yang menimpa dirinya.

Sesampai di depan Masjid Al-Ghifari, sosok Boim adalah orang pertama yang menyambutnya. Tampak laki-laki itu langsung menghampiri Farzana padahal sebelumnya Boim tengah mengobrol dengan Fatimah dan Nadia di sudut lain.

“Assalamu’alaikum, Farzana. Kenapa telat? Kamu juga gak balas chat. Sakit, ya? Atau gak enak badan? Jangan dipaksain, kamu bisa istirahat dulu.”

Segala emosi berupa murka dan kekesalan kepada Boim sebelumnya langsung sirna hanya dalam hitungan satu detik saja, seperti sepucuk api yang diguyur air hujan. Amarah Farzana langsung padam dan berganti dengan rasa asing yang menggelitik perutnya.

“Wa’alaikumus salam. Enggak, kok. Aku sehat-sehat aja. Tadi cuman kelupaan soalnya lagi ngerjain hal lain.”

“Beneran? Jangan lupa saya ini ketua panitianya. Jadi kalau ada kendala, kamu bisa kasih tahu saya. Saya juga bertanggung jawab penuh kalau ada apa-apa sama kamu.”

Baru satu detik hati Farzana mendayu di lautan ambigu, kini wanita tersebut sudah menemukan dermaga baru yang ternyata tidak seindah itu.

Jelas saja semua perhatian Boim kepadanya memiliki landasan. Boim sebagai ketua panitia tentu harus mengurus banyak hal termasuk kondisi para panitia yang lainnya. Jadi bisa Farzana simpulkan kalau apa yang Boim lakukan sekarang, pasti laki-laki itu juga lakukan kepada semua orang. Maka daripada itu Farzana tidak bisa merasa bahwa dirinya istimewa, karena pasti di mata Boim semua panitia berkedudukan sama.

Setelah salat Isya berjamaah, Farzana mulai sibuk menghitung dana yang akan keluar dan masuk untuk kegiatan besok. Lalu ia mendengar suara Boim menghampirinya.

“Kamu masih sibuk? Perlu bantuan?”

Farzana menggeleng pelan lalu mendongak untuk menatap Boim. Mata teduh laki-laki itu kini selalu berhasil membuat gumpalan daging di dalam dadanya bergejolak seolah akan segera meledak.

“Sebentar lagi selesai, kok. Kenapa?”

Boim berdehem, tampak gugup untuk menyampaikan. “Saya tahu kamu posisinya sebagai bendahara dan memang bukan jobdesk kamu di bagian ini. Kalau kamu bisa dan tidak keberatan, tolong temani saya menyambut tamu kehormatan untuk acara besok. Cuman menemani makan, ngobrol, dan mengantar ke penginapan untuk malam ini.”

Bagaikan gayung yang disambut dengan tangan emas, Farzana girang luar biasa. Dia baru saja membuka mulut untuk menjawab, tetapi dua orang wanita yang ternyata sedari tadi menguping pembicaraan mereka langsung menyela.

“Biar Fatimah saja, ustaz Boim!” seru Nadia sambil menarik seorang wanita bercadar ke tengah mereka.

“Astagfirullah … bikin kaget saja, Nadia.” Boim menegur sopan.

Mengibaskan tangan, Nadia kembali menarik Fatimah untuk berdiri tepat di samping Farzana. Hingga tampaklah perbedaan yang jelas antara kedua wanita itu. Bagaikan langit dan bumi. Satunya tampak alim dengan pakaian serba tertutup dilengkapi cadar, satunya tampak biasa saja dengan pakaian muslim seadanya.

“Ustaz lihat? Fatimah lebih cocok dibawa nemenin ustaz buat nyambut tamu! Dari segi penampilan aja siapa pun termasuk tamu bisa nilai lebih enak dilihat yang mana. Lagi pula, Farzana juga kayanya sibuk dengan jobdesk dia. Iya kan, Farzana?”

Diserang oleh temannya sendiri seperti itu, Farzana tampak kebingungan dan hanya bisa mengangguk canggung. Rasa percaya dirinya langsung luruh jika dibandingkan dengan sosok alim seperti Fatimah.

“N-Nadia bener. Bawa Fatimah aja.”

Boim tampak keberatan. “ Fatimah kan, bukan bagian dari panitia.”

Mendengar itu, Fatimah yang dari tadi terlihat malu-malu langsung angkat suara. “Enggak papa kok! Saya gak keberatan nemenin ustaz buat menyambut tamu. Jadwal saya kebetulan kosong soalnya kemarin udah habis setoran Surah Al-Kahfi sama guru saya.”

Melihat situasi tidak terelakkan itu, Bomi hanya bisa tersenyum simpul “Ya sudah kalau gitu. Mari, Fatimah.”

Keduanya langsung pergi setelah mengucapkan salam. Farzana hanya bisa meremas pena yang ada dalam genggamannya. Tersulut rasa panas di dalam dada mana kala melihat keserasian antara Boim dan Fatimah.

Rasa kalut di hati Farzana makin bertambah ketika Nadia pamit setelah memberikannya tatapan yang tidak mengenakkan. Farzana tetap memantapkan hati untuk tidak mencap Nadia dengan penilaian yang buruk.

“Mungkin aku cuman salah paham atau … memang ada sesuatu?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 49 Rona Merah Di Pipi

    "Kamu kenapa Fat?" Fatimah langsung mendongakkan kepala saat ada seseorang bertanya kepadanya. "Ustaz Boim," panggil Fatimah seraya bangkit dari duduknya."Kamu habis menangis?" Boim bertanya tentang hal itu karena mata Fatimah terlihat bengkak seperti habis menangis."Eh, enggak. Mata saya tadi kelilipan saja kok ustaz," aku Fatimah bohong sambil menyeka tetesan air mata yang keluar."Jangan bohong. Saya tahu kamu habis menangis. Coba cerita, mungkin dengan kamu cerita kepada saya bisa mengurangi beban kamu," pinta Boim sembari tangannya merogoh saku gamis putihnya hendak mencari sesuatu.Fatimah tak langsung menjawab dan memilih diam dengan kepala tertunduk melihat ke arah lantai yang dihiasi ubin warna-warni. 'Bagaimana mau cerita kalau sumber kesedihan aku adalah kamu,' Fatimah membatin.Menurut gadis itu sungguh lucu ketika Boim meminta dirinya untuk menceritakan masalah yang tengah dihadapinya. Pria itu gak tahu saja, bahwa dirinyalah sumber kesedihan Fatimah. Maka dari

  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 48 Kekagetan Umi Kalsum

    Setelah menyelesaikan sarapan pagi, baik Farzana dan Umi Kalsum hendak berangkat ke Kajian Boim yang ada di Masjid Padang Mahsyar Kota Batu. Namun sebelum itu Farzana harus menunggu sang ibu selesai berdandan. Jadinya sekarang gadis itu tengah terduduk diam sambil menonton televisi. Beberapa kali ia sempat menghela nafas karena kesal sang ibu sedari tadi tak kunjung keluar. Sudah lebih dari 1 jam ia menunggu. Hampir saja kehilangan kesabaran dan hendak menghampiri kamar sang ibu, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Senyum merekah pun menghiasi wajah cantik Farzana. Akhirnya, setelah sekian purnama orang yang ditunggu muncul juga. Menurut Farzana sang ibu terlibat begitu cantik mengenakan gamis warna hitam dan kerudung syar'i warna senada. Sungguh tidak seperti wanita paruh baya dan justru tampak awet muda.Ketika sang ibu datang menghampiri, Farzana bersiul riang menggodanya. Wajah cemberut pun langsung tampak di wajah Umi Kalsum. Sambil memasukkan barang bawaannya ke dalam tas

  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 47 Bantu Aku Berubah Ya Rabb!

    "Fat, acaranya dimulai jam berapa?" tanya Boim yang kini sedang duduk di ruang panitia menunggu gilirannya mengisi ceramah."Masih 2 jam lagi ustaz," jawab Fatimah sambil melihat jam tangan. "Kalau begitu aku tak keluar sebentar ya," karena sesi dirinya masih lama, Boim berniat pergi keluar."Mau ke mana Ustaz?" tanya Fatimah yang tak rela ditinggalkan Boim sendirian."Jalan-jalan aja sebentar," jawab Boim seraya bangkit dari duduknya."Mau saya temani Ustaz?" tanya Fatimah sembari ikut berdiri juga."Tidak perlu. Kamu disini saja. Nanti kalau panitia cari saya gimana. Tenang saja, saya nggak akan lama. Nanti kalau ada apa-apa kamu bisa telepon saya kan?" kata Boim memberi pengertian. Sebenarnya ia sengaja pergi keluar karena ingin menelepon Farzana. Ia ingin memastikan apakah sang pujaan hati sudah berangkat apa belum? Kalau ia menelepon di depan Fatimah pasti suasana berubah canggung. Apalagi Fatimah punya perasaan kepadanya. Ia takut menyakiti hati gadis itu. "Ta-ta-pi,

  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 46 Nasihat yang Selalu Teringat

    Gamis warna hijau muda yang dengan kerudung warna senada terlihat begitu cantik dikenakan oleh Farzana. Pancaran sinar bak seorang putri raja memang pantas disandangkan kepada dirinya. Dengan polesan make up tipis saja ia tampak mempesona. Setiap mata yang memandang pasti tak akan mau memalingkan tatapan matanya barang sedetik. Benar apa kata orang, gadis tomboy kalau sudah dandan memang membuat siapapun pangling. Farzana saja hampir tak mengenal bayangan dirinya ketika bercermin di depan kaca riasnya. Ia merasa sosok yang dilihatnya di depan cermin bukanlah dirinya. Ia seperti melihat bayangan orang lain. Ia sungguh tak percaya bahwa itu memang dirinya. Beberapa kali gadis itu mencubit pipinya untuk mengetahui apakah ini mimpi atau tidak. Dan ternyata semua ini nyata. Ia memang tidak sedang bermimpi.Untuk keluar kamar ia sedikit ragu. Takut jikalau sang ibu sampai pingsan ketika melihat penampilannya. Tahu sendiri kan, Umi Kalsum itu mudah kagetan. Kalau sudah terkejut pasti lang

  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 45 Datang atau Tidak?

    BoimJangan lupa hari ini datang ke kajian ya sayang.Melihat pesan yang dikirimkan Boim lewat aplikasi WhatsApp membuat Farzana senyum-senyum sendiri. Isinya sih biasa saja. Akan tetapi panggilan kata 'sayang' itu serasa mampu memompa jantungnya agar berdetak lebih kencang. Beruntung Boim tidak ada di hadapannya sekarang ini. Kalau iya, bisa dipastikan Farzana malu semalu-malunya. Mau ditaruh dimana muka ini kalau Boim sampai tahu. Ah, tak dapat dibayangkan. Dan Farzana juga tak mau membayangkan hal itu. Sontak gadis itu menepuk-nepuk pipi untuk mengembalikan kewarasan diri sendiri. Tekadnya sudah bulat dan tak boleh dibantah. Ia harus menghilangkan perasaan cintanya. Apapun akan ia lakukan. Salah satunya dengan mengabaikan pesan Boim. Dan sudah diputuskan, ia juga tak akan menghadiri kajian pria itu.Selesai membaca pesan Boim, Farzana langsung menghapusnya. Kemudian ia melempar ponsel miliknya ke sembarang arah di atas tempat tidur. Selanjutnya ia merebahkan diri dengan tidur terl

  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 44 Minuman Pembawa Petaka

    Dua insan tengah terdiam sambil memakan makanannya masing-masing. Suasana hening menyelimuti ruang makan dan hanya terdengar denting sendok dan garpu saling beradu. Kedua orang itu mengunci rapat mulutnya dan enggan membuka sepatah kata apapun. Sebenarnya sang pria sesekali mencuri-curi pandang kepada sang wanita yang sedang terduduk di depannya. Dan sudah beberapa kali juga ia berdehem cukup keras guna mencairkan suasana yang penuh kecanggungan. Tetapi apa mau dikata, sang wanita bersikap acuh tak acuh dan sengaja menulikan pendengarannya. Ia tahu sang pria ingin mengajaknya berbicara. Sayang, untuk saat ini ia sedang tak ingin meladeni sang pria. Dia hanya ingin menghabiskan sarapannya dan bergegas pergi dari ruang makan.Setelah piring sang wanita bersih dari sisa-sisa makanan, Ia langsung berdiri kemudian melangkah menuju dapur sambil membawa piring di tangannya. Sang pria juga tak mau ketinggalan. Ia melahap habis makanan di piringnya dengan cepat agar bisa menyusul sang wanit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status