Malam ini akan menjadi malam yang paling berarti bagi kehidupanku nanti. ketika Mas Bayu dan perempuan itu akan berbicara romantis, aku akan mendatangi mereka berdua. Setelah itu, aku akan ikut makan bersama mereka. Lalu, mereka akan heran karena aku tiba-tiba datang.
Mulai dari sekarang, aku sudah penasaran bagaimana ekspresi Mas Bayu ketika aku menghampirinya. Bagaimana kalau dia terkejut sampai serangan jantung? Tidak, jangan sampai hal itu terjadi! Nanti siapa yang akan mengurusku jika dia sakit seperti itu?
Sadar, Citra! Dia masih berstatus suamimu! Kalau dia kenapa-kenapa, aku juga yang akan repot.
Setelah melihat kedua pasangan yang sangat serasi itu pulang, aku juga pulang dalam keadaan senang. Setidaknya rencanaku berjalan dengan lancar.
Sekarang sudah hampir jam delapan malam. Sambil menunggu posisi Mas Bayu bergerak, aku menikmati teh hangat yang disediakan kedai minuman di pinggir jalan. Jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah, sehingga aku tid
Malam ini sungguh tidak sesuai dengan ekspektasiku. Semuanya kacau, termasuk kegiatan di rumah. Siapa yang menyangka kalau Mas Bayu akan pulang ke rumah? Jelas-jelas aku mendengarnya sendiri, mereka akan ke sebuah kafe. Apa jangan-jangan mereka sudah pergi ke kafe? Namun, kapan itu terjadi? Aku memantaunya terus dari apartemennya.Ketika dia sampai rumah, bukankah aku sudah pernah mengatakan kalau akan bersikap cuek padanya? Mengapa aku jadi begitu manja? Apa itu tidak berlebihan? Maksudnya, aku bahkan tidak menginginkan hal itu terjadi, semuanya seolah terjadi karena naluriku saja.Mas Bayu sedang makan di hadapanku. Tadi, dia meminta ayam rica-rica untuk hidangan makan malam, katanya hari ini lelah dan membutuhkan nutrisi makanan yang banyak dan enak. Akhirnya, aku harus memasaknya dengan terpaksa. Padahal, apa yang membuatnya lelah? Dia hanya keluar membeli tas untuk perempuan selingkuhannya.“Kamu ngeliatin aku terus, Dek.” Mas Bayu tengah menata
Semua yang terjadi semalam adalah tipuan. Di saat aku sedang nyaman dengan perlakuannya, dengan pelukannya, Mas Bayu justru pergi saat tengah malam.Lagi-lagi alasan kantor yang diberikan padaku.Sekuat apa pun bantahanku, tetap saja dia lebih keras kepala untuk pergi.“Lu udah mendingan, Cit?” tanya Aris.Sekarang aku sedang di sebuah ruangan besar di daerah Kuningan. Ruangan yang akan dijadikan tempat resepsi pernikahan. Kami sedang melakukan pengecekan sebelum melakukan dekorasi ruangan.“Sudah lebih membaik, Ris. Kepala gue cuma pusing sedikit, kok,” jawabku.Tadi sewaktu kami sedang bekerja, kepalaku berdenyut hebat diiringi rasa mual di perut. Aku pikir hanya sakit biasa, seperti masuk angin. Namun, lama-kelamaan aku jadi berpikir ini reaksi hamil?Entahlah, aku tidak tahu.“Jangan terlalu maksa untuk bergerak makanya! Ibu hamil itu seharusnya nyantai aja kerjaannya,” kata Aris.
Aku sudah berjanji pada diri sendiri kalau Mas Bayu tidak pulang malam ini, aku akan pergi sejauh mungkin sampai dia tidak bisa menemukanku. Apa pun akan aku lakukan agar Mas Bayu tidak berhubungan dengan Luna.Dasar perempuan berengsek! Bisa-bisanya dia mengatakan kalau dia disakiti prianya, padahal dia sedang menyakiti diriku perlahan-lahan.Derung mesin mobil meyadarkanku yang sedang melamun. Aku berlari ke pintu dan menghampiri Mas Bayu. Setelah pintu terbuka, aku memeluk tubuhnya dengan erat. Mas Bayu sampai kaget.“Kamu kenapa, sih?”“Nggak ada apa-apa, kok. Aku Cuma pengin peluk kamu doang,” jawabku.Mas Bayu ingin melepaskan pelukan kami.“Jangan bergerak, Mas! Aku ingin peluk kamu dulu sekarang,” jawabku.Satu helaan napas membuatku sadar, dia tidak ingin dipeluk saat ini.“Kenapa, sih?” tanyaku sewot.“Aku masih keringetan, Sayang. Nanti kamu ikut bau,&rdquo
Satu kata untuk diriku sendiri, munafik!Semalaman aku bermesraan dengan Mas Bayu, menghilangkan rasa rindu yang selama ini kututupi dan kupendam, kemudian bercinta juga. Namun, di dalam lubuk hati, ada tempat yang semakin lama terkikis oleh belati yang tajam. Ada tempat yang menolak aku untuk berdekatan dengannya.Aku bisa apa? Hatiku tidak bisa berdusta kalau masih mencintai Mas Bayu, sangat mencintai. Namun, egoku sungguh tinggi sampai-sampai tidak mau melihat wajahnya.“Halo, Luna!” sapaku lewat ponsel.“Halo, Citra. Ada apa telepon?”“Bisa bertemu di taman kota? Ada hal yang ingin aku tanyakan denganmu, Lun,” sahutku.“Tentu saja bisa, Cit. Jam berapa?”“Jam empat sore. Aku memakai cardigan warna putih.”“Waduh, mepet banget, nih. Boleh, sih, aku siap-siap dulu, ya?”Setelah aku mengiakan, aku langsung menutup panggilan.Masih terngiang d
“Aku tidak mau memperebutkan Mas Bayu, karena dia memang sudah menjadi milikku, Luna!”“Itu sekarang!” pekik Luna keras. “Sekarang kamu masih menjadi istrinya, tetapi aku pastikan kamu akan menjadi seorang janda sebentar lagi.”Aku menatapnya dengan tatap mata merendahkan. “Memangnya kamu bisa apa?”“Aku bisa membuat Bayu jatuh cinta padaku,” katanya.“Tetapi kamu hanya orang lain di hidupnya, sedangkan saya seorang yang sudah sah menjadi istrinya,” sahutku.“Lantas? Apa itu membuatmu menjadi punya kekuasaan atas Bayu?”“Iya, itu membuatku menjadi punya kekuasaan atas Mas Bayu. Aku bisa melarangnya untuk menjauh dari perempuan seperti kamu!” Tanganku terlipas di dada.“Oh, begitu? Apa selama ini kamu bisa melarang dia untuk tetap berada di sisimu?” tantangnya. “Selama ini apa kamu bisa membuatnya tetap di rumah dan tidak pergi dari rumah? Apa kamu berhasil membuatnya tidak tidur di apartemen bersamaku?”“Tutup mulutmu, Luna!”“Se
Malam ini, aku benar-benar gelisah menunggu kepulangan suami. Semua omongan Luna terngiang-ngiang di benakku. Bagaimana kalau semua yang Luna katakan benar? Aku tidak akan sanggup hidup sendirian di rumah ini dalam stasus istri dari Mas Bayu.Akhirnya, aku mengambil ponsel untuk menghubungi Mas Bayu. Sudah jam delapan malam sekarang, seharusnya Mas Bayu sedang jalan pulang. Aku tidak akan pernah mengizinkan Mas Bayu pergi ke apartemen lagi.“Halo?” sapaku setelah panggilan diangkat.“Halo, kenapa, Dek?”Syukurlah, suara Mas bayu. Kalau saja yang mengangkat Luna, itu artinya dia sudah ada di dekat Luna dan semua rencananya akan berjalan. Aku harus bersyukur karena lebih dulu menghubungi Mas Bayu.“Kamu di mana, Mas?” tanyaku. “Sudah pulang dari kantor?”“Aku lagi di depan restoran, sebentar lagi mau pulang ke apartemen,” jawabnya.Aduh, bagaimana ini? Apa Mas Bayu benar-benar menginginkan Luna? Mengapa dia tidak pulang ke rumah saja?“S
“Maaaas!” panggilku.Mas Bayu masih di ruang tamu. Dia tidak menyahuti panggilanku rupanya.“Mas Bayuuuuu!” panggilku sekali lagi.“Kenapa, sih, Dek?” sahutnya seolah tidak senang diganggu. Dia berjalan ke arahku. "Ada apa? Mau main malam ini?""Enak aja. Buruan ke sini!” titahku.Tanganku sedang memegang buah naga yang Mas Bayu beli tadi.Mas Bayu muncul dengan wajah lesunya. “Ada apa?”“Ini!” Aku memberikan buah naga untuk Mas Bayu.Dia duduk di sampingku dan mengambil buahnya. “Ada apa sama buahnya?""Nggak ada apa-apa, Mas. Buahnya masih bagus, masih merah seperti biasanya," jawabku sambil tersenyum. "Terima kasih.""Terus, kenapa kamu kasih buahnya ke aku, Sayang?" kata Mas Bayu.Aku tertawa pelan menyahutinua. “Ya, kamu potongin buahnya, Mas!"Matanya membelalak menatapku. Semenit kemudian, dia mengedipkannya berkali-
Semuanya sudah kuputuskan. Tidak akan ada lagi Citra yang terus-menerus diam di balik permainan suami. Citra harus bisa mengungkap kebenaran dari semua yang terjadi selama ini.Dimulai dari hari ini, aku akan menyelidiki permainan Mas Bayu dengan Luna. Aku tidak bisa asal percaya dengan Luna.Lagi pula, perkataan Luna dan tindakan Mas Bayu bertolak belakang. Dia bilang Mas Bayu lebih memilihnya, tetapi semalam Mas Bayu mau pulang lantaran aku bilang sedang terancam. Dia bilang Mas Bayu akan menginginkan perceraian kami, tetapi semalam dia marah lantaran aku menanyakan status pernikahan kami.Apa itu yang disebut kalau Mas Bayu tidak mencintaiku?Lalu, siapa yang harus aku percaya?"Halo, Bumil! Gimana kabarnya, nih?"Seperti biasa, Kiki selalu memastikan keadaanku. Padahal, dia sendiri seharusnya bisa memastikan keadaan dirinya yang belum memiliki pacar. Dasar Kiki, malas banget kalau disuruh mencari pendamping hidup."Masih bis