Share

220. Pengintaian

Penulis: Lil Seven
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-15 09:19:14

Semua segera bergerak. Dalam tempo singkat, Rigen sudah duduk di kursi belakang mobil lapis baja, tatapannya lurus ke depan. Ia membawa senjata yang jarang ia gunakan sendiri—sebuah pistol hitam dengan ukiran kecil di gagangnya. Senjata itu hanya keluar saat situasi benar-benar gawat.

Di tengah perjalanan, komunikasi dari tim pemantau masuk.

“Tuan, kami melihat Nyonya Ariella berada di sebuah kafe dekat pelabuhan tua. Ia bersama seorang pria tak dikenal. Mereka tampak berbicara serius.”

Rigen memicingkan mata. “Deskripsi pria itu.”

“Berbadan tinggi, mengenakan jas abu-abu, rambut hitam rapi, sekitar awal tiga puluhan. Kami tidak menemukan data identitasnya di basis kami.”

Ada jeda beberapa detik sebelum Rigen menjawab. “Tetap pantau. Jangan sampai mereka keluar dari pandangan.”

Mobil melaju kencang, namun pikiran Rigen semakin bercabang. Pelabuhan tua adalah wilayah rawan—tempat banyak transaksi ilegal berlangsung. Fakta bahwa Ariella berada di sana dengan pria asing memb
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   384. Kamu Salah Paham!

    Keesokan harinya, suasana kantor terasa canggung.Cia datang lebih pagi dari biasanya, tapi langkahnya terasa berat. Ia berusaha seolah semuanya normal — mengetik laporan, menyusun agenda rapat, menyiapkan kopi Giovanni seperti biasa.Tapi tangannya sedikit gemetar saat menuang.Begitu pintu ruang kerja terbuka, Giovanni masuk dengan setelan abu tua yang membuat wajahnya tampak makin tajam.“Pagi,” katanya datar.Cia hanya mengangguk. “Pagi.”Tidak ada senyum. Tidak ada kontak mata.Dan itu lebih menyakitkan daripada pertengkaran semalam.---Sekitar pukul sepuluh, Raisa kembali datang.Tapi kali ini, bukan untuk rapat.Ia muncul dengan gaun berwarna pastel, terlalu mencolok untuk suasana kantor.Membawa kotak kecil, dan menyapa manis, “Surprise, Gio. Aku bawain sarapan.”Giovanni menatap sekilas. “Aku sudah makan.”“Ah, masa sih? Kamu kelihatan belum,” godanya sambil meletakkan kotak itu di meja.Cia yang duduk tak jauh di situ menunduk, pura-pura sibuk dengan berkas. Tapi dari pantu

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   383. Memanas!

    Suasana kantor terasa lebih dingin dari biasanya.Giovanni yang biasanya dingin tapi masih suka menyindir, kini benar-benar… dingin.Sejak pagi, dia hanya bicara seperlunya. Tidak ada komentar nyinyir. Tidak ada tatapan nakal. Tidak ada “kamu milikku” yang biasanya bikin Cia pura-pura sebal tapi deg-degan setengah mati.Semuanya terasa kaku.Dan yang lebih parah — Raisa datang lagi.Dengan alasan “ingin membahas kelanjutan kerja sama proyek”.Cia tahu itu cuma alasan, karena dari tadi Raisa tidak membuka laptop sama sekali.Dia hanya duduk di seberang Giovanni, tertawa pelan setiap kali pria itu bicara.Yang paling mengganggu, Giovanni tidak menegur.Cia mengetik cepat, berusaha fokus di mejanya. Tapi matanya—entah kenapa—terus tertarik ke arah mereka.Apalagi saat Raisa memegang lengan Giovanni sambil menunjukkan sesuatu di ponselnya.Alicia refleks mengetuk pulpen terlalu keras sampai tinta muncrat ke kertas.“Ups,” gumamnya dengan nada getir.Giovanni menoleh sekilas, tapi tidak be

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   382. Kamu Cemburu?

    Pagi di kantor terasa aneh.Biasanya hanya ada dua suara dominan di ruang CEO Axel Corporation — Giovanni yang dingin dan Alicia yang cerewet. Tapi hari itu, ada tambahan satu lagi: tawa lembut Raisa.“Gio, kamu masih suka kopi hitam tanpa gula?”Nada Raisa terdengar manja tapi sopan, tangannya dengan luwes menaruh secangkir kopi di meja Giovanni.Alicia menatap dari meja kerjanya di seberang ruangan.Biasanya cuma dia yang tahu selera kopi Giovanni — pahit, tanpa gula, tanpa krim. Sekarang, perempuan lain yang tahu?Bahkan membuatkannya?Giovanni menatap Raisa sekilas. “Masih. Terima kasih.”Nada datarnya nggak bisa ditebak. Tapi buat Alicia… itu sudah cukup untuk bikin dadanya sesak.“Kalau ada yang bisa aku bantu, bilang aja ya,” ujar Raisa sambil tersenyum, lalu berbalik menuju ruang meeting.Aroma parfumnya tertinggal di udara — lembut, mahal, dan entah kenapa, mengganggu.Alicia berpura-pura mengetik di laptop.Tapi matanya beberapa kali melirik Giovanni yang tampak santai menye

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   381. Wanita Ketiga?

    Restoran itu terlihat mewah dengan cahaya lembut dan denting piano di sudut ruangan. Dari luar mungkin tampak seperti makan malam bisnis biasa, tapi buat Alicia, suasananya justru bikin sesak.Giovanni duduk di sebelahnya — terlalu dekat. Dari cara dia diam saja, Alicia tahu: suasana hati pria itu tidak baik.Di seberang meja, duduk seorang wanita cantik dengan gaun hitam elegan.Raisa Tan.Klien baru mereka sekaligus calon partner besar Axel Corporation.Dan entah kenapa, dari awal pertemuan tadi, Raisa terlalu sering tersenyum pada Giovanni.Terlalu ramah.Terlalu… menggoda.“Jadi, kamu masih seperti dulu ya, Gio,” ucap Raisa lembut sambil menatap Giovanni. “Tenang, tapi tetap kelihatan bahaya.”Alicia membeku.Gio?Dia memanggil Giovanni seperti itu?Giovanni tersenyum tipis. “Masih ingat aja kamu.”“Gimana bisa lupa?” Raisa tertawa kecil, suaranya lembut tapi menusuk. “Kita dulu sering kerja bareng waktu di Singapura. Aku masih inget gimana kamu suka marah kalau aku telat.”Alicia

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   380. Tidak Bisa Dijelaskan

    Langit Milan masih kelabu ketika Alicia berjalan cepat keluar dari gedung kantor Giovanni Group. Udara dingin sore itu menggigit kulitnya, tapi bukan itu yang membuat tubuhnya gemetar. Ucapan Giovanni terus terngiang di kepala. > “Sebelum aku kehilangan kendali.” Nada suaranya, tatapan matanya, bahkan caranya menahan diri… Semuanya terasa seperti ledakan yang tertahan. Alicia tidak tahu kenapa — tapi bukannya lega karena sudah keluar dari ruangan itu, jantungnya justru berdetak lebih cepat. --- “Alicia, kamu nggak apa-apa?” Suara lembut menyapanya dari samping. Leonardo, dengan jas kremnya dan senyum ramah yang khas, sudah berdiri di dekat mobilnya. Sepertinya dia baru keluar dari rapat dengan investor lain. Alicia tersentak sedikit. “Leo? Oh… iya, aku baik-baik aja.” “Kamu yakin? Kamu kelihatan pucat.” Pria itu mencondongkan badan sedikit, nadanya khawatir. “Kau ingin kuantar pulang?” Alicia ragu. Sebenarnya ia ingin menolak. Tapi begitu bayangan Giovanni kembali mu

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   378. Terlalu Dalam

    Hari itu, Axel Corp baru saja menyelesaikan presentasi besar dengan klien asing. Semua staf tampak lega, kecuali satu orang: Giovanni Axel. Dia duduk di kursinya, tangan terlipat di dada, tatapannya tajam ke arah Alicia yang sedang menata dokumen di meja. Blazernya sedikit terbuka, rambutnya agak berantakan, tapi tetap terlihat cantik. Terlalu cantik. Dan yang paling membuat darah Giovanni mendidih adalah—setiap kali pria-pria di ruangan itu berpamitan, mereka tersenyum terlalu ramah kepada Alicia. Senyum yang tidak seharusnya diarahkan ke sekretaris pribadinya. Begitu pintu rapat tertutup, Giovanni berdiri. Langkahnya pelan, tapi berbahaya. “Cia.” Suara itu dalam, dingin, tapi penuh tekanan. Alicia menoleh cepat, jantungnya langsung berdegup kencang. “Y-ya, Bos?” Giovanni mendekat, tidak menjawab. Ia berjalan mengelilingi meja, berhenti di belakang Alicia. Napasnya pelan, tapi terasa di lehernya. “Kau terlihat… sangat profesional hari ini,” ujarnya, nada suaranya rendah, h

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status