Share

5. Hukuman!

Author: Lil Seven
last update Last Updated: 2025-04-14 09:40:53

"H-hah? Tidak. Rigen, tunggu, aku bisa menjelaskan! Tadi…!"

Suara panikku terdengar lemah dibandingkan aura mengerikan yang terpancar dari pria itu.

Langkahnya panjang, anggun, dan mengancam. Tatapannya menusuk hingga meremukkan keberanianku. Refleks, aku mundur. Namun, tiap langkahku ke belakang, Rigen semakin mendekat.

"Penjelasan seperti apa?"

Nada suaranya tenang, tapi justru itulah yang membuat bulu kudukku meremang. Ketakutan mencengkeramku lebih kuat daripada rantai anjing yang pernah dipasangkan di leherku.

"I-Itu.…"

Tenggorokanku tercekat. Aku ingin menjelaskan, tapi suaraku lenyap begitu saja. Sebelum aku sempat mengucapkan satu patah kata—

Jemari Rigen yang kuat mencengkeram daguku, mengangkat wajahku paksa. Napasnya yang panas menyentuh kulitku saat jarak di antara kami menguap menjadi hampir nol.

"Wajahmu tampak begitu polos, tapi ternyata kamu licik juga, ya?"

Matanya bersinar keemasan, tajam, dan berbahaya. Aku seperti tikus kecil yang terperangkap di depan seekor singa lapar.

"A-apa maksudmu, Rigen?"

Suaraku hampir bergetar.

"Bukankah kamu sengaja melakukannya? Tepat saat ibuku masuk, menciptakan skenario yang sempurna untuk membongkar rahasia komaku?"

Senyumnya sinis. Menikam.

Segera aku menggeleng panik. "Tidak! Aku tidak mungkin—"

Sebelum aku sempat menyelesaikan kalimat, cengkeraman Rigen berubah. Jemarinya kini menguasai rahangku, menekan pipiku, lalu—

Bibirnya menghantam bibirku.

Mataku melebar, tak sanggup menyembunyikan keterkejutan.

Darahku berdesir liar. Aku ingin menolak, tapi tubuhku membeku di bawah kuasanya.

"Sekarang coba jelaskan, Ariella," bisiknya di sela ciuman, suaranya rendah dan menyesakkan.

"Tapi ingat, setiap satu kata keluar dari mulutmu, bibirmu akan kubungkam sepuluh kali lipat dengan ciumanku."

"Rigen—"

Kesalahan fatal. Begitu satu kata lolos dari bibirku, dia menepati ancamannya.

Bibirnya menghantam bibirku.

Lebih dalam. Lebih panas. Lebih menuntut.

Aku ingin berteriak. Tapi sia-sia.

Rigen tidak hanya mengambil suaraku. Dia merenggut napasku, kesadaranku, bahkan kewarasanku. Bibirnya bergerak, sentuhannya yang kasar, panas, dan tak sabar menelan seluruh sisa logikaku.

Gerakan penuh gairah darinya seperti pusaran sensasi. 

Saat ciuman Rigen semakin tak terkendali, aku secara naluriah mengulurkan tangan dan melingkarkan lenganku di leher Rigen. Berpegangan erat padanya seolah-olah sedang bertahan hidup, sementara itu, ciuman darinya menjadi semakin intens dalam sekejap.

Tangan Rigen dengan santai menyentuh resleting gaunku yang berada di punggung. Gaun yang menutupi tubuhku dalam sekejap melorot saat dia menarik resletingnya turun, memperlihatkan apa yang ada di baliknya.

"Rigen, ini–"

Sebelum aku selesai bicara, Rigen memotong dengan suara tajam.

"Ini hukuman," ujarnya. “Sekaligus pelajaran untuk Nyonya Ataraka, istriku.”

"Ah!"

Erangan kaget keluar dari mulutku saat tangan besar dan dingin milik pria itu menyentuh bagian tubuhku yang belum pernah disentuh manusia lain sebelumnya. Sensasi aneh menyebar ke seluruh tubuhku sehingga badanku sedikit gemetaran.

"Bukankah tadi malam kamu juga melakukan semua ini pada tubuhku yang tak berdaya, Ariella?" bisiknya tepat di telingaku. Napasnya yang panas membelai cuping telingaku, membuatku otomatis menahan napas. “Sekarang … giliranku.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Suryati Thomas
seru ceritanya
goodnovel comment avatar
Gusni Nainggolan
seru ceritanya,tapi ribet novelnya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   189. Jebakan Yang Disiapkan

    Malam itu, Elisabeth kembali ke apartemennya dengan tubuh letih tapi otak tetap berjaga. Setiap langkahnya terasa berat, seakan tubuhnya menyadari bahwa waktu bermain-main sudah habis.Ia baru saja membuka pintu ketika suara familiar terdengar dari dalam ruangan.“Aku harap kamu tidak mengira bisa pulang diam-diam setelah bertemu Ariella.”Jason duduk di sofa, mengenakan pakaian serba hitam, segelas wine di tangan.Elisabeth tak terkejut. “Kamu mengikutiku.”“Tentu.” Ia memutar gelas pelan. “Kamu terlalu... tidak konsisten untuk dibiarkan sendirian.”Elisabeth menutup pintu, meletakkan tas, lalu berjalan perlahan ke meja. “Kamu ingin tahu apa yang kubicarakan dengan Ariella?”Jason mengangguk, seolah itu hal kecil. “Tentu. Tapi aku lebih tertarik pada ekspresi wajahmu waktu bertemu dia. Hmm, kamu masih cemburu, ya?”Elisabeth menahan napas sejenak. “Kalau aku cemburu, sudah sejak lama aku membunuhnya," jawab gadis itu dengan tangan terkepal. Jason tertawa pelan. “Tapi kamu tidak mela

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   188. Aku Mencintaimu!

    “Aku tidak menyangka kamu benar-benar datang sendiri.”Suara Elisabeth terdengar tenang, hampir seperti rayuan. Tapi Rigen hanya berdiri di ambang pintu café kosong yang mereka sepakati sebagai tempat pertemuan, mengenakan mantel gelap dan tatapan sedingin malam.“Aku datang karena aku ingin dengar dari mulutmu sendiri... sebelum aku memutuskan kamu pantas dihapus sepenuhnya dari hidupku,” jawab Rigen tanpa basa-basi.Elisabeth tersenyum tipis. “Kamu terdengar seperti hakim di pengadilan terakhir.”“Aku mungkin bukan hakim, Lis. Tapi aku cukup waras untuk menyadari mana teman, mana pengkhianat.”Elisabeth menarik kursi. “Duduklah. Kita tidak sedang di ring tinju.”Rigen tetap berdiri. Matanya menatap lurus ke arah wanita yang pernah begitu dipercayainya—bahkan, nyaris ia nikahi. Tapi kini, duduk di depannya bukan wanita masa lalu. Melainkan teka-teki dengan sisi tajam.“Jason sudah bicara banyak padamu, ya?” tanya Elisabeth sambil mengaduk kopi yang tak ia sentuh sejak tiba.“Cukup un

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   187. Mulai Goyah

    “Sudah lama kamu tidak menemuiku tanpa menyembunyikan wajahmu di balik senyum,” ucap Jason sambil menyeruput kopinya pelan.Elisabeth berdiri di ambang pintu ruang pertemuan rahasia mereka—sebuah villa tua di Lembang, tempat yang dulu mereka jadikan markas kecil saat awal menyusun strategi menjatuhkan Ariella. Dingin malam meresap ke kulit, tapi hawa di dalam ruangan jauh lebih menusuk.“Aku tidak pernah menyembunyikan apa pun darimu, Jason,” jawab Elisabeth seraya duduk, menyilangkan kaki anggun dengan elegan. “Kamu tahu itu.”Jason meletakkan cangkir kopinya perlahan. “Ah, tapi aku tahu lebih banyak sekarang. Terutama setelah kudengar kamu makan malam dengan Rigen... dua hari lalu.”Wajah Elisabeth tetap tenang, meski matanya menyipit sedikit. “Aku diundang. Aku tidak datang membawa racun.”Jason terkekeh. “Racun tidak selalu harus dituang lewat gelas. Kadang... cukup dari kata-kata manis dan pandangan mata yang terlalu lembut untuk seorang musuh.”“Dan sejak kapan aku menjadi musuh

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   186. Permainan Ganda

    “Dia terlalu manis,” gumam Rigen sambil menatap foto Elisabeth di layar laptopnya. Jovian yang duduk di seberangnya mengernyit. “Siapa?” “Elisabeth,” jawab Rigen pelan. “Manisnya tidak wajar. Seperti gula yang disiram ke luka, bukan ke kopi.” Jovian mengangguk pelan, seakan kalimat itu bukan perumpamaan biasa—melainkan kode. “Saya juga merasakan yang sama, Tuan.” Rigen membalik layar laptop, menampilkan cuplikan rekaman dari kafe kecil di sudut Dago. Elisabeth tampak sedang duduk dengan pria asing berpakaian formal, lalu… dengan Jason. “Dua hari lalu, dia bilang sedang ke Jakarta untuk pertemuan bisnis dengan pihak properti. Tapi ini jelas-jelas Bandung.” Jovian menghela napas. “Jason Ataraka. Dan yang satunya… konsultan keamanan digital yang sebelumnya kerja untuk Bram.” “Dia sedang bermain api dengan tangan yang berbeda.” Rigen menyandarkan tubuh ke kursi. “Tapi yang membuatku gelisah... dia ingin kita tahu ini. Semua terlihat jelas—terlalu jelas.” “Umpan?” tanya Jovian.

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   185. Mencium Bau Penghianat

    Jason Ataraka berdiri di balkon kamar penthouse miliknya, menatap langit Bandung yang berkilau lampu kota. Tapi malam itu terasa terlalu sunyi, terlalu rapat—seperti ada sesuatu yang bersembunyi dalam gelap dan mengintainya. Ia memutar gelas wine di tangannya, namun pikirannya tidak sedang menikmati anggur. Matanya tak lepas dari ponsel yang tergeletak di meja. Elisabeth. Beberapa hari terakhir, gerak-geriknya berubah. Lebih tenang. Terlalu tenang. Tidak lagi meledak-ledak. Tidak lagi tergesa menekan Rigen. Ia bahkan menolak hadir dalam rapat koordinasi terakhir dengan Bram. Dan itu cukup membuat alarm Jason berbunyi. “Lis…” gumamnya, menyipitkan mata. “Apa yang kamu sembunyikan?” Ia mengambil ponsel, membuka folder arsip, lalu memutar ulang rekaman audio dari ruang pengawasan pribadi miliknya. Ia sudah menanam alat kecil di tas Elisabeth—hanya untuk berjaga-jaga. Dan sekarang, ia tahu itu keputusan tepat. Suara samar tapi jelas terdengar: Elisabeth… sedang berbicara dengan J

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   184. Kamu Di Pihak Mana?

    “Aku tahu kamu mendengar semuanya.”Elisabeth menoleh cepat. Suara itu datang dari balik bayang-bayang balkon apartemen hotel tempat ia menginap. Suaranya familiar. Tegas. Tua. Namun tetap memancarkan kuasa.Bramardyo Ataraka.Pria itu berdiri tegak, mengenakan mantel panjang dan sarung tangan kulit. Senyumnya setipis awan gelap sebelum badai.“Aku tidak pernah lupa siapa yang bisa menghancurkan… atau menyelamatkan,” lanjut Bram, berjalan perlahan mendekatinya.Elisabeth menyilangkan tangan, berusaha menyembunyikan kegelisahan di balik raut angkuhnya. “Kalau kamu ingin memaksaku ikut menekan Rigen, lupakan. Dia bukan orang yang mudah disingkirkan.”“Aku tidak menuntut kesetiaan,” sahut Bram, santai. “Hanya keputusan cerdas.”Elisabeth menatap lelaki itu tajam. “Cerdas? Kamu pikir menghancurkan reputasi Ariella di publik, menjerat Rigen lewat rekayasa hukum, dan mencuci tangan dari semuanya itu… cerdas?”Bram tersenyum pelan. “Kamu mulai terdengar seperti dia," ejeknya. “Kamu tahu apa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status