Virna saat ini sudah berdiri di depan restoran Alfaso. Dia ingin bertemu dengan Tyas. Virna merasa penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Tyas padanya. Dia yakin kalau hal ini memang sangat penting. Dia duduk sendirian di sini. Tanpa BI Inah yang menemaninya karena memang dia menyuruh Bi Inah untuk menjaga apartemen saja. "Sudah lama?" tanya Tyas yang kini menghampiri Virna. Dia tersenyum ramah pada Virna. "Tidak, barusan. Aku juga baru sampai Tante," jelas Virna. Tyas mengangguk lalu dia memesan minum pada seorang pelayan restoran. Dia memesan jus apel kesukaan dirinya. Virna hanya memperhatikannya saja, menunggu apa yang akan dikatakan oleh orang yang ada dihadapannya. "Kamu terlihat tegang sekali, santai lah." "Maaf Tante, sebenarnya Tante ingin mengatakan apa?" tanya Virna. "Tante tau kalau sekarang kamu sedang hamil anak Randy," ucap Tyas. Deg... Kenapa bisa tau? Apa Randy yang memberitahunya. Apa Tante Tyas meminta dia untuk menggugurkan kandungannya? J
Virna sedang berada di apartemen yang diberkan oleh Randy padanya, entah dia merasa gelisah sekarang. Apa ini memang benar atau salah di matanya. Permintaan Tyas memang sangat sulit, apalagi dengan permintaanya yang harus menikah dengan Randy, rasanya memang sangat sulit. "Ah menyebalkan sekali."Tiba-tiba ada yang masuk dengan begitu saja ke tempat ini, Virna menoleh dan ternyata itu adalah Randy, untuk apa pria itu datang ke sini."Ngapain kamu datang ke sini?" ketus Virna masih dengan angkih, apalagi dengan melihat karah Randy yang asal datang begitu saja. "Kamu tidak lupa dengan pemilik apartemen ini kan? jadi suka-suka aku dong mau datang ke sini atau tidak."Randy mengatakan itu dengan santai lalu dia memberikan dua bungkus nasi padang untuk dimakan mereka berdua. Rasanya memang bahagia ketika semuanya akan jadi lebih baik."Oh yah, aku membawakan ini untuk kamu, semoga kamu akan suka.""Apa itu?" tanya Virna sambil melirik sekilas yang sebenarnya dia masih merasa penasaran.
Virna terus memikirkan apa yang dikatakan oleh Randy tempo hari. Apa dia harus menikah dengan Randy. Dia harus merebut kembali perusahaan ayahnya. "Non Virna," panggil Bi Inah. "Kenapa Bi?" tanya Virna menaikan sebelah alisnya heran. "Itu Non. Firman tadi menghubungi bibi." Virna terkejut ketika mendengar hal itu. Firman adalah orang kepercayaan dirinya sekaligus anak Bi Inah. "Dia bilang apa bi?" tanya Virna. "Dia hanya menanyakan alamat kita yang sekarang. Terus bibi memberitahunya. Mungkin dia akan berkunjung ke sini," jelas Bi Inah. Virna hanya mengangguk, akhirnya setelah lama menghilang dia bisa bertemu dengan Firman lagi. Sudah lama sekali Virna menanti kehadiran Firman, akhirnya pria itu datang ke sini juga. "Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya," ujar Virna dengan antusias. "Apalagi Bi Inah non. Dia anak satu-satunya bibi," ujar Virna. Virna tersenyum dengan bahagia, dia percaya kalau Firman memang orang yang baik. Pria itu tidak akan pernah mengkhianati dir
Virna merasa mual, dia juga merasa tidak tenang. Belum lagi dia barusan mendapatkan pesan dari Windy yang membuat emosinya semakin tersulut. "Non Virna kenapa?" tanya Bi Inah yang khawatir dengan Virna sekarang. "Aku baik-baik saja bi," balas Virna. "Ya ampun Virna," ujar seseorang yang kini datang dari arah pintu depan. Dia sedikit heran ketika melihat keadaan Virna yang pucat. "Firman," panggil Virna ketika melihat orang yang memang dia percaya sekarang menghampiri dirinya. Virna merasa sedikit lega sekarang. Bi Inah akan membawa Virna ke ranjangnya, tetapi kemudian Firman sudah lebih dulu berinsiatif untuk menggendong Virna masuk ke dalam. "Biar aku saja Bu yang bawa dia," ujar Firman. "Terimakasih banyak nak."Firman membawa Virna ke atas ranjangnya, lalu dia melihat kearah ibunya karena dia merasa heran dengan keadaan Virna sekarang ini. "Kenapa dengan Virna? apa dia sakit?" tanya Firman yang merasa penasaran dengan keadaan Virna sekarang. Inah hanya bisa menghela napasn
Virna hanya bisa menangis tak kala dia berada disebuah batu nisan. Dia mengepalkan tangannya karena rasa sakit. Ayahnya sudah meninggalkan dirinya dan sekarang dia tidak tau harus melakukan apalagi setelah ini. Dirinya hanya tinggal sendiri bersama dengan pamannya. Bahkan ibunya saja Virna tidak tau tinggal di mana. Selama ini dia hanya tinggal bersama dengan ayahnya."Non Virana yang sabar yah.""Aku bersumpah akan menemukan siapa pelakunya. Lihat nanti apa yang akan aku lakukan."Virna sudah bertekad akan menemukan siapa dalang dibalik semuanya. Tidak jauh pasti dari kolega bisnis ayahnya yang memang merasa tersaingi. Virna akan mencari satu-satu dari mereka semuanya untuk saat ini."Paman Omawa, Apa paman tau siapa pelakunya?" tanya Virna yang kini merasa penasaran dengan apa yang sudah terjadi. Dia yakin akan menemukan orang itu dalam waktu dekat.Omawa melihat kearah Virna dengan sekilas. "Tidak salah lagi kalau p
Virna terdim memikiran apa keputusan yang akan dia ambil nanti. Menjadi seoarang maid di rumah musuhnya sendiri bukan hal yang mudah untuk dia jalani saat ini.Semua yang dia lakukan saat ini memang malah membuat dia jadi semakin berat. Apapun yang dia lakukan untuk sekarang harus benar adanya. Tidak ada yang perlu dia khawatirkan lagi."Tidak punya pilihan lain, aku harus menjadi seoarang maid."Virna hanya bisa bergumam dengan pelan saja. Semua yang dia lakukan sudah sesuai dengan keinginan dirinya. Semoga saja ini akan menjadi awal yang baik."Aku akan datang sekarang."Virna membawa bajunya yang memang terlihat biasa saja. Dia melakukan itu agar tidak ada orang yang nanti akan curiga padanya. Setidaknya senuanya akan berjalan dengan sempurna sesuai dengan keinginan dirinya.Virna sengaja naik motor dan menyuruh supirnya untuk mengantar dirinya ke rumah keluarga Gustav. Dia sudah betrekad pada tujuan utamanya untuk membe
Virna malah merasa was-was ketika Randy malah membawa dirinya pada tempat yang gelap. Virna dipojokan di sebuah tembok. Entah kenapa Virna seperti merasakan sesuatu pada bibirnya yang manis itu.Sentuhan lembut yang entah dia tidak bisa melihatnya karena tempat ini yang memang gelap. Dia hanya mencoba memejamkan matanya sejenak dan mencoba menikmatinya tanpa protes.Sampai pada akhrinya lampu tiba-tiba menyala dan Virna terkejut ketika melihat Randy yang berjarak bebarapa senti saja dengan dirinya."Apa yang sedang kamu lakukan Randy?""Maaf Pah, hanya sedang bermain saja."Randy melirik Virna dengan sekilas sebelum akhirnya dia menutuskan untuk pergi dari tempat ini.Sedangkan Virna merasakan bekas sentuhan Randy tadi pada bibirnya, apa itu adalah sebuah ciuman? Virna menggelengkan kepalanya ketika membayangkan kalau benar itu sudah terjadi."Kamu siapa?"Virna baru tersadar kala
Mata Virna langsung membulat ketika melihat siapa orang yang saat ini ada dihadapan dirinya. Dia tidak menyangka sama sekali kalau orang itu adalah Randy.Randy menarik Virna langsung ke dalam kamarnya. Dengan seringai yang menjadi sebuah candu yang menurut dirinya adalah manis."Apa yang Tuan Muda lakukan?"Virna jelas terkejut ketika melihat Randy yang ternyata membawa dirinya pada kamarnya. Mendekatkan dirinya dengan jarak beberapa senti saja. Jarak serrti ini membuat Virna jadi tegang. Randy mengelus bibirnya dengan memiringkan wajahnya."Aku merindukan bibirmu."Virna membulatkan matanya dengan kesal ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Randy barusan. Pria yang ada di hadapannya itu sudah berusaha untuk melecehkan dirinya. Sungguh dia tidak terima akan hal ini."Kamu kurang ajar! Tidak pantas jadi Tuan Muda." Virna hampir akan menampar Randy yang sudah berani berbuat hal yang tidak senonoh padanya. Belum semp