Beranda / Romansa / Gairah Cinta CEO Dingin / Tantangan, Godaan dan Prinsip

Share

Tantangan, Godaan dan Prinsip

Penulis: Suri Sihma123
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-08 16:52:59

          'Syukurlah aku tidak bangun kesiangan, walaupun aku semalaman menangis karena teringat dengan almarhumah Ibuku, tetapi mengapa tadi malam aku bermimpi tentang pria yang seharusnya kupanggil Ayah? Apakah ini merupakan pertanda, kalau pria itu sebenarnya mencariku? Kenangan masa lalu yang coba kusimpan rapat kini kembali hadir semenjak aku menjadi sekretaris Ryan,' batin Karin.

            Dirinya langsung saja menyalakan oven dan memanggang roti di dalamnya. Ia lalu mengoles roti tersebut dengan selai kacang dan sesudahnya menyantapnya dengan nikmat. Dilihatnya jam tangan sudah menunjukkan pukul 07.15 pagi. Masih ada waktu setengah jam baginya untuk sampai ke kantor.

            Selesai sarapan, dengan terburu-buru Karin ke luar dari apartemennya. Ia pun berjalan menuju halte bis dan ia tidak menunggu lama. Bis yang menuju ke tempat kerjanya datang, lalu berhenti di depan halte tempatnya duduk.

            Dirinya pun memilih duduk di bagian tengah yang masih kosong. Sesekali ia melirik ke arah jam tangannya, karena takut terlambat di hari pertama ia bekerja.

            Siapa menyangka, di tengah perjalanan. Bis yang ditumpangi Karin mengalami kecelakaan. Bis yang ditumpanginya bertabrakan dengan sebuah mobil.

            ‘Sial! Aku harus segera sampai ke kantor, kalau tidak mau kena marah pak Ryan,’ gumam Karin dalam hatinya. Tidak mau datang terlambat Karin menghampiri pengemudi bis, yang tengah terlibat pembicaaran dengan sopir mobil yang bertabrakan dengan bis yang dikemudikannya.

              “Permisi, Sir! Saya sedang terburu-buru untuk segera sampai di kantor. Ini nomor telepon saya, kalau Anda memerlukan pernyataan dari saya.” Tidak menunggu jawaban dari sopir bis tersebut, Karin berlari ke arah gedung kantornya.

            Karin tidak menghiraukan panggilan dari sopir bis tersebut, yang memintanya untuk kembali. Karin hanya ingin cepat sampai di kantor, agar ia terhindar dari masalah. Untungnya, jarak yang harus ditempuhnya sudah tidak jauh lagi hanya tinggal beberapa blok saja.

            Dengan napas yang terengah dan pakaian yang basah karena keringat. Karin pun sampai juga di gedung tempatnya bekerja. Namun, sayangnya ia datang terlambat beberapa menit.  Dan ketika ia akan menuju ruangannya, bersamaan dengan wanita dari HRD yang ke luar dari ruangannya.

            Wanita galak, yang namanya tidak mau diingat Karin menatapnya dengan dingin. Ia lalu melipat tangannya di depan dada dan berkata, “Kamu tahu sudah jam berapa ini? Baru hari pertama bekerja dan kamu sudah datang terlambat.”

            Karin yang menyadari kesalahannya, hanya bisa menunduk. Ia tidak bisa membantah, untuk menjelaskan pun ia tidak yakin wanita yang berdiri di hadapannya ini akan menerima penjelasannya.

            Kesialan Karin tidak berhenti sampai di situ saja. Dari arah belakangnya terdengar suara bariton yang membuat jantungnya berdebar kencang.           

            “Kamu langsung masuk ke ruangan saya, Karin! Dan kamu Helda, kembali ke ruanganmu,” ucap Ryan, dengan nada suara yang tegas.

            Karin pun dengan cepat berjalan menuju ke ruangan Ryan, tetapi ia berhenti di depan pintunya. Menunggu yang punya ruangan masuk terlebih dahulu.

            Tak lama berselang, Ryan pun sudah berdiri di samping Karin. Ia lalu merogoh saku jas yang dipakainya dan mengeluarkan anak kunci. Pintu pun terbuka dengan mudahnya.

            Ryan menggeser badannya ke samping dan mempersilakan kepada Karin untuk masuk ke dalam kantornya.

            Karin melihat ke arah Ryan, dengan sedikit ragu. Namun, ia pun melangkahkan kakinya juga untuk masuk. Pada saat melewati tepat di depan Ryan, aroma maskulin begitu terpancar dari tubuhnya. Seakan ada magnet tak kasat mata, yang menarik Karin untuk mendekat.

            Ceklek!

            Suara pintu yang ditutup membuat Karin menjadi terlonjak terkejut. Ia menjadi was-was, terlebih saat melihat Ryan memainkan anak kunci yang dipegangnya ke udara, sebelum dimasukkannya ke dalam saku kemeja di balik jas yang dikenakannya.

            “Duduklah, Karin! Kamu pasti tahu bukan, alasan kenapa saya memerintahkan kepadamu untuk masuk ke dalam ruangan saya?” Ryan sendiri berjalan menuju kursi kerjanya dan duduk di sana.

            “Kamu sudah melakukan kesalahan di hari pertama kamu bekerja, dengan datang terlambat. Apa kamu pikir, kamu bisa seenaknya saja melakukan hal itu, tanpa mendapatkan hukuman?” bentak Ryan galak.

            Karin menundukkan wajahnya, tangannya saling bertautan di atas pangkuan. “Maaf, Pak! Tadi di jalan bis yang saya tumpangi mengalami kecelakaan dan saya pun sudah berlari-lari, agar bisa tepat waktu datang ke kantor.”

            Tatapan mata Ryan menyelidik ke wajah Karin, yang memang terlihat berkeringat. Pandangannya kemudian turun ke bagian dada Karin, di mana kemeja yang dikenakannya terlihat lembab dan menempel.

            “Kamu berniat untuk menggoda saya? Dengan berpenampilan seperti itu?” tanya Ryan galak. Namun, matanya tidak beralih memandang tubuh Karin.

            “Saya tidak bermaksud untuk menggoda bapak. Pakaian saya basah, karena habis berlari dan saya juga tidak membawa kemeja ganti, karena saya tidak menduga akan ada kejadian seperti ini,” sahut Karin. Ia melihat kemejanya yang tembus pandang dan memperlihatkan bra-nya.

            Didengarnya suara kursi yang diduduki Ryan bergeser dan dilihatnya bos nya itu berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan. Tak lama kemudian, ia ke luar lagi dan berjalan menghampiri Karin.

            Ryan berdiri tepat di belakang kursi yang diduduki oleh Karin. “Saya akan meminjamkan kemeja saya untuk kamu pakai. Mungkin saja, sebenarnya kamu itu secara tidak langsung memberikan kode kepada saya untuk mengajak tidur bersama.” Bisik Ryan di telinga Karin.

            Sontak saja Karin menjadi emosi, ia menegakkan duduknya dan ternyata itu merupakan suatu kesalahan untuknya. Kepalanya secara tidak sengaja mengenai dagu bos-nya tersebut, hingga terdengar suaranya mengaduh.

            “Kamu ini, pasti sengaja ya, melakukannya? Dan semua ini kamu lakukan untuk mencari perhatian saya!” tegur Ryan. Ia lalu berjalan kembali untuk duduk ke kursinya.

            “Ganti sana kemejamu! Atau kamu mau saya turut membantu memakaikan kemeja itu? Dengan senang hati, saya akan membantu melepasnya,” ucap Ryan, dengan nada suara mengejek.

            Karin pun berdiri dari duduknya dan melihat ke arah Ryan dengan berani. “Terima kasih atas pinjaman kemejanya, pak! Saya akan mengembalikannya besok, karena saya tidak mau bapak memiliki alasan untuk datang ke apartemen saya, seperti yang tadi bapak tuduhkan.”

            Ryan menatap dingin Karin. Ia tidak suka apa yang tadi dikatakannya diputarbalik oleh Karin. Dilambaikannya tangannya dengan gerakan mengusir Karin dari ruangannya.

            Karin pun dengan cepat berjalan menuju pintu, kemudian ia berbalik menghadap ke arah Ryan. Ia teringat, kalau tadi terdengar suara pintu dikunci, ditambah dengan Ryan yang mengacungkan kunci di tangannya.

            “Bagaimana saya bisa ke luar, kalau pintunya bapak kunci?” tanya Karin.

            Ryan menyunggingkan senyum misterius di bibirnya. “Saya lupa, kalau kamu mau membukanya. Silakan ambil kunci yang ada di dalam saku kemeja saya,” ucap Ryan.

            “Kamu juga bisa berganti pakaian di dalam kamar mandi, yang ada di ruangan saya.” Tambah Ryan lagi, dengan tatapan mata yang menggoda.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Cinta CEO Dingin   BAB 107 TIBANYA HARI BAHAGIA ITU

    “Maaf, Tuan Ryan! Seperti yang Anda baca begitulah hasil pemeriksaan dari kesuburan Tuan! Ternyata benturan yang tuan alami berpengaruh terhadap kesuburan Tuan,” ucap dokter tersebut. Lebih lanjut lagi dokter itu mengatakan, kalau Ryan sangat kecil kemungkinannya bagi Patrick untuk bisa membuat pasangannya menjadi hamil. Karin yang duduk di samping Ryan menjadi terdiam. Ia urung membaca hasil tes miliknya. Pada saat tangannya hendak meraih tangan Ryan, pria itu menepisnya dengan pelan serayang mnyunggingkan senyum yang tampak sedih. “Kau langsung saja ke kantor aku ingin sendirian dahulu! Nanti kita bertemu di apartemen, setelah aku merasa lebih tenang.” Tidak menunggu jawaban dari Karin, Ryan berjalan keluar dari ruangan dokter tersebut. Karin meminta maaf, kepada dokter yang memeriksa mereka atas sikap kasar Patrick yang pergi begitu saja. Setelahnya ia keluar dari ruangan dokter tersebut dengan perasaan tidak

  • Gairah Cinta CEO Dingin   BAB 106 BAIK DAN BURUK

    “Ibu, kau mengejutkan kami! Apakah kau tidak ingin menyapa kami dengan hangat?” Tanya Ryan. Ibu Ryan memberikan senyuman hangat untuk Ryan, tetapi ia menatap curiga kepada Karin. Melihat sorot mata Ibunya yang tampak tidak suka melihat Karin, Ryan meminta kepada Ibunya, agar mereka berbicara di dalam saja, sambil duduk santai. Dengan anggun Ibu Ryan memutar badan, lalu berjalan masuk ke rumah diikuti oleh Ryan dan Karin. Mereka semua pun duduk dengan nyaman di sofa ruang tamu rumah tersebut. Seorang pelayan datang menghampiri, dengan membawa sebuah baki yang berisikan minuman juga kue, kemudian pelayan itu pergi meninggalkan ruangan tersebut. “Katakan Ryan ada perlu apa kamu mengatakan datang mengunjungi Ibu?” Tanya Ibu Ryan. Ryan meraih jemari Karin yang tersemat cincin pertungan darinya. “Aku akan menikah dengan Karin!” Mata Ibu Ryan melotot ia merasa tidak yakin dengan apa yang didengarnya. “Katakan

  • Gairah Cinta CEO Dingin   BAB 105 POTRET PENUH ARTI

    “Mengapa kau menyandingkan dua potret ini berdampingan? Apakah kau ingin mengatakan kepadaku, kalau usia anakmu jauh lebih lama berada dalam kandungan tunanganmu, dibandingkan anakku?” Tanya Karin lirih. Hatinya merasa sakit melihat kedua potret tersebut. Tidakkah Ryan sadar dengan apa yang dilakukannya? Mengapa ia begitu tega. Ryan meraih jemari Karin bermaksud untuk menenangkan wanitanya tersebut. Namun, Karin menepis dengan kasar tangan Ryan. “Bukankah kita akan terbuka dan bersama memecahkan masalah! Baiklah, aku akan mengatakan kepadamu mengapa aku meletakkan potret itu secara bersamaan.” Ryan sedikit kecewa, karena Karin menolak dirinya. Walaupun demikian ia merasa ada harapan, karena Karin tampak mendengarkan apa yang dikatakannya. “Aku melakukannya, karena aku ingin kau mengetahui, bahwa pernah hadir dua buah hati yang sama-sama kucintai, meskipun mereka berasal dari Ibu yang berbeda.” Ditatap

  • Gairah Cinta CEO Dingin   BAB 104 LAMARAN RYAN

    “Kalau begitu, katakan kepadaku, apakah semua yang barusan kau katakan benar?” Tanya Karin dengan dada yang terasa sakit. Ryan tersenyum mengejek ke arah Karin dengan dingin ia berkata, “Terserah apa yang kau pikirkan saja, karena aku jujur pun tidak kau percaya!” Ia berjalan meninggalkan Karin, tetapi Karin dengan cepat menarik tangannya. Ia meminta kepada Ryan untuk tidak pergi dahulu, sebelum masalah mereka tuntas. Dijawab Ryan dengan perkataan, kalau dirinya memerlukan udara segar, biar bisa berfikir dengan jernih. Karin mengatakan, kalau ia akan ikut menemani Ryan. Dan, kalau Ryan menginginkannya untuk diam ia akan melakukannya. Jawaban yang diberikan Ryan hanya anggukan kepala saja. Ia terus berjalan, tetapi berhenti sebentar untuk mengambil jaketnya dan Karin dari gantungan baju. Ketika Karin berada dekat dengannya ia memasangkan jaket tersebut ke badan Karin, setelahnya ia meneruskan langkahnya

  • Gairah Cinta CEO Dingin   BAB 103 MENAHAN DIRI

    “Kau mengejutkanku! Aku hanya ingin menuntaskan apa yang menurutku menjadi ganjalan dalam hubungan kita!” sahut Karin lemah. Kepalanya menunduk ke bawah, karena merasa bersalah sudah mengkhianati kepercayaan dari Ryan, yang baru saja mereka bangun. Terdengar suara helaan napas Ryan berat, Karin pun memberanikan diri untuk mengangkat kepala dan ia menyesal sudah datang ke sini tanpa memberitahu Ryan. Ia bisa melihat dengan jelas kekecewaan di mata Ryan. Setelah selama beberapa saat tidak ada yang membuka suara Ryan memecah keheningan itu. “Kau sadar bukan, kalau yang kau lakukan itu membuat apa yang coba kita perbaiki menjadi rusak!” Dengan ragu-ragu Karin menyentuh tangan Ryan. Ia meminta maaf, sudah membuat pria itu merasa sedih dengan datang kembali ke pemakaman orang-orang yang pernah ia cintai dalam hidupnya. Dengan kasar Ryan melepas tangan Karin dari tangannya. Ia lalu berjalan memasuki areal pemakaman terse

  • Gairah Cinta CEO Dingin   BAB 102 APA YANG DISEMBUNYIKAN KARIN?

    “Untuk apa, kau mencari tahu tentang seseorang yang sudah lama terkubur?” Tanya Luke. Ia pun duduk di atas tempat tidurnya. Karin mengatakan, kalau ia hanya ingin mengunjunginya saja. Ia ingin meletakkan bunga di nisan tersebut, karena Ryan pernah mengatakan di sana juga anaknya dikuburkan. Terdengar suara tarikan napas di ujung sambungan telepon, juga selimut yang disibak. Setelah diam selama beberapa saat Luke, kemudian mengatakan di mana letak makam tersebut. Ucapan terima kasih langsung saja terlontar dari bibir Karin. Sekarang ia hanya mencari waktu yang tepat saja, untuk pergi ke sana tanpa sepengetahuan Ryan. Ia tidak tahu, apakah Ryan akan marah atau mengijinkan dirinya ke sana. Hanya saja, ia tidak mau mengambil resiko. Ia akan melakukannya secara diam-diam.**** Tiga hari kemudian, Ryan sudah diperbolehkan kembali ke rumah. Dan Ryan bersikeras untuk kembali ke kota asal mereka saja. Ia merasa sudah cukup

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status