Home / Romansa / Gairah Cinta CEO dan Peramalnya / Bab 201: Ciuman Pertama

Share

Bab 201: Ciuman Pertama

last update Last Updated: 2025-06-18 21:45:55

Elvano diam. Ia tak langsung menjawab. Ia menatap Aileen, memperhatikan rambutnya yang tergerai, wajahnya yang teduh, dan senyum yang selalu membuatnya tenang. Lalu perlahan, tanpa berkata sepatah kata pun, ia meraih wajah Aileen dengan satu tangan.

“Aku… cuma ingin ini,” bisiknya.

Dan sebelum Aileen bisa menjawab, bibir mereka bertemu dalam ciuman sunyi di antara tumpukan buku dan lorong-lorong sepi. Aileen tidak menolak. Ia membalas, lembut dan pelan, seperti menyimpan perasaan yang sudah terlalu lama ia pendam.

Ciuman itu bukan ciuman yang terburu-buru atau penuh gairah anak muda. Tapi lebih seperti pertemuan dua jiwa yang saling menemukan. Hening, hangat, dan jujur. Waktu seolah berhenti di sela-sela rak buku tua itu.

Ketika mereka melepaskan diri, mata Aileen berkaca-kaca, bukan karena sedih, tapi karena bahagia yang terasa sederhana. Elvano mengusap pipinya dengan ibu jari. “Aku nggak tahu ini akan ke mana, tapi aku tahu aku serius.”

Aileen tersenyum. “Aku juga.”

Dan di balik tu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 221: Panggung Baru, Awal Cerita

    Gedung seni itu dipenuhi cahaya hangat. Di tengah aula besar, terpajang lukisan-lukisan yang memikat hati—berani, lembut, dan menyimpan cerita dalam setiap sapuan kuasnya.Aurora Mateo, kini 22 tahun, berdiri mengenakan gaun hitam sederhana dengan aksen emas di kerah, seperti warna pertama yang ia pilih saat hari pertama sekolah seni 17 tahun lalu. Ia menjabat tangan para tamu undangan dan kurator yang hadir di acara pameran tunggalnya: "Unspoken Colors".Di sudut ruangan, Aileen duduk dengan mata berkaca-kaca, bangga. Waktu terasa seperti berlalu secepat kedipan. Dari bayi mungil, kini Aurora telah menjelma menjadi seniman muda yang bersinar.Mateo datang membawa dua gelas jus anggur dan duduk di sebelah Aileen. “Gadis kecil kita… sekarang jadi bintang malam ini,” bisiknya.Aileen tersenyum, menatap Mateo. “Dan dia memilih jalan ini sendiri.”Tak lama, seorang wanita berpenampilan akademis menghampiri mereka. “Mrs. Mateo? Saya Profesor Yamada, dari Universitas Tokyo. Kami mengagumi k

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 220: Langkah Kecil di Negeri Sakura

    Setibanya di Tokyo, langit mendung menyambut keluarga kecil itu. Meskipun hujan rintik mulai turun, semangat Aurora tetap menyala. Ini adalah perjalanannya yang pertama ke luar negeri, dan ia sangat antusias.Hotel tempat mereka menginap menyediakan kamar dengan pintu penghubung. Aurora punya ruang kecilnya sendiri dengan dekorasi warna pastel dan boneka lucu yang sudah disiapkan tim penyambut anak-anak.Sementara Aurora sibuk menyusun peralatan gambar dan memotret pemandangan dari balkon kecil kamarnya, Aileen dan Mateo masuk ke kamar mereka. Baru saja meletakkan koper, Mateo menarik tangan Aileen, memeluk dari belakang dan berbisik,“Tokyo, kamu, dan waktu berdua. Terasa seperti bulan madu kita yang sebenarnya.”Aileen tersenyum dan menoleh, membalas pelukan itu. Mereka duduk di tepi kasur, tertawa kecil membicarakan awal perjalanan mereka, masa lalu, dan mimpi tentang masa depan Aurora. Dalam kebersamaan itu, mereka saling mencium—penuh rindu dan kasih yang dewasa.Namun, baru satu

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 219: Hadiah dari Seorang Suami

    Pagi itu, Aileen masih belum membalas email dari London. Di ruang kerjanya, ia berkutat menimbang-nimbang. Keinginannya untuk berkembang begitu besar… namun hatinya tertambat di rumah—di Aurora, dan di Mateo.Mateo memperhatikan Aileen dari kejauhan. Ia tahu, istrinya itu bukan hanya wanita yang hebat di rumah, tapi juga seorang perempuan dengan visi luar biasa. Ia tidak ingin cinta mereka membatasi Aileen. Ia ingin cinta mereka justru jadi landasan untuk Aileen terbang lebih tinggi.Sore hari, Mateo pulang membawa sebuah map cokelat dan laptop. Ia menarik Aileen ke balkon rumah mereka yang menghadap taman kecil.“Aku tahu kamu masih galau. Jadi aku coba bantu,” katanya, sambil menyerahkan map itu.Aileen membuka dan membaca:“Proposal Remote Work Partnership: United Global x Mateo Enterprises – Jakarta Legal Liaison Office.”Mateo tersenyum.“Kalau kamu setuju, kantor London itu bisa buka perwakilan di sini, di Jakarta. Kamu tetap jadi konsultan utama mereka. Aku sediakan semua fasil

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 218: Aurora Sakit Pertama Kali

    Mama duduk di samping ranjang. Beberapa detik, ia tak berkata apa-apa. Lalu tangannya meraih tangan Aileen, menggenggamnya dengan hangat.“Kalau Mama marah... mungkin dulu. Tapi sekarang? Lihat kamu, Lihat bayi ini,” suaranya bergetar. “Mama hanya bersyukur semuanya baik-baik saja. Kamu kuat, kamu bertahan. Dan kamu jujur. Itu sudah cukup.”Aileen langsung memeluk ibunya, tak bisa berkata apa-apa selain tangis haru yang pecah di pelukannya. Mateo berdiri di dekat jendela, membiarkan momen itu menjadi milik ibu dan anak.“Makasih, Ma,” bisik Aileen sambil memeluk erat.“Cucu pertama Mama… dan anak Mama yang sudah jadi ibu,” jawab sang ibu dengan senyum kecil. “Mama bangga.”Hari itu, di ruang bersalin sederhana, lahir bukan hanya bayi mungil… tapi juga rasa penerimaan yang memulihkan. Luka masa lalu pun tak terasa lagi menyakitkan, karena cinta telah menjahitnya kembali.***Sinar matahari pagi menembus tirai rumah sakit. Aileen duduk di ranjang, memeluk bayi mungil yang tertidur pulas

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 217: Malam Pertama Sebagai Suami Istri

    Tiga hari setelah Aileen mengiyakan lamaran Mateo, rumahnya berubah jadi ruang ide dan rencana. Dinding penuh tempelan sticky note, sketsa gaun, warna bunga, sampai daftar undangan. Meskipun sederhana, semua terasa hidup. Kali ini, bukan pernikahan yang dipaksakan—tapi benar-benar karena cinta yang mereka pilih sendiri.Aileen duduk di meja makan, membuka laptopnya, mencari referensi dekorasi. Mateo duduk di seberangnya, menggambar kasar tata letak kursi untuk acara kecil yang hanya akan dihadiri keluarga dan sahabat dekat.“Aku mau suasana taman,” ujar Aileen sambil menunjuk foto pesta kebun di tepi danau. “Tapi yang sederhana dan nggak terlalu banyak bunga menggantung.”Mateo tertawa kecil. “Tapi bunga favoritmu ‘kan peony. Setengah halaman ini bakal penuh peony.”Aileen mengangkat alis, tersenyum geli. “Peony, iya. Tapi jangan sampai tamu lebih sibuk selfie sama bunga daripada datang karena kita.”Mereka tertawa bersama. Ringan. Tidak ada tekanan. Tidak ada kegugupan seperti dulu s

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 216: Keheningan Manja

    Mateo duduk di sampingnya, lalu menunduk dan mengecup keningnya—lama, seolah ingin meyakinkan Aileen bahwa setiap sentuhan bukan karena nafsu, tapi karena rasa.Mereka saling menatap, berbagi diam yang bermakna.Tanpa tergesa, Mateo membungkuk dan mencium bibir Aileen—pelan, penuh rasa, seolah dunia luar benar-benar tak lagi penting.Di ruangan sunyi itu, hanya ada mereka berdua. Tanpa gangguan, tanpa ragu. Hanya keintiman yang lahir dari kepercayaan dan kedekatan emosional yang dalam.***Cahaya matahari menyusup masuk dari sela tirai jendela kantor Mateo, menandai waktu telah berjalan lebih cepat dari yang mereka sadari.Di atas sofa panjang itu, Aileen terdiam sejenak, tubuhnya masih dalam pelukan Mateo. Mereka saling bernafas dalam ritme yang tenang. Tak ada kata-kata, tapi ada rasa damai yang menyelimuti ruangan—seolah dunia memberi jeda khusus untuk dua hati yang sedang saling menemukan tempat berlabuhnya.Aileen perlahan duduk, menyisir rambutnya dengan jemari. Pikirannya masih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status