แชร์

Bab 39: Hasrat yang Tak Terbendung

ผู้เขียน: Aurelia Rahmani
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-04-08 02:54:33

Anya, El, dan All masih menatap layar ponsel All dengan ekspresi tegang. Pesan anonim itu seakan membawa peringatan yang menyeramkan.

Anya: (berbisik) "Siapa pun ini, dia tahu kalau kalian sedang mencari sesuatu."

El mengusap tengkuknya, pikirannya berkecamuk.

El: (mengerutkan kening) "Tapi kenapa mereka baru menghubungi sekarang? Kalau memang mereka nggak mau kita mencari, kenapa nggak dari awal saja?"

All: (mendekatkan layar ponselnya ke mereka) "Mungkin mereka baru tahu kita sudah sejauh ini."

Anya menggigit bibirnya, firasatnya tidak enak.

Anya: "Apa ini berarti kita semakin dekat dengan sesuatu yang seharusnya tetap tersembunyi?"

El menatap Anya dalam, lalu mengangguk pelan.

El: "Mungkin saja."

Tiba-tiba, ponsel Anya bergetar. Dia melihat layar, sebuah nomor tak dikenal mengirim pesan.

"Berhenti ikut campur, Anya. Ini bukan urusanmu."

Jantung Anya berdegup kencang. Dia langsung menunjukkan pesannya kepada El dan All.

All: (mengutuk pelan) "Brengsek. Mereka tahu nama kita satu per
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 40: Rahasia yang Mulai Terungkap

    Anya masih bisa merasakan bibir Reza di bibirnya, napasnya yang hangat, dan debaran jantungnya yang berpacu begitu cepat. Dia menatap pria di hadapannya, yang kini terlihat berbeda—lebih intens, lebih dalam, lebih... miliknya?Reza menempelkan dahinya ke dahi Anya, mengatur napasnya yang masih berat. Jemarinya mengusap lembut pipi Anya, lalu turun ke dagunya, menahannya agar tetap menatapnya.Reza: (suara rendah, hampir seperti bisikan) "Aku ingin lebih dari ini, Anya. Aku ingin kamu..."Anya menggigit bibirnya, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi di antara mereka. Hatinya berteriak, tubuhnya merespons, tapi pikirannya masih diliputi kebingungan.Anya: (lirih) "Aku... Aku juga..."Reza tersenyum samar, lalu mengecup keningnya lama, seolah menenangkan dirinya sendiri.Reza: (menghela napas) "Tapi aku nggak mau kamu menyesal nanti."Anya mengerjap, merasakan sesuatu yang hangat memenuhi dadanya. Reza bukan hanya menginginkannya, tapi juga menghargainya.Dia menyentuh dada Reza,

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-08
  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 41: Misteri di Balik Kematian Larasati

    Anya menatap Rio dengan tatapan tajam. Napasnya terasa berat, dadanya sesak.Anya: "Kalau Larasati kecelakaan... di mana tepatnya dia meninggal?"Rio diam sejenak, seakan ragu untuk menjawab. Ia mengaduk kopinya tanpa alasan yang jelas, lalu akhirnya menatap Anya.Rio: "Di sebuah villa di luar kota. Malam itu, dia dan Reza pergi ke sana. Tapi yang kembali cuma Reza."Anya merasakan bulu kuduknya berdiri.Anya: (berbisik) "Apa yang terjadi di villa itu?"Rio menghela napas panjang, jelas sekali ada beban di pikirannya.Rio: "Tidak ada yang tahu pasti, kecuali Reza. Tapi dari yang aku dengar, ada kecelakaan tragis."Anya: (mengernyit) "Kok bisa?"Rio menatap Anya dalam-dalam sebelum menjawab dengan suara rendah.Rio: "Itulah pertanyaan besar, Anya."Jantung Anya seakan berhenti berdetak sesaat.Anya: "Kamu... kamu curiga sama Reza?"Rio menggeleng.Rio: "Aku nggak tahu. Tapi fakta bahwa Reza satu-satunya orang di sana malam itu... membuat semuanya jadi mencurigakan, kan?"Anya menggigit

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-08
  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 42: Mengungkap Kaitan dengan Tarot

    Anya menggenggam cangkir teh di tangannya, mencoba menenangkan diri. Udara terasa semakin berat, seakan membawa beban yang belum terselesaikan. Tante Sisca menatapnya dengan penuh tanya, sementara Rio terlihat semakin serius.Anya: "Aku yakin, Nathan bukan hanya datang ke restoran. Dia juga pernah datang ke apartemenku… dan booth tarot."Tante Sisca tersentak.Tante Sisca: "Kapan? Bagaimana kamu tahu itu Nathan?"Anya menarik napas dalam.Anya: "Aku sering merasakan kehadiran yang aneh. Bukan sekedar bayangan atau firasat. Suasana di apartemenku tiba-tiba berubah. Dingin. Seperti ada seseorang yang mengamati. Aku pernah mendengar langkah kaki di lorong… tapi saat aku membuka pintu, tidak ada siapa-siapa."Rio ikut menimpali, suaranya lebih dalam.Rio: "Dan di booth tarot? Apa yang terjadi?"Anya mengusap lengannya yang tiba-tiba merinding.Anya: "Waktu itu aku sedang membaca kartu untuk seseorang. Tiba-tiba lilin yang kupasang berkedip, seperti ada angin padahal tidak ada jendela terb

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-08
  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 43: Aku Tidak Ingin Kehilanganmu

    Anya mengabaikan ketukan di pintu apartemennya. Jantungnya masih berdegup kencang setelah hasil bacaan sebelumnya, tapi dia tahu harus melanjutkan.Tangannya kembali meraih kartu tarot. Kali ini, pertanyaannya lebih spesifik.Anya (berbisik): "Siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas kematian Larasati?"Dia menutup mata sejenak, menarik napas dalam, lalu mulai mengocok kartu. Energi di sekitarnya terasa semakin berat.Akhirnya, dia menarik tiga kartu.Kartu Pertama: The DevilAnya menatap kartu itu dengan napas tertahan. The Devil adalah simbol manipulasi, obsesi, dan keterikatan yang berbahaya.Anya (mengerutkan kening): "Seseorang terobsesi dengan Larasati… seseorang yang mungkin memiliki niat buruk sejak awal."Orang itu mungkin mengendalikan Larasati atau bahkan mempermainkannya sebelum tragedi terjadi.Kartu Kedua: The ChariotSebuah kartu yang melambangkan kontrol, determinasi, dan ambisi besar.Anya (berpikir keras): "Seseorang dengan kendali kuat… seseorang yang mengarahka

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-08
  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 44: Klien Misterius

    Siang itu, restoran milik Maminya Rio cukup ramai. Booth tarot yang dijaga Anya menarik perhatian beberapa pelanggan yang penasaran. Anya sudah menangani beberapa pembacaan, hingga seorang pria masuk dan duduk di hadapannya.Pria itu mengenakan kemeja hitam, dengan jam tangan mahal yang mencolok di pergelangannya. Rambutnya rapi, dan sorot matanya tajam, seolah menilai Anya sebelum ia berbicara.Pria: "Aku ingin konsultasi."Anya mengangguk, mulai mengocok kartu tarotnya.Anya: "Silakan pikirkan pertanyaan yang ingin bapak ajukan."Pria itu tersenyum tipis, tetapi senyumnya terasa dingin.Pria: "Aku tidak percaya tarot, tapi aku penasaran sejauh mana kamu bisa membaca masa depan seseorang."Nada suaranya mengandung tantangan. Anya tetap tenang, lalu menarik tiga kartu dan meletakkannya di atas meja.Anya: "Kita lihat apa yang kartu ini katakan."Matanya menelusuri kartu yang terbuka: The Moon, The Devil, dan The Tower.Anya merasakan hawa aneh. Kartu-kartu ini menggambarkan kebingunga

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-08
  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 45: Petunjuk yang Mulai Terungkap

    Anya melangkah mundur dengan hati berdebar. Rio tidak pernah membentaknya seperti ini sebelumnya. Ada sesuatu yang dia sembunyikan, sesuatu yang tidak ingin dia bicarakan."Baiklah, aku pergi," ujar Anya akhirnya, mencoba menahan emosi.Rio menutup pintu dengan cepat, meninggalkan Anya dengan lebih banyak pertanyaan di kepalanya.Saat berjalan menjauh dari rumah Rio, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal:"Berhenti mencari tahu tentang Larasati. Itu berbahaya."Anya merasakan bulu kuduknya meremang. Siapa yang mengirim pesan ini? Dan bagaimana orang itu tahu bahwa dia sedang menyelidiki kematian Larasati?Dia segera membalas pesan itu: "Siapa ini?"Tidak ada balasan.Anya mempercepat langkahnya menuju apartemen. Pikirannya terus berputar, mencoba menghubungkan semua petunjuk yang dia temukan sejauh ini.Nathan, Tante Sisca, Reza, dan sekarang Rio yang tiba-tiba menghindar. Semuanya seperti memiliki bagian dari teka-teki ini.Saat tiba di apartemen, dia langsung

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-08
  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 46: Daya Tarik yang Semakin Kuat

    Anya duduk di apartemennya, menatap foto-foto Nathan yang diberikan Rio. Pikirannya berputar cepat. Jika Nathan memang masih ada di sekitar, kenapa dia tidak muncul di hadapan mereka?Ponselnya tiba-tiba bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal:"Berhenti mencari atau kamu akan menyesal."Anya merasakan bulu kuduknya meremang. Tangannya spontan mengetik balasan, tetapi ragu-ragu sebelum mengirimnya.Siapa yang mengirim ini? Apakah ada hubungannya dengan Nathan? Ataukah seseorang yang ingin menyembunyikan kebenaran?Sebelum dia bisa berpikir lebih jauh, ponselnya kembali bergetar. Kali ini panggilan masuk dari Reza."Anya, aku di bawah. Buka pintu," suara Reza terdengar sedikit tegang.Anya segera beranjak, membuka pintu apartemennya. Reza berdiri di sana dengan ekspresi serius."Kamu baik-baik saja?" tanyanya sambil menatap Anya lekat.Anya mengangguk pelan. "Aku baru saja dapat pesan aneh."Reza meraih ponselnya, membaca pesan tersebut, lalu mendengus pelan. "Sepertinya ad

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-08
  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 47: Tenggelam dalam Perasaan

    Reza menatap Anya tanpa berkedip, seolah memastikan bahwa yang ia lihat di matanya bukan sekedar bayangan keinginan sesaat. Jemarinya tetap menggenggam erat tangan Anya, memberi kesempatan untuk mundur jika memang itu yang diinginkannya. Tapi tidak ada penolakan. Tidak ada gerakan menjauh.Anya menarik napas dalam, merasakan jantungnya berdetak liar di dada. Tubuhnya terasa panas, bukan hanya karena jarak mereka yang begitu dekat, tetapi karena sesuatu yang jauh lebih dalam—sesuatu yang selama ini ia tekan, tetapi malam ini tidak bisa lagi ia abaikan."Reza..." suara Anya nyaris bergetar.Reza mengangkat tangannya, menangkup wajah Anya dengan lembut. "Aku di sini, Anya."Dan sebelum Anya bisa membalas, bibirnya sudah diselimuti kehangatan. Reza menciumnya dalam, perlahan tapi penuh gairah. Tangannya merayap ke pinggang Anya, menariknya lebih dekat hingga tak ada lagi ruang tersisa di antara mereka.Anya kehilangan kendali, tangannya terangkat sendiri, melingkar di leher Reza, membalas

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-08

บทล่าสุด

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 84: Pelarian dan Pengakuan

    Dengan penuh keberanian, Anya melangkah masuk. Ruangan dalam rumah remang-remang, hanya diterangi cahaya lampu minyak di sudut. Di tengah ruangan ada seorang pria tua duduk di kursi goyang, wajahnya sebagian tertutup bayangan, namun sorot matanya tajam mengamati Anya.“Aku yang kirim surat itu,” katanya perlahan. “Namaku Wiratma. Aku sahabat ayahmu dulu… dan aku tahu kenapa Larasati harus mati.”Anya menahan napas, jantungnya berdebar. “Tolong ceritakan semuanya…”Wiratma menunduk sejenak, lalu menatap Anya dengan mata sendu. “Ayahmu, Nathan… dia terlibat dalam jaringan pencucian uang dan perdagangan benda-benda antik ilegal sejak 30 tahun lalu. Larasati dulu mengetahui semuanya secara tak sengaja karena dia menemukan dokumen rahasia. Ia berusaha membongkar semuanya, tapi sayangnya… dia keburu dihabisi.”Anya tertegun. “Jadi… ayahku benar-benar…?”Wiratma mengangguk perlahan. “Sayangnya iya. Larasati terlalu dekat dengan kebenaran. Dan ada lebih banyak orang yang terlibat. Termasuk El

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 83: Kebenaran yang Mulai Terkuak

    Dari balik pintu terdengar suara tenang, familiar.“Ini aku, Rio. Boleh masuk?”Reza menghela napas lega dan membuka pintu. Rio masuk dengan ekspresi serius. “Aku dengar kalian lagi dalam masalah. Aku bisa bantu?”Anya mendekat, ragu-ragu. “Dari mana kamu tahu?”Rio menunjukkan ponselnya. “Aku juga dapat pesan ancaman yang sama. Kayaknya mereka nggak cuma awasi kalian, tapi aku juga.”Reza mengernyit curiga. “Kamu yakin nggak ada keterlibatanmu, Rio?”Rio menatap Reza dengan sorot jujur. “Reza, aku suka Anya, iya. Tapi aku nggak sejahat itu. Aku nggak akan membahayakan dia.”Anya terdiam. Situasi ini makin rumit. Namun di tengah ketegangan itu, ia merasa satu hal pasti — ia tidak sendirian. Reza dan Rio, meskipun dalam posisi yang sulit, sama-sama ingin melindunginya.“Kalau begitu, ayo kita bertiga ke kantor polisi. Kita selesaikan ini sama-sama,” ujar Anya mantap.Reza dan Rio mengangguk. Mereka bertiga melangkah keluar apartemen, membawa bukti rekaman dan tekad kuat. Meski bayang-b

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 82: Perjalanan Menemui Sang Guru

    “El...” suara Anya tercekat, tetapi sebelum ia sempat menambah kata, Reza sudah menghampiri.“El, cukup,” ucap Reza tegas, penuh perlindungan, lalu menatap Anya. “Kamu nggak perlu mendengarkan dia sekarang. Yuk.”El hanya memandangi mereka berdua, lalu pergi dengan langkah cepat, tak menoleh lagi.Reza menggenggam tangan Anya. “Aku udah pesan tiket. Kita pergi hari ini. Kamu butuh udara segar.”Anya menatap Reza lekat-lekat, lalu mengangguk. “Ke mana kita?”“Temui seseorang yang bisa bantu kamu memahami semuanya... Guru Adarma.”Perjalanan menuju daerah pegunungan itu memakan waktu beberapa jam. Udara dingin menyambut mereka ketika sampai di pelataran rumah kayu sederhana milik Guru Adarma—seorang pria tua berjubah abu-abu, dengan tatapan yang menembus jiwa.“Anya... akhirnya kamu datang,” ucapnya sebelum Anya sempat memperkenalkan diri. “Kamu membawa luka dan tanya. Tapi juga membawa cahaya.”Anya menggenggam tangan Reza lebih erat.“Guru, tolong bantu kami memahami semuanya,” pinta

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 81: Kode dari Leluhur

    Kilatan cahaya samar muncul di antara asap dupa yang mulai menebal. Anya menahan napas saat simbol-simbol samar mulai muncul di permukaan meja altar—seperti ukiran cahaya yang menari-nari, membentuk pola yang belum pernah ia lihat sebelumnya.Reza mencondongkan tubuh. “Apa itu? Seperti kode…”All mengangguk pelan. “Itu bukan sembarang simbol. Itu adalah bahasa cahaya, kode dari leluhur spiritual yang hanya bisa dibaca oleh penjaga garis darah tertentu.”Anya mengusap pelan satu simbol yang paling terang, jari-jarinya seperti kesetrum energi hangat. Dalam sekejap, bayangan muncul di benaknya—gambar seorang perempuan berpakaian putih duduk di bawah pohon besar, dikelilingi burung dan cahaya.“Itu… nenekku?” Anya menatap All. “Aku pernah lihat foto ini waktu kecil.”All menjawab, “Dia salah satu penjaga pertama gerbang cahaya dari garis keturunanmu. Ia menyimpan kekuatan itu sampai waktunya datang untuk diturunkan padamu.”“Dan waktunya sekarang?” tanya Reza.Anya menarik napas dalam. “K

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 80: Kunci dalam Mimpi

    Malam itu, Anya tertidur dengan kepala penuh pertanyaan, namun hatinya lebih tenang daripada malam-malam sebelumnya. Ada sesuatu dalam sorot mata All—campuran rasa bersalah, perlindungan, dan keyakinan—yang membuat Anya merasa dijaga.Dalam tidurnya, Anya kembali ke sebuah tempat yang pernah ia lihat dalam mimpi: hutan berkabut, danau hitam, serta sebuah batu besar bertuliskan simbol kuno. Kali ini, ia tidak sendiri. Sosok Larasati berdiri di seberang danau, mengenakan gaun putih yang diterpa angin."Aku tahu kamu akan ke sini lagi," suara Larasati menggema lembut. "Sudah waktunya kamu membuka kunci itu.""Kunci apa?" tanya Anya.Larasati mengangkat tangan dan menunjuk ke batu. Tiba-tiba, batu itu memendar cahaya keemasan, membentuk pola-pola aneh yang berkilau. Anya mendekat dan menyentuhnya. Begitu jarinya menyentuh permukaan, cahaya mengalir masuk ke tubuhnya—hangat, kuat, dan tak terbendung."Apa ini?" Anya terengah."Pengetahuan. Kebenaran. Dan kekuatan dari garismu."Dalam sekej

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 79: Siapa di Antara Kita yang Kau Percaya?

    Anya menahan napas. Matanya terpaku pada pria bertudung yang perlahan melangkah masuk ke dalam ruang bawah tanah. Cahaya redup dari senter yang digenggam Reza menyorot wajahnya—nyaris identik dengan El, namun ada sesuatu yang berbeda. Tatapannya lebih tajam, lebih dingin, namun ada luka mendalam di balik senyumnya.“All?” tanya Anya lagi, suaranya nyaris berbisik.Pria itu mengangguk pelan. “Aku... adalah bayangan yang mereka sembunyikan. Saudara yang dilupakan. Dan kau, Anya... kau terlalu dalam masuk ke pusaran yang mereka bangun bertahun-tahun.”Reza maju selangkah, melindungi Anya secara refleks. “Apa maksudmu? Kau tahu tentang kematian Larasati?”All menghela napas. “Aku tahu segalanya. Larasati... dia adik tiriku. Dia tahu kebenaran tentang siapa Nathan sebenarnya. Dia tahu bahwa kami berdua—aku dan El—bukan hanya anak asuh. Kami adalah bagian dari ritual... eksperimen spiritual yang dibangun oleh Nathan dan para leluhur yang terobsesi dengan ilmu gelap.”Anya terdiam. Dunia yan

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 78: Jurnal Terlarang

    Dengan ragu, ia membukanya.Isinya adalah beberapa surat tua... dan satu jurnal kulit yang diikat dengan tali. Di sampulnya tertulis dengan tinta emas:"Milik: N.""Nathan " bisik Anya.Reza mendekat. "Ini... bisa jadi rahasia yang Larasati tahu."Anya membuka halaman pertama.Dan di sana tertulis:"Hanya yang terpilih bisa membuka kebenaran. Siapa pun yang membaca ini, bersiaplah menghadapi sisi tergelap dari cahaya."***Halaman-halaman awal jurnal Nathan dipenuhi dengan catatan yang nyaris seperti mantra. Tinta emasnya memudar, namun tiap baris memancarkan energi yang sulit dijelaskan. Anya merasakannya seperti arus listrik lembut yang mengalir di ujung jarinya.Reza duduk di sampingnya, menatap dengan tatapan tajam. “Kau yakin mau baca semuanya sekarang?”Anya mengangguk. “Larasati mati karena ini. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya ia temukan.”Ia membuka halaman ketiga belas. Di sana terdapat diagram kompleks, berisi lingkaran dan segitiga bertumpuk, dengan nama-nama kuno tertul

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 77: Kunci dalam Mimpi

    Malam itu, setelah kembali ke apartemen, Anya tidak bisa tidur. Tubuhnya terbaring di kasur, namun pikirannya terus melayang. Wajah Nathan, Larasati, El, All, dan... Reza—semuanya saling bersilangan dalam benaknya.Ia memejamkan mata, mencoba meditasi ringan. Tapi yang datang justru bukan ketenangan, melainkan mimpi yang aneh dan terasa sangat nyata.Dalam mimpinya, Anya berdiri di tengah hutan berkabut. Di hadapannya ada sebuah pintu berdiri sendiri, tak tertempel pada dinding mana pun. Pintu kayu tua, sama persis seperti yang ia lihat di rumah tua El.Suara Larasati terdengar samar, memanggil namanya dari balik pintu.“Anya… kamu harus lihat ini… sebelum semuanya terlambat.”Dengan tangan gemetar, Anya mendorong pintu itu. Ia masuk dan mendapati sebuah ruangan berbentuk bundar dengan cermin besar di dinding. Dalam cermin, ia melihat bukan dirinya… tapi Nathan muda, bersama seorang perempuan—ibunya Anya.Mereka berbicara serius. Lalu, ibunya menyerahkan sebuah kalung dengan batu hita

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 76: Mata di Dalam Bayangan

    Sebuah foto gelap, agak buram. Tampak seorang laki-laki berdiri di depan pintu apartemen lantai 12. Pintu apartemennya.Anya menahan napas.Bukan Reza.Bukan Rio.Dan bukan siapa pun yang ia kenal.Ia segera beranjak dari meja, meraih tas, lalu melangkah cepat keluar dari booth-nya. Tapi langkahnya terhenti saat seseorang berdiri di hadapannya—All.“All?” Anya hampir tak percaya.Namun All hanya menatapnya dengan mata tajam dan berkata pelan, “Kamu harus tahu… ini belum berakhir.”***Anya terpaku. Kalimat All seperti pisau yang perlahan menembus kulit kesadarannya."Kamu harus tahu… ini belum berakhir."“All… kamu maksud apa?” tanya Anya, suaranya bergetar antara marah dan takut.All menatap sekeliling, memastikan tak ada yang mendengar mereka, lalu menarik tangan Anya ke sudut lorong dekat tangga darurat. Bayangan neon restoran tak menjangkau tempat itu, hanya sisa cahaya dari papan iklan yang bergetar samar di dinding.“Selama ini kamu pikir kamu sudah mengenal El… tapi El tidak pe

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status