Beranda / Romansa / Gairah Cinta Sang CEO / Bab 5 Mencari Pekerjaan

Share

Bab 5 Mencari Pekerjaan

Penulis: Author92
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-25 18:26:07

Namun, sebelum membalas dendam pada Andre, ia harus menghadapi dulu teman-teman kerjanya yang telah menyebarkan aibnya. Ia membuka kembali grup WA dan mulai mengetik pesan. Saatnya menunjukkan pada mereka siapa aku sebenarnya.

Delisa:"Kalian semua puas sekarang? Sudah puas menghina dan merendahkan aku?"

Beberapa saat kemudian, Santi membalas pesannya.

Santi:"Lho, kenapa marah-marah? Kan kenyataannya begitu. Lagian siapa suruh keluar hotel

Namun, sebelum membalas dendam pada Andre, ia akan menunjukkan dulu kepada teman-teman kerjanya siapa Andre sebenarnya. Ia membuka kembali grup WA dan mulai mengetik pesan.

Delisa:"Kalian semua sibuk menghina aku? Kalian tahu apa yang sebenarnya terjadi? Kalian tahu siapa yang sebenarnya menjijikkan di sini?"

Santi langsung membalas dengan sinis.

Santi:"Oh, mau cuci tangan sekarang? Telat, Sayang. Bukti sudah tersebar di mana-mana."

Delisa tersenyum sinis. Justru itu yang ia inginkan.

Delisa:"Bukti? Kalian mau bukti? Oke, aku kasih bukti."

Delisa kemudian mengirimkan beberapa foto dan screenshoot percakapan yang selama ini ia simpan. Foto-foto itu menunjukkan Andre sedang menerima suap dari klien perusahaan, dan screenshoot percakapan itu adalah bukti bahwa Andre telah merencanakan untuk menjebaknya agar ia dipecat.

Setelah mengirimkan semua bukti itu, Delisa mengetik pesan terakhir.

Delisa:"Ini Andre yang sebenarnya. Seorang penipu, pembohong, dan pengkhianat. Sekarang kalian semua sudah tahu siapa yang pantas dihina dan direndahkan. Selamat menikmati."

Tanpa menunggu balasan dari siapa pun, Delisa keluar dari grup WA tersebut. Ia tidak peduli lagi dengan apa yang akan mereka katakan atau pikirkan tentang dirinya. Ia sudah mengatakan yang sebenarnya, dan itu sudah cukup baginya.

Delisa menghempaskan ponselnya ke tempat tidur. Kesal, marah, lelah. Ia ingin berteriak. Cukup! Namun, di tengah emosi negatif itu, secercah harapan mulai tumbuh. Ia bukan lagi korban. Ia pejuang. Delisa menarik napas dalam-dalam. Perjalanan masih panjang. Tapi ia tidak akan menyerah. Ia akan membuktikan kepada semua orang bahwa ia bisa bangkit.

Meskipun amarah masih membara, Delisa sadar ia harus fokus pada masa depan. Mencari pekerjaan baru. Ia tidak mungkin terus mengandalkan tabungannya. Ia harus segera mendapatkan penghasilan. Delisa membuka notebook-nya. Mencari lowongan pekerjaan di berbagai situs web. Melamar semua pekerjaan yang sesuai.

 mengirimkan puluhan lamaran setiap hari. Memperbarui profil LinkedIn-nya. Delisa tahu mencari pekerjaan di situasi seperti ini tidaklah mudah. Reputasinya tercoreng. Beberapa perusahaan menolak lamarannya. Mereka hanya melihat skandal itu.

Delisa mulai merasa putus asa. Apakah ia akan selamanya dihantui oleh masa lalunya?

Tiba-tiba, teleponnya berdering. Sebuah perusahaan bernama "Jaya Sentosa" menghubunginya. Mengundangnya untuk wawancara kerja.

Delisa terkejut. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

"Halo?" jawab Delisa dengan  penuh semangat.

"Selamat siang, Ibu Delisa," jawab suara di seberang telepon. "Kami dari perusahaan Jaya Sentosa ingin mengundang Anda untuk menghadiri wawancara kerja di perusahaan kami."

"Benarkah?" tanya Delisa dengan nada tak percaya.

"Benar, Ibu. Kami tertarik dengan kualifikasi dan pengalaman yang Anda miliki," jawab suara itu. "Apakah Ibu bersedia untuk datang?"

"Tentu saja!" jawab Delisa dengan nada antusias. "Kapan saya bisa datang?"

"Besok pagi pukul 09.00, Ibu. Apakah Ibu bersedia?" tanya suara itu.

"Saya bersedia," jawab Delisa dengan mantap. "Saya akan datang tepat waktu."

"Baik, Ibu. Kami tunggu kedatangan Anda besok," jawab suara itu sebelum menutup telepon.

Delisa tersenyum lebar. Ia merasa seolah mendapatkan kesempatan kedua untuk memulai hidupnya dari awal. Ia bertekad untuk memberikan yang terbaik saat wawancara kerja besok. Ia akan membuktikan kepada semua orang bahwa ia layak mendapatkan kesempatan itu.

*****************

Di ruang kerjanya yang megah, Dirga memijat pelipisnya. Kepalanya berdenyut nyeri, bukan karena tekanan pekerjaan, melainkan karena masalah yang tak terduga: Hana, sekretarisnya yang sudah lima tahun bekerja dengannya, tiba-tiba mengundurkan diri. Alasan Hana, ingin pulang kampung merawat ibunya yang sakit-sakitan, terasa begitu klise dan mengecewakan.

Dirga sudah menawarkan solusi. Cuti panjang. Tunjangan. Ia menyukai cara kerja Hana. Cekatan. Efisien. Profesional. Hana itu seperti aset berharga.

Namun, Hana tetap teguh pada pendiriannya. Ia merasa bahwa merawat ibunya adalahPrioritas utamanya, sesuatu yang tidak bisa ditunda atau diwakilkan. Dengan berat hati, Dirga terpaksa menyetujui permintaan Hana, dengan dua syarat: Hana harus tetap bekerja sampai ia menemukan pengganti yang kompeten, dan Hana harus membagi ilmunya pada sekretaris baru tersebut. Hana menyetujui kedua syarat itu, dan Dirga merasa sedikit lega.

Dirga meraih interkom. "Rio, hubungi HRD. Cari pengganti Hana. Kompeten, profesional, dan... bukan tipe wanita yang suka merayu atasan," perintah Dirga dengan nada tegas. Ia tidak ingin kejadian semalam terulang kembali, atau bahkan diperparah oleh sekretaris yang genit dan tidak profesional.

"Baik, Pak," jawab Rio.

Beberapa jam kemudian, Rio kembali menghadap Dirga dengan wajah kebingungan. "Pak, HRD menemui kendala. Mereka hanya menemukan satu kandidat yang memenuhi kriteria Bapak, dan itu pun jika sang pelamar bersedia menjadi sekretaris Bapak."

Dirga mengerutkan kening. "Hanya satu? Apa maksudmu?"

"Ya, Pak. Kandidat lain tidak memenuhi kriteria yang Bapak inginkan. Ada yang terlalu muda, ada yang kurang berpengalaman, dan ada juga yang terindikasi memiliki catatan buruk," jelas Rio. "Satu-satunya kandidat yang memenuhi syarat adalah seorang wanita bernama...."

"Saya tidak perduli siapa dia, yang penting dia punya kemampuan untuk bekerja secara profesional?" tanya Dirga dengan nada penasaran.

"Menurut HRD, Dia adalah seorang manajer yang berpengalaman dengan catatan karier yang gemilang. Ia memiliki kemampuan komunikasi yang baik, mampu bekerja di bawah tekanan, dan memiliki inisiatif yang tinggi," jelas Rio. "Namun, ada satu hal yang perlu Bapak ketahui. Dia baru saja mengalami pemecatan tidak hormat dari perusahaan sebelumnya."

Dirga mengangkat alisnya. "Pemecatan tidak hormat? Apa alasannya?"

"Menurut informasi yang kami dapatkan, Dia dituduh melakukan tindakan penipuan dan penggelapan dana perusahaan," jawab Rio. "Namun, Dia membantah tuduhan tersebut dan mengklaim bahwa ia telah dijebak oleh mantan kekasihnya."

Dirga terdiam. Ia merasa tertarik dengan sosok Wanita ini. Wanita itu memiliki potensi yang besar, namun juga memiliki masa lalu yang kelam. Apakah ia berani mengambil risiko dengan mempekerjakannya sebagai sekretarisnya?

"Rio, atur pertemuan dengan Wanita itu," perintah Dirga akhirnya. "Aku ingin bertemu dan berbicara langsung dengannya. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan apakah ia pantas mendapatkan kesempatan kedua."

"Baik, Pak," jawab Rio. "Akan saya atur secepatnya."

Setelah Rio pergi, Dirga kembali memijat pelipisnya. Ia merasa semakin bingung dan bimbang. Di satu sisi, ia membutuhkan sekretaris yang kompeten dan profesional. Di sisi lain, ia tidak ingin merekrut orang yang bermasalah dan berpotensi membahayakan perusahaannya.

Namun, ada sesuatu dalam diri wanita itu yang membuatnya penasaran. Mungkin, wanita itu memang tidak bersalah dan hanya menjadi korban dari orang terdekatnya. Atau mungkin, ia hanya sedang mencoba memanipulasi dirinya untuk mendapatkan pekerjaan.

Dirga tahu bahwa ia harus berhati-hati dalam mengambil keputusan. Ia tidak ingin menyesal di kemudian hari. Ia harus menggali lebih dalam tentang latar belakang Wanita itu, dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di masa lalunya. Sebelum nantinya ia menerimanya bekerja.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Cinta Sang CEO   Bab 6 Tawaran Mengecewakan

    Delisa melangkah dengan penuh semangat ke kantor Jaya Sentosa. Panggilan wawancara ini bagaikan setitik cahaya di tengah kegelapan yang melandanya. Ia berharap, pekerjaan ini akan menjadi jembatan menuju kesuksesan, membuktikan bahwa ia mampu bangkit dari keterpurukan dan meraih impiannya.Semalam, ia sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin. Ia mempelajari profil perusahaan, berlatih menjawab pertanyaan wawancara, dan memilih pakaian yang profesional namun tetap menunjukkan karakternya. Ia yakin, dengan kemampuan dan pengalamannya, ia bisa meyakinkan pihak HRD bahwa ia adalah kandidat yang tepat untuk posisi manajer yang ia lamar.Namun, senyumnya memudar saat berhadapan dengan Bapak Handoko. Kabar mengejutkan."Delisa, kami terkesan dengan kemampuanmu. Namun, kami menawarkan posisi sekretaris CEO," ujar Bapak Handoko, menyesal.Delisa tertegun. Sekretaris? Bukan manajer? Ia merasa seperti disambar petir di siang bolong. Semua persiapan dan harapan yang ia bangun selama ini runtuh dal

  • Gairah Cinta Sang CEO   Bab 5 Mencari Pekerjaan

    Namun, sebelum membalas dendam pada Andre, ia harus menghadapi dulu teman-teman kerjanya yang telah menyebarkan aibnya. Ia membuka kembali grup WA dan mulai mengetik pesan. Saatnya menunjukkan pada mereka siapa aku sebenarnya.Delisa:"Kalian semua puas sekarang? Sudah puas menghina dan merendahkan aku?"Beberapa saat kemudian, Santi membalas pesannya.Santi:"Lho, kenapa marah-marah? Kan kenyataannya begitu. Lagian siapa suruh keluar hotelNamun, sebelum membalas dendam pada Andre, ia akan menunjukkan dulu kepada teman-teman kerjanya siapa Andre sebenarnya. Ia membuka kembali grup WA dan mulai mengetik pesan.Delisa:"Kalian semua sibuk menghina aku? Kalian tahu apa yang sebenarnya terjadi? Kalian tahu siapa yang sebenarnya menjijikkan di sini?"Santi langsung membalas dengan sinis.Santi:"Oh, mau cuci tangan sekarang? Telat, Sayang. Bukti sudah tersebar di mana-mana."Delisa tersenyum sinis. Justru itu yang ia inginkan.Delisa:"Bukti? Kalian mau bukti? Oke, aku kasih bukti."Delisa kem

  • Gairah Cinta Sang CEO   Bab 4 Topeng Kemunafikan

    Dirga tiba di restoran mewah itu, lampu kota berkelap-kelip seperti bintang jatuh. Tapi di hatinya, hanya ada dingin dan gelap. Prisil sudah menunggunya, tersenyum manis. Topeng yang menjijikkan.Dirga duduk di hadapannya tanpa basa-basi, tatapannya tajam dan menusuk. "Kau memintaku datang ke sini, Prisil. Katakan apa yang sebenarnya ingin kau katakan," ucap Dirga dengan nada dingin, seperti bongkahan es yang membeku. Aku tidak punya waktu untuk permainanmu.Prisil menghela napas dramatis. "Dirga, aku sangat khawatir padamu semalam. Kau menghilang tiba-tiba setelah minum koctail yang kubuatkan. Aku mencarimu ke mana-mana, takut kau diculik atau terjadi sesuatu yang buruk padamu."Dirga menatap Prisil dengan tatapan menyelidik. "Kau mencariku? Tapi mengapa aku tidak melihatmu? Kau tahu betul aku tidak suka dibohongi, Prisil." Kau pikir aku bodoh?"Aku sudah mencarimu di seluruh pesta, bahkan sampai ke toilet dan taman," jawab Prisil dengan nada meyakinkan, tapi matanya tidak berani men

  • Gairah Cinta Sang CEO   Bab 3 Jejak Yang Hilang

    Dirga kembali ke kantor pagi itu dengan perasaan lega sekaligus bingung. Efek obat perangsang sudah hilang, menyisakan rasa lelah dan sedikit mual. Tapi yang lebih mengganggunya adalah bayangan wanita di kamar hotel itu. Ia mencoba melupakannya, menganggapnya sebagai kesalahan satu malam yang tidak perlu dipikirkan lebih lanjut. Tapi bayangan tanda lahir berbentuk bulan sabit di punggung wanita itu terus menghantuinya, muncul setiap kali ia mencoba memejamkan mata. Mengapa tanda itu terasa begitu familiar?Salahnya memang yang langsung menarik wanita itu saat berdiri di depan kamarnya. Efek obat perangsang mengalir deras dalam darahnya, mengalahkan logika dan akal sehatnya. Ia tidak memberi wanita itu kesempatan untuk berbicara, tidak bertanya siapa namanya, tidak peduli siapa dia sebenarnya. Ia hanya tahu bahwa ia membutuhkan penawar, dan wanita itu ada di sana, siap untuk dijadikan pelampiasan."Pak Dirga?" suara Rio membuyarkan lamunannya. "Anda baik-baik saja? Anda tampak linglung

  • Gairah Cinta Sang CEO   Bab 2 Mimpi Buruk Delisa

    Delisa menggeliat, berusaha melepaskan diri dari mimpi buruk yang mencengkeramnya. Kepalanya berdenyut, ribuan jarum menusuk otaknya. Ia membuka mata, terkejut. Kamar asing. Bukan apartemennya yang sederhana, bukan pula kamar kos sahabatnya. Mewah, antik, lukisan mahal. Tapi kemewahan itu justru membuatnya merasa semakin asing dan takut.Ia mencoba mengingat. Bayangan itu datang sedikit demi sedikit, seperti kepingan puzzle. Bir beberapa gelas di bar hotel, berusaha melupakan pengkhianatan mantan kekasih dan sahabatnya. Memesan kamar hotel. Resepsionis memberinya kunci kamar 272. Berjalan menyusuri koridor, langkah sempoyongan.Tiba-tiba, ia tersentak. Bukan 272. Melainkan 222. Ia salah kamar!Jantungnya berhenti berdetak. Air mata mengalir deras. Bukan hanya sakit dan kehilangan, tapi juga malu dan penyesalan. Ia telah melakukan kesalahan yang tak termaafkan. Menyerahkan keperawanannya pada orang asing, bukan karena paksaan, melainkan karena kelalaiannya sendiri.Sakit menusuk di ant

  • Gairah Cinta Sang CEO   Bab 1 Pagi yang Janggal

    Sinar mentari pagi, alih-alih menghangatkan, justru terasa seperti pisau yang menusuk mata Dirga. Ia menggeliat di ranjang yang berantakan, denyutan di kepalanya berpacu dengan detak jantungnya yang semakin cepat. Bukan hanya karena alkohol. Ada sesuatu yang salah. Kamar ini bukan miliknya. Terlalu klasik, terlalu... asing. Semalam adalah kekacauan, kabur oleh pengaruh obat perangsang.Di sampingnya, seorang wanita meringkuk di bawah selimut. Wajahnya tersembunyi, namun Dirga merasakan aura yang aneh. Bukan aura wanita bayaran. Melainkan... kepolosan? Kerentanan? Kontras yang mengganggu.Dirga menghela napas tajam, menggeleng. Ia bangkit, berusaha tidak membangunkannya. Kakinya menapak lantai dingin. Ia melihat bercak darah di seprai. Alisnya berkerut tajam. Mustahil. Wanita penghibur perawan? Itu dongeng. Ini pasti jebakan. Tapi jebakan yang dirancang untuk apa?Ia tidak mau ambil pusing. Rio salah pesan. Kesalahan identitas. Atau wanita itu penipu ulung. Ia terlalu sibuk untuk sandi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status