Share

Gairah Cinta Tuan Mafia
Gairah Cinta Tuan Mafia
Penulis: Rentya Karin

Bab1. Di culik

Penulis: Rentya Karin
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-16 19:35:35

Hujan mengguyur kota dengan deras saat Clarissa berjalan cepat menyusuri trotoar. Jaket tipis yang membalut tubuhnya tak cukup untuk menahan dinginnya malam. Sepatu haknya terendam genangan air, dan tas kecilnya terayun di bahunya. Namun, tak satu pun itu membuat langkahnya goyah. Ia harus kabur. Sebelum orang-orang itu menemukannya.

Di balik kaca jendela mobil hitam yang berhenti tak jauh dari sana, seorang pria bertubuh tegap dan wajah dingin mengawasi setiap gerak Clarissa. Matanya tajam, penuh kuasa. Tak ada emosi terpancar di sana, selain rasa tertarik yang samar namun dalam.

"Temukan dia. Sekarang." Suaranya rendah dan dalam, cukup membuat seluruh anak buahnya langsung bergerak. Ia adalah Leonardo De Luca, pria berdarah campuran Italia-Indonesia, pemimpin keluarga mafia De Luca yang ditakuti dari Palermo hingga ke Jakarta.

Clarissa baru saja menyaksikan pembunuhan yang tidak seharusnya ia lihat, dan sayangnya, yang dibunuh adalah klien besar dari De Luca Group. Ia hanya seorang sekretaris biasa, yang tak pernah bermimpi terjebak di tengah dunia gelap dan penuh darah ini.

Namun Leonardo tak percaya pada kebetulan. Ia yakin Clarissa menyimpan sesuatu. Entah itu rahasia, atau... sekadar alasan untuk memenjarakannya di sisi sang Tuan Mafia.

***

Keesokan harinya...

Di sebuah gudang tua di pinggiran kota, Clarissa kini duduk dengan tangan terikat. Tubuhnya menggigil, entah karena dingin atau karena sosok pria di hadapannya.

"Aku tak tahu apa-apa..." bisiknya pelan, nyaris menangis. Rasa takut selalu menyelimuti gadis berparas cantik itu. Matanya berkaca-kaca, siap meluncurkan kristal bening yang akan membasahi wajahnya.

Clarissa tidak pernah menyangka, jika dirinya akan di culik dan di sekap oleh pria menyeramkan itu.

Leonardo menunduk perlahan, ia mendekat. Jemarinya yang besar dan dingin mengangkat dagu Clarissa, memaksa gadis itu menatap langsung ke dalam matanya.

"Kau terlalu cantik untuk dibunuh. Tapi terlalu berbahaya untuk dilepas," katanya seraya menyeringai kecil, membuat Clarissa semakin ketakutan. "Jadi... kuputuskan kau akan tinggal bersamaku." Lanjutnya lagi dengan tegas.

"Kenapa?!" Clarissa berteriak kencang, amarah serta rasa takut, kini bersatu dalam dirinya.

"Karena aku ingin tahu..." Bisikan lelaki itu mengalir pelan di telinga Clarissa. "Apakah jantungmu berdetak karena takut... atau karena aku." Lanjutnya membuat Clarissa bergidik ngeri.

"Lepaskan aku... Aku benar-benar tidak tahu apa-apa! Aku,,, aku hanya kebetulan.... " suara Clarissa tercekat, saat satu tangan Leonardo atau lebih di kenal dengan sebutan Leo itu, kembali mencengkram dagunya.

Matanya yang sangat tajam, menatap kedua bola mata gadis itu. "Akan aku pastikan sendiri. Kau kebetulan atau memang sengaja," bisiknya benar-benar penuh penekanan.

Setelah itu, Leo pun bangkit dan pergi meninggalkan Clarissa sendirian di dalam ruangan yang di hiasi oleh lampu terang, agar terlihat jelas, bagaimana keadaan ruangan itu.

Namun, sebelum Leo benar-benar pergi, dia kembali menatap gadis yang tengah ketakutan itu.

Seulas senyuman mematikan terbit dari sudut bibirnya, membuat Clarissa kembali menundukkan kepalanya dengan rasa takut yang semakin bertambah.

***

Malam harinya...

Satu-satunya suara yang terdengar malam itu adalah rintik hujan yang mengenai atap seng, diselingi detakan jam tua di sudut ruangan.

Clarissa duduk di atas ranjang besi dengan selimut tipis yang bahkan tak cukup untuk menghangatkan tubuhnya yang menggigil sejak siang. Tangannya sudah tak lagi terikat, tapi dia tetap merasa seperti tawanan. Tawanan dari ketakutan… dan tatapan pria itu.

Leonardo De Luca duduk di seberang ruangan, di kursi kulit yang terlihat seperti tak pantas berada di gudang kumuh seperti ini. Kemeja hitamnya terbuka tiga kancing atas, memperlihatkan garis dada yang kokoh. Jemarinya yang panjang memutar gelas berisi scotch, sementara pandangannya tak lepas dari Clarissa.

"Kau tahu, biasanya siapa pun yang menyaksikan anak buahku membunuh… tak pernah sempat melihat malam berikutnya," katanya pelan, seolah sedang berbicara soal cuaca.

Clarissa mengangkat wajahnya, menatap pria itu. "Lalu kenapa aku masih hidup?" tanyanya sedikit takut.

Leonardo menyipitkan matanya, lalu bangkit. Langkah kakinya berat dan teratur, seperti serigala yang mendekati mangsanya. Ia berdiri tepat di depan Clarissa, menunduk, lalu duduk perlahan di pinggir ranjang. Jarak mereka kini terlalu dekat. Nafas mereka bercampur dalam ruang yang sempit dan panas.

"Karena ada dua kemungkinan," ucapnya sambil menatap mata Clarissa tanpa berkedip. "Satu, aku tertarik padamu. Dua, aku ingin membuatmu bicara… dengan cara yang tidak biasa." Lanjutnya lagi terdengar serak dan berat.

"Aku sudah bilang… aku tidak tahu apa-apa. Aku cuma sekretaris! Aku tidak sengaja lewat di tempat kejadian!" seru Clarissa dengan suara bergetar.

Leonardo tersenyum tipis, sangat tipis, bahkan gadis itu pun tidak bisa melihatnya. "Justru itu masalahnya. Orang yang tidak sengaja seperti kamu… biasanya menyimpan kejutan, dan aku sangat menyukai sebuah kejutan itu." Ucapnya, membuat Clarissa bingung tidak mengerti.

Leo menyentuh rambut Clarissa, mengusapnya dengan perlahan, lalu menyelipkan nya ke belakang telinga gadis itu. Gerakan kecil itu membuat jantung Clarissa berdegup tak menentu. Ia benci pria itu. Tapi, mengapa tubuhnya tak bisa berbohong?

Perlahan tapi pasti, pria itu mendekatkan wajahnya dengan gadis cantik itu, hembusan nafasnya yang hangat, begitu jelas Clarissa rasakan di permukaan wajahnya.

Tangan pria itu mulai menelusuri leher jenjang milik Clarissa, membuat gadis itu langsung tersadar dan menepis kasar tangan Leo.

"Singkirkan tanganmu! Aku bukan mainanmu, Tuan Mafia," seru Clarissa, menahan emosi dan rasa takut yang campur aduk.

Leonardo terkekeh. "Benar. Kau bukan mainanmu, tetapi... " sebelum ucapan Leo selesai, tiba-tiba saja terdengar suara tembakan dari luar.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Cinta Tuan Mafia   bab6. Untuk pertama kalinya

    Clarissa berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya dalam gaun malam hitam sederhana namun elegan. Gaun itu tak terlalu terbuka, tapi tetap menonjolkan siluet tubuhnya dengan anggun. Rambutnya digerai, dan sepatu hak tinggi yang diberikan Leonardo terasa agak asing di kaki, seperti dunia tempat ia akan melangkah malam ini."Kau terlihat sangat cantik."Suara itu datang dari belakang. Leonardo muncul dalam setelan jas hitam rapi, dasi merah gelap, dan ekspresi penuh kekuasaan. Satu tatapannya cukup membuat siapa pun bertekuk lutut, termasuk Clarissa, jika ia tidak menguatkan hatinya."Jangan pikir pujianmu akan membuatku lupa siapa dirimu sebenarnya," sindir Clarissa datar.Leonardo hanya menyeringai kecil. "Aku tidak berharap kau lupa. Aku hanya ingin kau tahu bahwa mulai malam ini… dunia yang kau lihat bukan lagi dunia biasa." Tekan Leo yang hanya mendapat deheman pelan dari gadis itu. "Kita berangkat sekarang," ajak Leo sambil sambil menghentikan langkah kakinya. Clarissa me

  • Gairah Cinta Tuan Mafia   bab5 badai belum datang

    Hening. Hanya suara daun-daun bergesekan dan burung liar yang terdengar di tengah belantara. Rumah kayu di kaki gunung itu seperti terisolasi dari dunia, dan bagi Clarissa… ini seperti berada di ambang dua kutub, pelindung dan penculik, ketenangan dan bahaya.Pagi itu, Leonardo pergi sebentar untuk mengurus seseorang, yang entah artinya menginterogasi, menyuap, atau membunuh. Clarissa ditinggalkan dengan pesan pendek, "Jangan pergi ke mana pun. Aku akan tahu." Itu bukan hanya sekedar pesan biasa, melainkan sebuah ancaman. Tapi itu semua demi kebaikan dan keselamatan gadis itu. Di ruang tamu kecil yang hangat, Clarissa duduk sendiri dengan secangkir teh dan rasa gelisah yang tak kunjung reda. Matanya tertuju pada tas kecil miliknya yang sempat ia bawa dari kantor saat kejadian penembakan. Ia baru ingat satu hal, ia masih menyimpan ponsel milik korban, ponsel yang Leonardo pikir sudah hilang.Dengan tangan gemetar, Clarissa mengeluarkan ponsel itu dari saku rahasia tasnya. Layarnya sud

  • Gairah Cinta Tuan Mafia   bab4 cinta dan kehancuran

    Ledakan pertama terdengar begitu keras hingga kaca jendela vila retak. Clarissa menjerit kecil dan menunduk, tubuhnya gemetar hebat. Dia tak tahu siapa yang menyerang atau berapa banyak orang yang datang. Tapi dia tahu satu hal, Leonardo berada di luar sana, melawan sesuatu yang jauh lebih besar dari apa pun yang pernah Clarissa hadapi dalam hidupnya.Tembakan demi tembakan menggema di halaman depan vila. Raungan senapan mesin dan jeritan menyayat membuat udara pagi berubah jadi medan perang. Asap dan bau mesiu menyeruak lewat celah-celah pintu dan jendela.Clarissa merayap ke balik sofa, mencoba mengatur napasnya. Matanya menatap ke sekeliling ruangan, berharap menemukan sesuatu yang bisa ia gunakan untuk bertahan. Tapi tak ada. Yang ada hanya dirinya dan rasa takut yang membara.Tiba-tiba, suara pintu dibuka paksa dari luar. Seorang pria berbadan besar dengan wajah penuh tato masuk membawa pistol."Mereka bilang gadis itu harus di tangkap hidup-hidup!" serunya pada dua pria lain di

  • Gairah Cinta Tuan Mafia   bab3. Satu hal

    Pagi menyingsing pelan di langit Jakarta. Langit masih kelabu, seolah ikut menyimpan kegelisahan yang tersisa sejak malam tadi. Clarissa terbangun dari tidur yang tak nyenyak, tubuhnya menggigil meski selimut tebal sudah membungkusnya semalam. Di luar jendela vila, kabut menggantung rendah di antara pepohonan.Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar mewah yang asing, dengan dinding-dinding putih bersih, aroma kayu manis samar, dan cahaya matahari yang mulai menembus tirai. Seharusnya ini seperti hotel bintang lima, tapi tidak, ini adalah penjara emas.Clarissa duduk dan memeluk lututnya. Perasaannya kacau. Ia masih belum bisa mencerna semuanya. Bagaimana hidupnya berubah dalam hitungan jam. Dari sekadar sekretaris kantor ke dunia yang dipenuhi peluru, rahasia, dan pria seperti Leonardo De Luca.Pria itu… terlalu dingin. Terlalu berbahaya. Tapi kenapa justru wajahnya yang pertama kali muncul di benak Clarissa saat membuka mata?BRAK.Pintu terbuka tiba-tiba. Clarissa tersentak da

  • Gairah Cinta Tuan Mafia   bab2 ingin memilikimu

    𝘿𝙤𝙤𝙧.... 𝙙𝙤𝙤𝙧..... 𝙙𝙤𝙤𝙧𝙧.... Suara tembakan itu terdengar sangat jelas di luar gudang. Leonardo langsung berdiri. Wajahnya berubah dingin. Aura membunuh langsung menyelimuti seluruh ruangan itu. Leo menoleh pada anak buahnya yang muncul dari pintu samping. "Orang-orang Bos Lin datang. Mereka mengejar si saksi juga. Mereka tahu dia ada di sini," lapor pria itu cepat.Clarissa langsung menatap Leonardo dengan panik. "Siapa Bos Lin? Apa maksudnya mereka juga mengejarku?" tanya Clarissa dengan raut wajah yang terlihat khawatir, sekaligus takut. Belum juga selesai berurusan dengan Leo, malah muncul lagi orang yang mengejarnya. Sungguh sial sekali nasib wanita ini. Leo menarik pistol dari balik jaket kulitnya, lalu menoleh sebentar ke arah Clarissa. "Itu artinya... hidupmu sekarang lebih bergantung padaku daripada yang kau kira." Ucapnya sekilas memperlihatkan seringai kecil dari sudut bibirnya. Tanpa berpikir panjang, Leo menarik tangan Clarissa. "Ikut aku. Sekarang." Pin

  • Gairah Cinta Tuan Mafia   Bab1. Di culik

    Hujan mengguyur kota dengan deras saat Clarissa berjalan cepat menyusuri trotoar. Jaket tipis yang membalut tubuhnya tak cukup untuk menahan dinginnya malam. Sepatu haknya terendam genangan air, dan tas kecilnya terayun di bahunya. Namun, tak satu pun itu membuat langkahnya goyah. Ia harus kabur. Sebelum orang-orang itu menemukannya.Di balik kaca jendela mobil hitam yang berhenti tak jauh dari sana, seorang pria bertubuh tegap dan wajah dingin mengawasi setiap gerak Clarissa. Matanya tajam, penuh kuasa. Tak ada emosi terpancar di sana, selain rasa tertarik yang samar namun dalam."Temukan dia. Sekarang." Suaranya rendah dan dalam, cukup membuat seluruh anak buahnya langsung bergerak. Ia adalah Leonardo De Luca, pria berdarah campuran Italia-Indonesia, pemimpin keluarga mafia De Luca yang ditakuti dari Palermo hingga ke Jakarta.Clarissa baru saja menyaksikan pembunuhan yang tidak seharusnya ia lihat, dan sayangnya, yang dibunuh adalah klien besar dari De Luca Group. Ia hanya seorang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status