Loh? Loh? Loh? Kira-kira apa nih guys yang membuat Ardi berkata Evelyn bisa berada dalam bahaya kalau nggak menikah dengan Adam? Coba komen di bawah! P.S. Ayo dong, komen yang lebih interaktif wkwk, jangan minta apdet doaang. Diskusi ae biar lebih asyiik. Udah pasti apdet tiap hari buku ini tuh, kecuali authornya izin wkwkwowk. Cukup sabar nunggu aee. Ayoo, orang sabar rejekinya besar #AMIN!
“Kamu terlihat mencintainya,” ucap Elena seraya menatap Adam yang duduk di seberangnya. Terlihat pria yang awalnya menutup mata dengan kedua tangan dilipat di depan dada itu berujung membalas tatapannya. “Apa seorang Adam Dean sungguh telah jatuh cinta?”Dengan pandangan dingin, Adam berkata, “Bukan urusanmu.”Elena terkekeh, merasa senang bisa mengganggu sepupunya itu. Sedari kecil, Adam yang lebih muda darinya memang sasaran empuk bagi wanita itu, terutama karena dia tidak memiliki saudara pria. Dengan sikap Adam yang sangat jutek, Elena selalu tergoda untuk mengetes batas kesabaran pria tersebut.“Yah, apa pun yang kamu katakan, aku sudah mendapatkan jawaban dari reaksimu tadi,” goda Elena dengan nada senang.“Apa rencana tadi diusulkan olehmu?” tanya Adam secara tiba-tiba, sedikit kesal karena dirinya secara cuma-cuma berlari ke sana-kemari dan panik ketika menyadari Evelyn bukan menemui sang kakek.Dua bahu Elena terangkat, seakan ingin mengatakan tidak tahu. Akan tetapi, senyuma
“Jadi, diam dan jangan lakukan apa pun yang bisa mengganggu hubunganku dengannya.” Mendengar ucapan Adam, Elena membeku di tempat. Dia yang sebelumnya tidak yakin dengan tujuan sepupunya itu akhirnya mengerti. ‘Dia bukan hanya jatuh cinta pada wanita itu,’ batin Elena dengan wajah diselimuti kengerian. ‘Dia benar-benar sudah terobsesi dengannya!’ Tepat pada saat itu, suara pintu yang terbuka membuat Elena dan Adam menoleh. Keduanya sedikit terkejut melihat sosok Evelyn dan Ardi yang keluar bersamaan dengan ekspresi tenang. “Kakek,” panggil Elena sembari berdiri dari sofa. Adam juga berdiri dan segera menghampiri Evelyn, mencoba mempelajari ekspresi yang terlukis di wajah wanita itu. Dia sungguh khawatir bahwa Ardi berakhir menekan Evelyn dan menjauhkan wanita itu darinya. “Kamu baik-baik saja?” tanya Adam dengan suara rendah kepada Evelyn. Pertanyaan yang Adam lontarkan kepada Evelyn membuat Ardi memasang wajah buruk. “Apa kamu kira Kakek akan menindasnya?” “Siapa yang tahu?” b
“Ayo menikah,” ujar Evelyn dengan wajah merona merah.Mendengar ucapan wanita tersebut, Adam tak elak membeku di tempat. Jantungnya berdetak semakin cepat dan mata pria itu sedikit membesar. Sebuah senyuman perlahan merekah di bibir Adam, membuatnya harus mengangkat tangan untuk menutup setengah wajahnya selagi mengalihkan wajah dari Evelyn karena malu.Melihat reaksi Adam, Evelyn menjadi sedikit bingung. Dia tidak sempat melihat senyuman di bibir pria itu, dan hal tersebut membuat Evelyn menduga bahwa Adam tidak senang dengan ucapannya.“Apa … kamu tidak setuju?” tanya Evelyn, merasa dadanya sedikit sesak. ‘Tapi, tadi dia sendiri yang bilang lamaran itu masih berlaku …,’ batinnya.“Aku setuju,” ucap Adam sembari menoleh dengan cepat. Pria itu mendaratkan pandangannya pada sosok Evelyn, memandangnya dengan lembut. “Kamu tidak boleh menarik ucapanmu.”Evelyn tersenyum tipis, lalu dia pun menundukkan kepala. “Namun, aku ada sejumlah syarat,” ujarnya.Manik biru Adam mempelajari setiap g
“Pernikahan ini hanya akan berlangsung untuk satu tahun.” Kala Adam mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Evelyn, ekspresi datar yang terlukis di wajah pria itu sekejap berubah. Kegelapan langsung menyelimuti wajah Adam, menunjukkan betapa tidak senangnya dia dengan persyaratan terakhir Evelyn. “Terkecuali setelah satu tahun kita berdua sepakat melanjutkan, maka kita akan mengakhiri pernikahan ini,” jelas Evelyn. “Kamu bercanda,” ucap Adam, nada bicaranya terdengar sangat dingin, membuat siapa pun yang mendengarnya merasa seakan hati mereka tertusuk belati. “Katakan bahwa kamu baru saja melontarkan sebuah lelucon.” Walau tahu jelas bahwa dirinya telah menyinggung Adam, tapi Evelyn tidak bisa mundur begitu saja. “Aku serius.” Dia memiliki alasan sendiri melakukan hal ini. “Kamu setuju atau tidak?” “Tiga persyaratan sebelumnya, aku setuju,” ujar Adam, mengepalkan tangannya kuat, berusaha menahan diri agar emosinya tidak meledak. “Namun, tidak dengan yang ini.” Kening Evelyn b
“Andre?” Evelyn memasang wajah dingin, tidak menyangka akan melihat wajah itu lagi secepat ini. “Kenapa kamu di sini?” tanyanya. Di sisi lain, Adam melirik ke arah Aldi, melemparkan sebuah pandangan mengerikan pada bawahannya itu karena telah membiarkan Andre masuk ke dalam rumah. Namun, di saat melihat sosok Julian ikut keluar dari dalam rumah dan menggelengkan kepala pelan ke arahnya, Adam pun mengerti alasan Andre bisa berada di sana. Pasti Julian yang mempersilakan pewaris Keluarga Diwangkara itu masuk! “Aku ingin berbicara denganmu,” jawab Andre, menatap Evelyn dengan pandangan lembut, sama persis dengan bagaimana dia menatap wanita itu dulu kala masih menjadi kekasihnya. Evelyn mengepalkan tangan. “Tidak ada yang perlu dibicarakan,” balasnya ketus. “Setelah kejadian tadi malam, seharusnya kamu tahu bahwa aku sama sekali tidak ingin ada hubungan dengan keluargamu lagi.” Wanita itu berniat berjalan melewati Andre, tidak menyambut kedatangan pria tersebut. “Kembalilah kepada ist
“Kembalilah padaku, aku masih sangat mencintaimu.” Ketika kata-kata itu meluncur keluar dari mulut Andre, Adam mengepalkan tangannya kuat. Bukan hanya Andre tidak menghormati dirinya sebagai tuan rumah, tapi pria itu dengan gamblang mengabaikan keberadaan dirinya sebagai calon suami Evelyn dan menggoda wanita itu! “Baj*nga—!” Baru saja Adam berbalik dan ingin menghampiri Andre untuk melemparkan sebuah tinju pada pria tersebut, satu sosok berjalan cepat melewati dirinya dan berdiri di depan sang pewaris Keluarga Diwangkara. Mata Adam membesar, tak percaya bahwa Evelyn dengan cepat meninggalkan sisinya. Tenggorokan pria itu seakan tercekat dan dadanya sedikit sesak, apa semudah itu Evelyn meninggalkan dirinya untuk mantan tunangannya itu? Bibir Adam terpisah, suara rendahnya pun terdengar pilu, “Evelyn … kamu—” Sebelum Adam bisa menyelesaikan ucapannya, suara tamparan keras terdengar bergema di teras kediaman pria tersebut. Hal itu membuat pewaris Keluarga Dean itu terbelalak, terl
“Pewaris Keluarga Diwangkara sudah pergi, Pak Adam,” lapor Aldi seraya membungkukkan tubuh kepada Adam. Terlihat pria itu merasa sedikit bersalah karena kejadian beberapa saat yang lalu. Adam yang sekarang terduduk di depan meja kerjanya menganggukkan kepala pelan. “Beri tahu para penjaga untuk tidak membiarkan siapa pun menginjakkan kaki di tempat ini tanpa izin dariku,” titahnya dengan ekspresi dingin. Walau tahu bahwa ada beberapa orang yang mungkin tak bisa ditahan penjaga, tapi melihat emosi Adam yang sedang buruk, Aldi hanya bisa berkata, “Baik, Pak Adam.” Dia akan mencari kesempatan untuk mengonfirmasi daftar orang yang memiliki akses khusus ke dalam kediaman ini kepada Adam di lain hari. “Pergilah,” ucap Adam setelah mendengar jawaban Aldi. Ketika Aldi telah keluar dari ruangan dan pintu kembali tertutup, Julian yang juga berada di dalam ruangan menoleh kepada sang atasan. “Jadi, Pak Adam sungguh akan menikahi Bu Evelyn?” Kantong mata pria itu terlihat gelap, lelah karena h
Piip! Suara Adam menekan tombol matikan panggilan membuat Julian membelalak. “Bapak! Kok dimatikan?!” Dia jelas mendengar Noah menurunkan perintah untuk membawa Evelyn, dan bukannya membalas ucapan kakeknya itu, Adam malah mematikan panggilan tersebut!? “Kalau pria tua itu menanyakan apa pun perihal si kembar dan Evelyn, jawab seadanya. Di luar hal itu, suruh dia menunggu sampai aku menyelesaikan urusan di sini,” perintah Adam dengan tegas. Mendengar perintah Adam, Julian hanya bisa berakhir menganggukkan kepala. Lagi pula, dia tahu masih ada begitu banyak hal yang harus diurus di Nusantara. Helaan napas terlepas dari bibir Julian. ‘Sejak Bu Evelyn bertemu dengan Pak Adam, ada begitu banyak hal yang terjadi,’ batinnya. Dimulai dari kasus Evelyn dengan sang direktur bisnis, penemuan bahwa Evelyn adalah wanita yang menghabiskan malam dengan Adam delapan tahun lalu, perseteruan dengan Nissa Diwangkara yang menguak kenyataan Evelyn adalah mantan pewaris Aditama, sampai dengan perseter