Malam kak Maaf ya kak up nya malam hari aja ya🙏😂 Apa Renata mengikuti kemauan Andika untuk kembali ke Dion💞💞💞
Renata menatap Andika dengan lekat, dirinya sungguh tak percaya akan permintaan Andika, bagaimana bisa Andika menyuruhnya untuk kembali lagi pada Dion. Perlahan Renata menggeleng, sedari awal dia tidak ingin menyakiti keduanya. Memilih keduanya jelas tidak bisa oleh karena itu dia memutuskan untuk tidak memilih keduanya. "Tidak Mas aku sudah memutuskan aku tidak akan memilih di antara kalian," sahut Renata. "Jangan bodoh Renata anakmu membutuhkan sesosok ayah di sampingnya, karena seorang ibu saja tidak cukup," bujuk Andika. "Lantas bagaimana dengan kamu mas? jika aku bersama kakak kamu apa kamu tidak terluka?" tanya Renata dengan mata yang membasah. Andika tersenyum lalu menggenggam tangan Renata, Andika berusaha menjelaskan kalau pernikahan mereka telah usai, selama Renata tidak ada, dia sudah berusaha untuk move on dan hampir berhasil oleh sebab itu dia tidak ingin perjuangannya sia-sia. "Dengar Renata, pernikahan Kita telah usai untuk kembali lagi kelihatannya akan rumit," je
"Pasti Andika," sahut Dion. Dion sungguh bahagia akhirnya dia bisa mendapatkan cinta yang selama ini dia inginkan, baginya tidak ada wanita lain lagi selain Renata yang pantas menjadi istrinya. Pak Ferdi yang terbaru memeluk anak-anaknya, beliau sungguh bahagia memiliki anak yang saling menyayangi seperti Andika dan Dion. "Papa yakin mama kalian disana pasti sangat senang melihat kalian akur seperti ini," kata Pak Ferdi dengan mata yang basah. ******** Berhari-hari Dion merawat Renata dengan telaten, dia juga yang terus membantu Renata berjalan terkadang mereka bersama-sama mendatangi anak Renata yang dirawat di ruang khusus. Tak hanya dokter dalam negeri pak Ferdi juga mendatangnya dokter spesialis dari luar negeri untuk merawat cucunya. "Keadaan cucu anda semakin membaik pak, berat badannya juga naik, apa kita lakukan tes DNA sekarang?" tanya Pak Rangga. "Apa masih perlu tes itu Rangga?" Pak Ferdi bertanya balik pada Pak Rangga mengenai tes DNA anak Renata karena menurutnya
"Kebiasaan deh kaya gitu," kata Renata sambil memajukan bibirnya. "Kondisikan bibir kamu sayang atau aku akan berbuat lebih," bisik Dion. Sontak Renata langsung menutup mulutnya dia tidak mau Dion berbuat sesuka hatinya seperti dulu. Kali ini Renata akan benar-benar jual mahal karena tidak ada Budi atau hutang yang harus dia bayar. "Jangan macam-macam mas," ancam Renata sambil mengangkat tangannya yang mengepal. Dion tertawa melihat tingkah Renata yang menurutnya galak sekali, kalau dulu mungkin dia tidak peduli tapi untuk saat ini berbeda keadaannya. Dirinya tidak bisa lagi memaksakan kehendaknya terhadap Renata. "Baiklah nyonya Dion," ujar Dion. Setelah menemani bayinya cukup lama, Renata dan Dion memutuskan untuk pulang karena hari sudah larut. "Besok aku akan ke kantor, apa kamu mau ikut?" tanya Dion. "Nggak mas, aku mau bersih-bersih apartemen," jawab Renata. Mendengar Renata ingin bersih-bersih membuat Dion melemparkan tatapan tajamnya mengingat keadaan kekasihnya yang b
"Ini hasil tes DNA nya Tuan." Pak Rangga menyodorkan sebuah berkas warna coklat kepada pak Ferdi. Dengan perasaan yang berkecamuk Pak Ferdi membuka berkas tersebut. Matanya berkaca melihat hasil dari tes DNA kedua anaknya dengan bayi Renata. Harapan dan doanya benar-benar dikabulkan oleh sang Pencipta. "Akhirnya Tuhan mengabulkan doaku," kata pak Ferdi. Walaupun belum melihat hasil DNA tersebut Pak Rangga sudah cukup tahu jika bayi Renata adalah anak dari Dion. "Apakah hasil tes DNA-nya cocok dengan tuan muda Dion?" tanya pak Rangga. "Benar Rangga bayi itu adalah anak Dion, aku sangat lega karena setidaknya Andika tidak perlu memikirkan tanggung jawab dari bayi tersebut," jawab Pak Ferdi. Setelah anak-anaknya pulang dari kantor, Pak Ferdi meminta mereka untuk berbicara empat mata mengenai hasil tes DNA dari bayi Renata. "Ada apa pa?" tanya Andika. "Maksud dan tujuan Papa mengumpulkan kalian di sini untuk memberitahu hasil tes DNA dari bayi Renata," jawab Pak Ferdi "Dia anak s
"Seperti kamu dulu nggak saja," sahut Dion sambil menutup pintu kamar kembali. "Malah parah," seloroh Andika dengan tertawa. Dion yang kesal kini malah ikutan tertawa, sungguh adiknya menggemaskan sekali. Dia ingin sekali menjitak kepala Andika. "Sumpah aku ingin jitak kepalamu," kata Dion. "Nggak usah melakukan KDRT kak, atau aku laporkan ke Komnas perlindungan adik," sahut Andika. Dion menggelengkan kepala menurutnya Andika saat ini sangat menjengkelkan. Sikap Andika bukan karena sebab ya begitulah caranya untuk menetralisir sakit hatinya, meskipun rela dan ikhlas tapi bukan bearti tidak sakit hati karena bagaimanapun juga Renata adalah mantan istrinya yang belum sepenuhnya dia lupakan. Diantara staf kantor yang datang ternyata ada Rea yang turut datang, setelah dirinya mengucapkan selamat pada Dion, Rea mendekati Andika yang minum sendiri di teras rumah. "Andika," panggil Rea. Andika menatap Rea dengan nanar, kemudian dia meminta Rea untuk menemaninya lagipula di dalam Rea t
Sesampainya di rumah Dion dan Renata serta bayinya disambut oleh Pak Ferdi Pak Rangga dan juga Andika, mereka sangat senang sekali karena bertambah lagi anggota keluarga mereka. "Akhirnya Dion junior datang juga," kata pak Ferdi. "Iya, sini sini sama om ganteng," sahut Andika lalu menggendong bayi Dion. Saat menggendong bayi Dion dan Renata, mata Andika membasah, dadanya bergejolak hebat andaikan Renata tidak menjalin hubungan dengan kakaknya mungkin saat ini dialah ayah dari bayi yang dilahirkan oleh Renata. "Oh ya siapa namanya kak?" tanya Andika. Dia mencoba untuk mencari topik agar rasa sakitnya bisa teralihkan. "Entahlah Andika, aku belum memikirkan namanya," jawab Dion. Andika nampak berfikir sejenak, dia menyarankan nama yang diambil dari nama kedua orang tuanya. "Iya tapi siapa?" tanya Dion. "Rendi, Renata dan Dion," jawab Andika. Dion nampak mengerutkan alisnya seolah dia tidak setuju dengan nama yang diberikan oleh Andika. "Tidak adakah yang lain?" tanya Dion. "Ba
Renata yang lelah tentu langsung emosi dengan ucapan Dion, dia tidak menyangka jika suaminya bisa berkata seperti itu. Menjadi ibu baru tentu tidak mudah apalagi anaknya lahir sebelum waktunya. "Kamu pikir aku nggak ingin melayani kamu, kamu pikir aku nggak ingin manjain kamu, kamu pikir aku mau seperti ini," sahut Renata dengan emosi. Dion menghela nafas lalu menatap istrinya sekilas, ada rasa menyesal karena terlalu menuntut tapi dia juga sangat merindukan istrinya. "Maafkan aku," ucap Dion lalu pergi begitu saja meninggalkan Renata. Dia yang tak ingin ada pertengkaran dengan Renata memilih pergi, dia ingin menenangkan dirinya sejenak sambil ngopi di sebuah kafe. Saat Dion pergi Andika diminta papanya untuk menjenguk Dion dan Renata karena sudah lama Dion dan Renata tidak memberi kabar. "Nyonya Renata ada?" tanya Andika saat pelayan Dion membukakan pintu. "Ada Tuan Andika," jawab pelayan Dion. Pelayan mempersilahkan Andika untuk masuk kemudian dia memanggil Renata yang ada d
Dion memeluk Renata dengan erat, dirinya benar-benar menyesal akan sikapnya selama ini, dia berjanji akan menjadi suami dan papa yang lebih baik lagi untuk keluarganya. Puas memeluk sang istri kini Dion menggendong baby Aron, dia meminta maaf pada bayinya karena terlalu sibuk dengan pekerjannya. "Maafkan papa sayang karena terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga papa mengabaikan kamu," kata Dion sambil menciumi bayi mungilnya. Dion membawa bayinya masuk ke dalam, di ruang keluarga dia bercanda dengan bayi dan juga istrinya. "Anak papa ganteng," kata Dion yang membuat bayinya tertawa. Melihat pemandangan indah tersebut membuat Renata menitikkan air mata, dia menyesal telah bersikap yang kurang baik terhadap Dion, seharusnya dia menyadari kalau Dion sudah bekerja mencari nafkah untuk dia dan juga baby Aron yang pastinya sepulang kerja Dion membutuhkannya. "Mas baby Aron kegelian." Renata melarang Dion untuk mendekatkan janggutnya karena itu membuat baby Aron kegelian. "Lucu saya