Beranda / Romansa / Gairah Liar Paman Mantanku / GLPM 2 : Kontrak Gila

Share

GLPM 2 : Kontrak Gila

Penulis: Chocoberry pie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-03 00:59:13

“Video itu bukan rekayasa. Aku bisa pastikan kalau itu asli.”

Semua mata tertuju pada lelaki yang sedari tadi diam di sudut ruangan. Sosok tubuh jangkung, wajah tampan dengan tatapan penuh karisma itu sontak membuat para tamu yang ramai bagai kawanan lebah itu diam seketika saat ia melangkah maju.

“Tentu saja asli. Kedua pelakunya juga masih ada di sini, dengan pakaian yang sama,” lanjut Aura sembari menunjuk Rona yang berdiri tak jauh dari Micho.

Tiba-tiba sebuah tamparan mendarat di pipi Aura. Tamparan yang membuatnya tersentak kembali pada kenyataan.

“Aura! Minta maaf sama keluarga Damarta sekarang juga!” perintah Linda.

“Hah? Dia yang bernain gila, kenapa aku yang harus minta maaf?” bantah Aura.

“Nggak usah ngarang! Micho nggak mungkin melakukan hal rendah seperti itu. Apalagi dengan Rona, sahabatmu sendiri,” ucap Linda, ibu tirinya, “minta maaf sekarang juga.”

“Tapi Ma.”

Linda mendekati Aura dengan mata melotot saking kesalnya. Wanita awal empat puluhan itu mendekatkan bibirnya di telinga Aura. “Jangan sampe gara-gara kamu, proyek yang mereka berikan untuk keluarga Dinata, dibatalkan. Kamu mau kita bangkrut? Perusahaan kita butuh uang itu buat bangkit setelah Papa kamu meninggal. Dan ingat, nenek kamu butuh banyak uang untuk perawatannya."

“Hah? Jadi Mama lebih peduli sama uang daripada masa depanku?” kesal Aura, “papa nggak akan setuju jika tahu mama bahkan jual aku demi perusahaan ataupun demi nenek!”

“Jangan bawa papa kamu yang sudah mati itu! Aku sudah besarin kamu. Sekarang giliran kamu melaksanakan kewajiban kamu sebagai anak.”

“Tapi aku bukan anak kamu. Dan … aku nggak peduli dengan semua itu. Apa kamu masih belum puas bunuh kedua orang tuaku dan habisin semua aset keluarga Dinata.”

Kali ini Aura tidak ingin lagi menjadi alas kaki ibu tirinya. Baginya sudah cukup penderitaannya ketika harus mengalah terus menerus, bahkan ketika ayahnya lebih mempercayakan perusahaannya pada Linda, alih-alih pada putri kandungnya sendiri.

Mendengar jawaban itu, Linda semakin meradang. Kesabarannya telah habis menghadapi kekeraskepalaan putri tirinya. Dan tangannya kembali melayang.

Tapi Rey segera berdiri di antara mereka dan menangkap tangan yang meluncur ke arahnya dan menghempas tangan yang hampir menyentuhnya itu.

Linda memegang tangan kanannya. Rasa nyeri itu membuatnya semakin kesal. Ditambah lagi kenyataan bahwa rencananya mencari dukungan untuk menyelamatkan usaha keluarga Dinata akan gagal jika pernikahan dibatalkan.

“Aura!” kesal Linda saat anak tirinya mengintipnya dari balik punggung tuan muda keluarga Damarta.

“Proyek itu tidak ada hubungannya dengan pernikahan ini,” sela Rey, "aku cuma akan memberikan proyek kepada perusahaan yang kompeten."

Kalimat itu membuat nyali Linda menciut. Ia tak menyangka Rey Damarta justru membela putri tirinya itu, alih-alih keponakannya sendiri.

Tamu-tamu undangan terus berbisik memperbincangkan kejadian mengejutkan di hadapan mereka. Rekam video perselingkuhan itu seolah topik pembicaraan besar dalam ruangan itu.

“Benar! Gaun putih itu, sama persis seperti yang dipakai pelacur di video tadi.”

“Tentu saja itu mereka. Apa kalian ingin mendengar apa yang mereka bicarakan?” Aura menekan tombol pada remote di tangannya, tombol yang membuat suara sepasang sejoli di dalam video semakin terdengar dengan jelas.

“Bukan … itu bukan aku.” Rona mundur selangkah demi selangkah. Ia merasa terpukul karena aibnya terbuka di hadapan semua orang. Apalagi ketika video yang mengekspos bagian tubuhnya yang polos itu terpampang dengan jelas dalam layar berukuran sangat besar itu.

“Hentikan Aura!” Perintah Micho, “aku tahu, kamu sengaja melakukan ini untuk membatalkan pernikahan kita. Kamu nggak perlu memfitnah aku ataupun sahabatmu sendiri untuk itu.”

“Apa? Memfitnah?”

“Kamu sengaja mengatur semua ini. Bahkan membatalkan pernikahan kita, karena kamu mau mendekati Om Rey, kan?” tuduh Micho tanpa ragu. Melihat pamannya ikut campur, sudah cukup membuatnya kesal.

“Kamu!” Aura mengepalkan tinjunya. Ia kesal karena Micho memutar balikkan fakta seolah dirinya yang bersalah.

“Kita lanjutkan pernikahan dan kita bicarakan masalah kesalahpahaman ini nanti,” putus Micho sembari menarik tangan Aura.

Tapi Aura justru mengelak dan bersembunyi di balik punggung Rey. Hal itu membuat Micho semakin geram.

“Aku menolak menikah denganmu, Micho Damarta.” Aura menghempas buket bunga di tangannya.

“Kenapa? Kamu pikir dia bisa memuaskanmu?” teriak Micho sembari menuding pamannya.

Separuh tamu yang ada di ruangan itu memekik saat Rey dengan tiba-tiba menyarangkan tinjunya di wajah Micho. Pukulan yang membuat Micho terhuyung dan jatuh saking kerasnya.

“Aku harap kamu bisa menjaga ucapanmu, bocah. Apa yang mau kamu sombongkan? Bahkan kamu nggak becus menghasilkan satu proyek pun untuk D’Amarta Group,” ucap Rey sembari merapikan kembali setelannya.

Lelaki itu tanpa ragu menggenggam tangan Aura dan membawanya keluar dari ruangan itu.

Aura yang masih syok dengan kejadian itu, hanya bisa mengikuti langkah lelaki itu dengan patuhnya. Bahkan ia tak memperdulikan berapa banyak wartawan yang mengarahkan kamera dengan kilatan cahaya penuh antusias saat ia dipaksa masuk ke dalam mobil tuan muda kedua keluarga Damarta.

“Antar aku pulang, Arga.” Perintah Rey pada asistennya.

-----

“Kenapa Om tadi bantu aku?” tanya Aura.

“Kamu yang tarik aku ke dalam masalahmu. Lagipula … kamu tidak bisa meninggalkan apa yang sudah kamu mulai begitu saja, Nona.”

“Memangnya apa yang sudah aku mulai?” batin Aura. Ia menatap lelaki yang kini sedang menatapnya dengan tegas.

Otaknya secara otomatis memutar ulang semua detail kejadian yang terjadi hari ini. Dan sesaat kemudian ia pun menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. Ia kembali mengingat kehangatan dan lembutnya bibir lelaki itu beberapa saat lalu.

Rey memang terlalu matang baginya. Namun wajahnya yang tampan, tubuh atletisnya dan matanya yang penuh karisma sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Micho. Aura bahkan masih bisa mengingat kehangatan bibirnya dan jantungnya pun berdebar saat ingatan itu muncul.

Tapi … semua itu dilakukannya karena terpaksa, karena ia ingin menghindar dari dua makhluk yang menjijikkan baginya.

“Aku seorang pebisnis. Bukan seorang dermawan,” sahut Rey

“Om … minta bayaran?” tebak Aura dengan ragu. Seorang mìlyuner sekelas Rey Damarta, tidak mungkin meminta uang beberapa juta yang bisa didapatkannya dengan mudah.

“Setidaknya kamu masih butuh perlindunganku sekarang,” jawabnya sembari meletakkan sebuah berkas di depan gadis itu, “setelah kekacauan tadi, kamu kira semua orang tidak bakal membencimu?”

Sepasang mata Aura membulat saat membaca kata bercetak tebal di atas kertas di hadapannya.

“Surat perjanjian?”

“Aku akan beri kamu perlindungan, dan juga memenuhi seluruh kebutuhan kamu, sementara kamu melakukan semua kewajiban yang aku tulis di dalam sana.”

Aura semakin tercengang saat melihat isi di dalam perjanjian itu. Sebuah penawaran gila! Gadis itu meletakkan kertas itu di atas meja. Ia menatap lelaki di hadapannya dengan perasaan tak karuan.

“Om Rey, bukan … gay?”

Pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibir Aura. Ia masih bingung dengan situasi itu. Bahkan Micho pernah mengatakan bahwa pamannya tidak juga menikah dan tidak pernah dekat dengan wanita, karena dia penyuka sesama jenis. Tapi pada kenyataannya, kontrak yang ada di hadapannya adalah kontrak untuk ….

“Aku laki-laki normal, tapi aku lebih suka sebuah hubungan yang tertutup, dan tanpa keterikatan. Aku tidak mau hubunganku terekspos dan menjadi konsumsi publik.”

“Tapi, apa … Om mencintai aku?”

“Aku cuma berhubungan badan.”

“Om kira, aku perempuan macam apa?”

“Baca, pertimbangkan dan kamu berhak mengajukan koreksi di bagian yang kamu rasa tidak kamu sukai,” ucapnya, “aku akan mentoleransinya.”

Rey memutar badannya dan melangkah pergi meninggalkan gadis itu.

“Tunggu!”

Teriakan gadis itu membuat Rey langsung menghentikan langkahnya. Lelaki itu menoleh dan menatapnya.

Tatapan yang membuat Aura kembali merasakan debaran hebat di jantungnya.

“Tapi … aku belum pernah melakukannya.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Viva Oke
owala kukira om Rey mau ngajak aura menikah.. ternyata
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM78

    Namun Rey tak tergesa. Ia justru menikmati kesempatan itu. Satu tangannya masih mengunci kedua tangan Aura di atas kepalanya, sementara bibirnya sibuk menikmati puncak di dadanya, seolah seorang bayi yang sedang kehausan. Dan satu tangan lainnya bergerak dengan nakal, menyusup di antara segitiga yang melindungi di bagian intinya. “Om Rey,” desahnya saat jemari itu menyentuh di bagian yang tepat. Rasa gelitik itu semakin menggila, apalagi Rey menyerangnya sekaligus di kedua titik sensitif di tubuhnya. Tubuh ramping itu semakin bergerak dengan gelisah. Napasnya yang semakin memburu, tak dapat menyembunyikan hasratnya yang semakin memuncak. Sentuhan panas Rey benar-benar membuatnya menggila. Bukan saja kecupannya, tapi setiap sentuhan panasnya membuat Aura ingin berteriak. Namun ia tidak mungkin melakukan itu. Mereka tidak lagi sendirian di rumah itu, ada Vina yang mungkin bakal mendengarnya. Aura menggigit bibir bawahnya. Ia berusaha menahan setiap desah atau suara yang seakan ingin

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM77

    Aroma tumisan bawang putih dan kaldu ayam memenuhi dapur ketika langkah kecil terdengar mendekat. Aura tengah mengaduk sop jagung dalam panci ketika suara ceria gadis kecil memecah keheningan.“Tante Auraaa!”Aura menoleh cepat dan mendapati Vina berdiri di ambang pintu, mengenakan piyama bergambar kelinci, rambutnya masih acak-acakan, dan boneka Teddy setia di pelukannya.“Eh, Vina. Belum gosok gigi udah ke dapur?” Aura tersenyum.Vina mendekat, lalu memeluk kaki Aura dari samping. “Aku kira Tante Aura udah nggak di sini ... aku takut Tante Aura beneran pulang ke apartemen.”Aura mengelus kepala bocah itu dengan lembut. “Kemarin Tante cuma pulang sebentar, sayang. Sekarang Tante masak buat Vina, tuh. Mau bantu?”Vina menggeleng. “Aku nggak bisa masak. Aku cuma bisa makan.”Aura tertawa kecil. “Ya udah, duduk di kursi situ, ya. Jadi asisten masak juga penting.”Vina memanjat kursi kayu tinggi di sudut dapur. Lalu, dengan suara yang agak pelan tapi jelas, ia bertanya, “Tante Aura ... b

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM76

    Langkah Aura terhenti di lorong sempit antara dapur dan ruang ganti staf. Ia bersandar di dinding dingin, mencoba menenangkan degup jantungnya yang masih tak beraturan. Tangannya masih hangat karena baru saja memegang gelas susu untuk Vina, namun hatinya terasa dingin, seperti diguyur hujan tanpa peringatan.Ia mendengar semuanya. Kalimat jujur dari mulut Vina, pengakuan polos yang menyakitkan. Dan tanggapan Rey yang entah kenapa, justru membuatnya semakin sesak.Rey tahu ia mungkin bukan ayah kandung anak itu. Tapi ia tetap menerima. Tanpa drama. Tanpa marah. Tanpa memaksa siapa pun percaya padanya.Aura menunduk. Ia tahu betul bahwa dirinya telah terlalu banyak menghakimi, terlalu cepat menarik kesimpulan. Ia takut. Dan dalam ketakutan itu, ia memilih menjauh.Padahal, Rey tetap tinggal. Meski dibohongi. Meski tak tahu pasti. Meski ditinggalkan.Aura menatap tangannya yang kosong. Ia merasa kehilangan, entah apa. Mungkin kehilangan rasa marah yang biasa ia pegang kuat-kuat. Atau mun

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM75

    Pintu ruang istirahat setengah terbuka. Dari celahnya, Rey bisa mendengar suara Ega.“Lho, lho, lho ... itu keripik buat Om Ega kenapa lo embat semua, Detektif Vina? Perasaan tadi lo bilang udah kenyang nasi goreng tiga centong!”“Aku lagi lapar lagi,” jawab Vina polos sambil mengunyah.“Waduh! Ini namanya balita berkedok tukang demolisi dapur. Lo ini calon chef atau calon pemakan inventaris?” Ega pura-pura panik.Vina tertawa kecil. “Teddy juga lapar!”“Ya Tuhan ... bonekanya juga? Jangan-jangan dia juga nyolong sambel waktu di dapur tadi.”Vina mengangkat Teddy dan mengangguk mantap.“Fix! Kita perlu detoks sekeluarga. Teddy-nya, Vina-nya, Om Ega-nya,” gumam Ega, lalu menatap serius. “Eh ... tapi ngomong-ngomong ... kamu tadi bikin Chef Fendi hampir berubah jadi Godzilla, loh.”Vina menunduk. “Aku beneran nggak sengaja narik panci besinya, kok Om.”Ega duduk bersila di depan Vina, sambil menepuk-nepuk kepalanya sendiri. “Yah, nggak papa. Yang penting lo nggak narik kulkas. Soalnya k

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM74

    Arga mengangguk. “Bisa jadi itu hanya strategi sainganmu. Atau ... dia memang benar-benar sudah putus asa.”Rey mendengus. “Kalau dia cuma mau kabur, kenapa harus menyeret namaku?”“Karena ... mungkin dia tahu nama kamu cukup kuat buat jadi perisai,” sahut Arga setelah berpikir sekian detik.Rey mengusap wajahnya. Lalu bangkit dan melangkah keluar. “Aku harus bicara dengan anak itu. Langsung.”Dapur Seventy Eight Degrees meledak dalam kesibukan. Matahari yang semakin meninggi tak mampu meredam tekanan pesanan yang datang bertubi-tubi. Waktu menunjuk pukul sembilan lewat dua puluh tujuh menit, dan dalam waktu satu jam, tamu VVIP, kelompok besar undangan dari pesta ulang tahun sebuah perusahaan penerbitan di kota itu mulai berdatangan.Aura bergerak lincah dari satu sisi ke sisi lain dapur, menata piring, mengatur plating, mengecek stok bahan yang datang terlambat, sembari sesekali mengatur napas di tengah rasa panik yang tertahan.Namun segala konsentrasinya buyar ketika suara panci ja

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM73

    Setelah diam cukup lama di ambang kamar dengan tatapan kosong ke kartu nama Dini Agustin, Rey akhirnya meraih ponselnya. Dengan cepat ia mengetik sesuatu dan menekan panggilan.“Arga. Segera ke sini. Bawa laptop. Aku perlu kamu selidiki seseorang. Namanya Dini Agustin. Bukan cuma profil, aku butuh semua jejak digital dan riwayatnya. Siapa dia, apa pekerjaannya, siapa orang-orang di sekitarnya. Dan, kalau bisa, cari tahu siapa ayah dari anaknya.”Suara di ujung telepon terdengar hanya sepersekian detik memberi respons, sebelum Rey memutuskan panggilan dan menatap ke arah ruang makan. Vina masih duduk tenang. Gadis kecil itu terlihat sedang menyuapi potongan roti pada beruang lusuh yang dinamainya Teddy.Rey menarik napas panjang. Ia mendekati Vina perlahan.“Namamu siapa?” tanyanya sambil berjongkok hingga sejajar dengan mata si kecil.“Vina,” jawab gadis kecil itu ceria. “Namaku lengkapnya Lavina Aprilia.”“Lavina, ya. Nama yang cantik,” gumam Rey pelan. “Kamu umur berapa?”“Lima. Tap

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status