Share

GLPM115

Penulis: Chocoberry pie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-14 09:45:47

Langkah kaki Aura terdengar ringan namun sarat beban saat keluar dari rumah besar itu. Sebuah koper mungil tergelincir di ujung jemarinya, syal tipis terkulai di bahu, dan matanya menyimpan bara luka yang tak sanggup ditampik lagi. Di belakangnya, rumah megah itu berdiri diam seperti saksi bisu kebohongan yang baru saja menyayat dadanya.

Arga baru saja memarkir mobil di halaman depan ketika ia melihat Rey keluar tergesa dari pintu, mendampingi Clarissa yang setengah bersandar padanya. Lengan Rey melingkari pinggang wanita itu, wajahnya gelisah, dan baju kerjanya belum sempat dilepas. Saat pintu mobil ditutup dan mobil meluncur pergi, Arga hanya sempat menoleh sekali sebelum langkah cepat Aura mencuri perhatiannya.

“Aura?” panggil Arga heran.

Aura menghentikan langkahnya sebentar, tapi tidak menoleh.

“Minggir, Arga. Aku cuma butuh udara segar.”

Arga berdiri menghadang di depan pintu pagar. “Kalau saya biarkan kamu pergi, nanti Pak Rey bakal suruh saya cari kamu ke semua sudut kota. Ini
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM131

    Mentari baru saja merayap malu di balik kaca langit-langit ruangan. Sinar jingganya melukis siluet lembut di dinding-dinding pastel, membelai kulit Aura yang masih bersandar di dada Rey. Aroma mawar segar dari sudut ruangan berpadu dengan napas hangat dua insan yang baru saja melewati malam penuh cinta.Pelan, Aura membuka mata. Ia mendapati Rey masih tertidur, wajahnya teduh dengan garis kelelahan samar, namun senyuman kecilnya tidak pernah pergi. Jari-jarinya mengusap pelan dahi Rey, lalu berpindah ke rambut, membelainya seolah ingin menyimpan setiap detik dalam ingatan.“Aku masih hidup, ya?” bisiknya pelan, nyaris tak terdengar.Dan saat ia hendak bangkit untuk bersiap, lengan Rey menahan pinggangnya, mencium bahunya.“Kamu terlalu cepat meninggalkanku, Sayang,” gumam Rey dengan suara serak, memejamkan mata sejenak. “Setidaknya izinkan aku mengucap selamat pagi yang pantas.”Aura tersenyum kecil, menunduk dan mengecup pipi suaminya. “Selamat pagi, suamiku.”Sebelum pagi itu terlal

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM130

    Lampu-lampu temaram berpendar lembut, memantul di dinding yang kini berwarna pastel muda, menyatu dengan aroma mawar dan lavender yang menyelinap dari sudut ruangan. Di langit-langit kaca, bintang-bintang tampak malu-malu menyapa. Cahaya bulan jatuh samar ke atas ranjang besar berkanopi, di mana Aura dan Rey baru saja berbaring untuk pertama kalinya sejak ruangan itu diubah.Aura mengusap seprai halus di bawahnya, meraba permukaannya yang wangi dan sejuk. Matanya bergerak ke arah dinding yang dipenuhi kolase foto mereka, beberapa momen kecil yang tak pernah ia duga direkam Rey diam-diam. Ia tersenyum lirih.“Ini ruangan paling gila yang pernah aku lihat,” bisiknya sambil menoleh ke Rey yang duduk bersandar di sandaran ranjang, masih dengan kemeja tidur tipis dan rambut acak yang membuatnya terlihat jauh lebih muda.Rey menoleh padanya, menyentuh ujung rambut Aura yang tergerai di bantal. “Gila karena terlalu manis, atau terlalu penuh kamu?”Aura tertawa kecil, lalu menggenggam tangan

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM129

    Langit di luar mulai berganti warna. Senja menyusup lembut melalui kaca jendela, mewarnai meja tempat Aura duduk dengan Jessy dan Ricko. Cangkir-cangkir kopi yang mulai menghangat, bercampur dengan aroma vanilla dari pastry yang belum sempat disentuh.“Aku masih nggak bisa percaya si Clarissa bisa setega itu,” gumam Jessy sambil menekuk alisnya, menatap Aura dengan prihatin. “Dia hampir berhasil merusak semuanya, Aura. Termasuk kepercayaan lo ke Rey.”Aura menunduk. “Iya … aku tahu,” jawabnya pelan. “Dan yang paling menyakitkan, dia salah gunain kepercayaan sahabatnya sendiri, Manda, buat kepentingannya sendiri.”Ricko mendengus. “Kita masih belum bisa buktiin seratus persen, tapi dari data yang gue dapet, nama Manda memang muncul di rekam medis asli dari klinik itu. Clarissa cuma jadi topeng. Cerdas sih. Tapi jijik kan.”Aura menatap kosong cangkir kopinya. “Kalau itu benar, berarti Clarissa nggak pernah hamil. Dia cuma numpang dosa buat nut

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM128

    Langit mendung menggantung rendah di atas Lapas Perempuan Kelas I. Udara terasa pengap, bukan hanya karena cuaca, tapi juga karena suasana gelap yang tak kasat mata yang tumbuh dan mengendap dalam dinding tebal lembaga pemasyarakatan itu.Clarissa turun dari mobil hitam dengan kaca gelap. Langkahnya anggun tapi tegas. Mantel panjang warna pasir membalut tubuhnya, sepatu hak tingginya mengetuk lantai beton dengan bunyi yang menggetarkan.Ia memberikan identitas, dan sipir yang menyambutnya hanya mengangguk, sebelum mengantar dengan ekspresi ragu.“Dia ... sedang tidak stabil,” gumam sipir wanita bertubuh kekar itu sambil menekan tombol pembuka gerbang dalam.Clarissa tidak menjawab. Wajahnya tetap datar, hanya bulu matanya yang berkedip lambat saat sipir melanjutkan dengan nada memperingatkan.“Kami sudah isolasi dia dari sel utama. Ada indikasi gangguan kejiwaan. Sering berkelahi. Minggu lalu kakinya patah dipukul narapidana lain. Tapi ... dia bilang seseorang bernama Maureen yang mel

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM127

    Suara shower masih mengalun lembut dari kamar mandi utama. Uap tipis menyusup dari celah pintu yang terbuka sedikit, seperti tirai rahasia yang menyamarkan kegalauan di dalamnya.Aura berdiri di dapur, sendok kayu di tangannya menggantung di atas adonan pancake. Tapi pikirannya jauh, melayang, bukan pada sarapan atau ulang tahun yang baru berlalu, melainkan pada dua garis merah yang kembali muncul pagi ini. Bahkan di lima test pack yang berbeda.Ia tidak yakin apakah tangannya gemetar karena rasa mual yang membuncah dari perutnya ... atau karena ketakutan yang tak kunjung reda.Kalau Rey tahu … bagaimana reaksinya? Apa dia akan merasa dijebak, seperti dengan Clarissa? Apa dia akan menganggapku serendah itu?Ia berlari cepat-cepat, tangannya menutupi mulutnya. Seolah dengan melakukan itu, ia dapat menahan gejolak di dalam perutnya. Aura menghela napas pelan, membasuh mulutnya, lalu memandangi pantulan dirinya di cermin. Wajah pucat. Mata sembab. Bibirnya menggigil, menyembunyikan raha

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM126

    Pagi itu sunyi, hanya suara lembut angin dari AC yang terdengar. Cahaya matahari belum sepenuhnya menembus gorden tebal penthouse mereka, tapi Aura sudah bangun lebih dulu dari Rey. Ia bangkit pelan dari ranjang, berjinjit tanpa suara agar tak membangunkannya.Di genggamannya ada kantong plastik kecil berisi beberapa test pack dari apotek. Ia sengaja membelinya kemarin, diam-diam, tanpa sepengetahuan siapapun. Bukan karena ia tak percaya hasil tes kemarin, tapi karena ada satu bagian dalam dirinya yang masih ingin menyangkal. Masih berharap semuanya hanya kesalahan. Mungkin dari hormon atau stres beberapa waktu terakhir. Aura masuk ke kamar mandi dan mengunci pintunya. Jemarinya sedikit gemetar saat membuka satu per satu bungkus test pack, meletakkannya berderet di tepi wastafel marmer. Lima buah. Semuanya berbeda merek. Kali ini ia ingin benar-benar yakin, tanpa celah untuk ragu lagi.Degup jantungnya semakin cepat.Satu persatu alat itu ia gunakan sesuai instruksi, dan meletakkanny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status