Share

Kamar Baru

Penulis: NomNom69
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-12 09:58:24

Malam itu udara terasa lembab. Jam di pergelangan tangan Raga menunjukkan pukul sembilan tepat ketika ia melangkah melewati gerbang kecil menuju rumah di belakang kosan — rumah Tante Maya.

Lampu teras menyala redup, menimbulkan bayangan panjang di lantai keramik yang dingin.

Begitu pintu terbuka, suara langkah halus terdengar dari arah kamar dalam. Tante Maya muncul perlahan, hanya mengenakan daster pendek berwarna pastel yang membentuk lekuk tubuhnya.

Raga refleks menelan ludah, sedikit tertegun — bukan karena niat, tapi karena pemandangan itu terasa asing baginya.

“Oh, Raga udah pulang,” ucap Tante Maya, suaranya lembut tapi nadanya pelan, seolah menahan sesuatu.

“Iya, Tan. Baru kelar beberes di kos,” jawab Raga cepat, berusaha terlihat biasa.

Tante Maya berjalan mendekat, langkahnya pelan di lantai.

“Udah malam, kamu mandi dulu aja ya. Abis itu istirahat. Kamar kamu udah Tante siapin.”

“Iya, Tan,” jawab Raga sambil mengangguk, menatap lantai untuk menutupi rasa canggungnya.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah Liar Penghuni Kos Puteri   Gita, Kekhawatiran Rani

    Kamar hotel mewah itu sunyi, hanya diterangi lampu samping ranjang yang remang. Gita berbaring di atas seprai putih bersih, tubuhnya telanjang dan sepenuhnya pasrah. Om Bowo berdiri sejenak di tepi ranjang, menatap Gita dengan pandangan dominan sebelum naik ke atas. Om Bowo tidak membuang waktu. Ia menghimpit Gita dengan tubuhnya, menarik dagu Gita untuk sebuah ciuman yang kasar dan menuntut. Gita mengikuti ciuman itu, tangannya hanya tergeletak di samping tubuh. "Kamu siap kan, Sayang?" tanya Om Bowo, suaranya berat dan bernada perintah. Gita mengangguk pelan. Kepatuhan totalnya adalah yang Om Bowo inginkan. "Aku milik Om malam ini." "Bagus. Nikmati." "Iya Om." Om Bowo segera memasuki Gita dengan hentakan yang kuat dan mendominasi. Gita tersentak hebat, seluruh tubuhnya menegang sesaat karena desakan yang mendadak itu. Ia mencengkeram seprai, sebuah reaksi naluriah. Om Bowo memimpin ritme, bergerak dengan kecepatan dan kedalaman sesuai keinginannya. Gita berusaha menyamakan na

  • Gairah Liar Penghuni Kos Puteri   Rani Murung

    Pagi itu udara masih lembap setelah semalam turun gerimis. Raga sudah berdiri di halaman kos, menyapu daun-daun jambu yang berjatuhan di bawah pohon. Suasana tenang, hanya sesekali terdengar suara motor lewat di depan gang. Di tengah aktivitasnya, ponselnya bergetar di saku. Ia mengambilnya, melihat nama Intan terpampang di layar. Raga sempat mengernyit, sedikit heran karena Intan jarang menghubunginya sepagi ini. > “Halo, Tan?” ucap Raga sambil menyandarkan sapu di pagar. “Rag, Arman barusan WA aku,” suara Intan terdengar agak pelan tapi cemas. “Pesannya biasa aja, kayak gak terjadi apa-apa. Tapi dia bilang, waktu itu aku tiba-tiba pergi pas dia ke toilet.” Raga diam sesaat, mencoba mencerna. Ia menatap tanah di depannya yang sudah bersih tapi pikirannya mulai kusut. > “Terus kamu bales apa?” tanyanya hati-hati. “Belum,” jawab Intan cepat. “Aku takut salah ngomong, takut dia curiga.” Raga menarik napas dalam-dalam. Sudah ia duga Arman bakal muncul lagi. > “Gini aja, T

  • Gairah Liar Penghuni Kos Puteri   Imas & Gita

    Satu minggu sudah berlalu sejak malam penuh kekacauan itu. Raga kembali menjalani hari-harinya seperti biasa, menjadi penjaga kos yang selalu bangun paling pagi, menyapu halaman, dan memeriksa setiap sudut bangunan. Sekilas, semuanya tampak normal lagi. Tapi dalam dirinya, banyak hal yang belum benar-benar tenang. --- Pagi itu, setelah selesai menyiram tanaman, Raga duduk di teras rumah sambil menikmati kopi hangat buatan Tante Maya. Wanita itu datang membawa roti dan duduk di sebelahnya, mengenakan daster lembut dengan rambut dikuncir seadanya. Mereka tampak akrab, bahkan terlalu akrab untuk sekadar pemilik rumah dan penjaga kos. “Kamu capek gak kerja terus?” tanya Tante Maya lembut. “Enggak kok, Tan. Udah biasa,” jawab Raga sambil tersenyum. “Kalo capek, bilang aja ya. Tante bisa bantu kok." “Hehe, iya, Tante. Aman kok.” “Apa mau Tante bantu urusan kamar?" tanya Tante Maya dengan nada menggoda. “Ah, bisa aja Tante, kalo itu gak usah di tanya,” kata Raga sambil terkekeh,

  • Gairah Liar Penghuni Kos Puteri   Bima & Andre

    Ponsel Imas yang tergeletak di meja bergetar, lalu berdering pelan. Layar menyala menampilkan satu nama yang langsung membuat dada Raga sedikit menegang — Arman.Raga melirik sekilas, pura-pura santai padahal pikirannya langsung berputar.Kenapa Arman nelpon Imas malam-malam gini? batinnya.Imas yang masih bersandar di sofa bersama Raga, menghela napas pelan, lalu meraih ponselnya. Musik dari speaker berhenti ketika ia menekan tombol jawab.> “Halo… iya…”“Oke… siap…”Nada suaranya terdengar datar, tapi Raga bisa menangkap perubahan kecil di ekspresi wajahnya. Ada sesuatu yang Imas sembunyikan.Begitu panggilan berakhir, Imas menoleh ke Raga sambil tersenyum tipis. “Temenku nelpon, Mas. Ada kerjaan sedikit.”Raga mengangguk pelan, berusaha tidak menampakkan rasa curiganya.“Oh, gitu ya. Yaudah, aku juga sekalian pulang deh.”Imas lalu berdiri, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, dan mulai mengenakan kembali bajunya. Gerakannya cepat tapi terlihat gugup.Raga ikut berdiri, me

  • Gairah Liar Penghuni Kos Puteri   Karoke Imas & Raga

    suasana di depan gedung karaoke masih sepi. Hanya lampu neon yang berkedip di atas pintu dan beberapa kendaraan yang melintas sesekali. Di bawah cahaya redup itu, Arman berdiri sambil menempelkan ponsel ke telinganya, wajahnya tampak tegang. > “Bos, sorry... barang yang lu minta gak bisa malam ini,” katanya dengan nada menahan cemas. Suara di seberang terdengar berat dan dingin. > “Ah, gimana sih lu, Man? Jangan buat klien kita nunggu lama. Lu pikir mereka bisa sabar terus?” Arman menatap sekeliling, memastikan gak ada yang dengar. > “Tadi tuh barang udah siap angkut, Bos. Gue cuma tinggal bentar, kencing doang, eh pas balik udah ngilang.” > “Lu gimana sih!?” bentak suara di ponsel. “Kalo sampe ketahuan orang bisa bahaya, ngerti gak!? Ini bukan urusan kecil, Man!” Arman menelan ludah, wajahnya memucat. > “Iya, iya, gue ngerti, Bos. Tenang aja. Nanti gue cari penggantinya. Gak bakal gagal lagi.” Suara di seberang diam beberapa detik, hanya terdengar tarikan napas pa

  • Gairah Liar Penghuni Kos Puteri   Intan Sadar

    Kurang lebih satu jam Raga menemani Intan yang masih pingsan di rumahnya. Ia duduk di kursi dekat ranjang, memperhatikan Intan yang masih lemah dengan wajah cemas. Beberapa kali Raga mengganti handuk dingin di dahi Intan, memastikan suhu tubuhnya stabil. > “Ayo bangun, Tan…” bisiknya pelan sambil menatap wajah Intan yang mulai menunjukkan gerakan kecil. Perlahan, kelopak mata Intan terbuka. Ia menatap langit-langit kamar dengan pandangan buram, lalu mengerjap beberapa kali. Raga langsung berdiri, mendekat. “Intan? kamu sadar?” suara Raga terdengar lega. Intan menoleh pelan, ekspresinya bingung. “Raga… ini di mana? kok aku di rumah?” tanyanya lirih sambil berusaha duduk. Raga segera menahan bahunya agar tidak memaksa. “Jangan dulu bangun, kamu baru sadar,” ucapnya lembut. Intan menatap Raga lama, masih mencoba memahami keadaan. “Bukannya aku di karaoke... terus kok tiba-tiba... Aku bisa sampai di rumah?” Raga menarik napas panjang, lalu menceritakan semuanya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status