Share

Aib Keluarga

“Apa yang kalian bicarakan?”

Vella dan Deon menoleh ke sumber suara. Mereka terkejut melihat kedatangan laki-laki yang merupakan ayah kandung Vella. Tubuh Vella mendadak kaku.

Kecerobohan Vella lupa tidak mengunci pintu mengantarnya pada kemarahan sang ayah. Wanita itu bersembunyi di balik tubuh kekar Deon. Ia tidak berani berhadapan langsung dengan pria itu.

Deon berusaha melindungi tunangannya dari amukan Adnan. Vella sering bercerita mengenai siksaan yang dilayangkan pria itu. Namun, Deon baru melihat betapa buruknya pola didik dari Adnan saat ini.

“Plak!”

Adnan tak mempedulikan larangan dari calon menantunya. Ia tidak mungkin salah dengar. Putrinya telah melakukan kesalahan besar.

Pukulan Adnan terus membabi buta. Ia tak mempedulikan bahwa Vella adalah darah dagingnya. Tak cukup dengan sekali tamparan, Adnan kembali menampar pipi anaknya. Pria itu sudah dikuasai oleh bisikan setan.

Rambut Vella dijambak oleh ayahnya hingga kepalanya menengadah ke atas. Vella tahu jika dirinya telah merusak nama baik keluarga. Tidak ada yang bisa menghentikan kekerasan yang dilakukan Adnan kecuali kakaknya. Sayangnya saudara laki-lakinya sedang menempuh pendidikan di luar negeri.

“Ampun, Pa ...,” Vella memohon ampunan dari ayahnya agar tidak memperlakukannya dengan secara kasar.

Kini Vella terlihat menyedihkan di mata Deon. Penyiksaan yang dialaminya tidak pantas disaksikan oleh orang lain. Vella tidak mau dikasihani.

“Om, sudah. Tolong jangan sakiti, Vella.” Deon melerai Adnan yang berusaha untuk memukul Vella.

Vella menghamburkan diri ke pelukan Deon. Mentalnya terguncang ditambah lagi pukulan demi pukulan yang menghantamnya. Keluarga yang seharusnya menjadi penguat baginya malah seperti hidup berdampingan di neraka.

“Apa belum puas kamu buat masalah melulu? Aku tidak sudi menyebutmu sebagai anak. Sejak kapan kamu menekuni profesi murahan itu, Vel?!”

Berulangkali Vella mendengar ucapan yang menyakitkan. Ayahnya sendiri bahkan tega menuduhnya sebagai kupu-kupu malam. Vella tumbuh di keluarga yang berlatar belakang buruk. Sejak kecil ia tak pernah mendapat kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuanya.

Perempuan itu tidak keberatan jika dianggap sebagai biang masalah. Akan tetapi, ketika menyangkut harga diri. Ia akan marah, masih banyak pekerjaan yang lebih baik. Tidak mungkin ia memilih jalan instan demi meraup keuntungan.

“Apa papa tahu kalau aku di perkosa? Aku dilecehkan dan tidak bisa kabur. Papa di mana saat aku butuh dukungan? Asal papa tahu aku menyesal dilahirkan ke dunia ini,”

Kehidupan yang memilukan bagi seorang anak yang tidak diharapkan kehadirannya. Vella tidak tahu letak kesalahannya hingga ayahnya begitu membencinya.

Cara Adnan memperlakukan Vella layaknya bertindak keji pada hewan. Bahkan manusia yang punya hati nurani tidak akan mau menyakiti makhluk hidup. Rupanya pemikiran itu tidak berlaku bagi Adnan.

“Dasar anak kurang ajar! Papa malu punya anak kayak kamu,” hardik Adnan.

“Kalau papa malu, kenapa tidak bunuh aku saja?” tantang Vella.

Ucapan Vella tidak dapat dibenarkan. Wanita itu berani meninggikan nada bicara pada orang yang lebih tua. Selama ini ia selalu diam saja ketika mendapat bentuk kekerasan fisik dari ayahnya. Vella tertawa sumbang di akhir kalimat yang ia ucapkan.

Tawa kekecewaan yang ditunjukkan Vella menunjukkan rasa sakit yang luar biasa. Air matanya mengering, lelah dengan keadaan yang membuat psikisnya terserang.

Vella tidak main-main dengan ucapannya. Ia siap mengakhiri hidupnya di tangan ayahnya. Jika kepergiaannya bisa menjadikan keluarganya damai. Maka, ia tidak akan keberatan. Kehadirannya tidak diharapkan, jadi untuk apa bertahan?

“Tarik kata-kata kamu!”

Adnan pergi begitu saja meninggalkan Vella dan Deon. Sementara Deon masih terkejut akan keinginan Vella untuk mengakhiri hidup. Membayangkan hari-harinya tanpa ada wanita itu disampingnya akan terasa lebih menyakitkan.

Wanita itu mengadu pada Deon. Vella tidak bisa bertahan jika keluarganya ikut memojokkannya. Rumah yang dijadikan sandaran tidak ada lagi.

***

“Sekarang jelasin! Siapa wanita itu, Gha? Jawab, jangan diam saja!” cecar Alice.

Menyangkut kesucian perempuan yang sudah direnggut oleh adiknya sendiri. Alice siap menghukum Regha tanpa mempedulikan ikatan tali persaudaraan mereka.

Regha dan Alice sudah sampai rumah. Semenjak menikah dan mempunyai anak, Alice tidak serumah lagi dengan adiknya. Namun, hampir setiap hari wanita itu menyempatkan waktunya untuk mengunjungi Regha.

“Vella, perempuan yang pernah aku ceritakan dulu,” ucap Regha.

Vella pernah menjadi topik pembicaraan antara Regha dan Alice. Regha pernah bercerita tentang wanita itu pada kakaknya. Perihal pengkhianatan Vella yang menyisakan rasa sesak di dada.

Sejak saat itu Regha kerap murung dan menyiksa diri. Perasaan yang tak terbalas menjadikannya buta arah hingga menghalalkan segala cara. Dendamnya sudah terbalaskan. Seharusnya ia senang karena rencananya telah berhasil.

Perasaan bersalah justru menyelimuti Regha. Ia sudah mengambil kesucian wanita yang ia kira sudah tidak suci lagi. Artinya ia orang pertama yang mencicipi kemolekan tubuh Vella. Semenjak kejadian itu bahkan ia tidak ada niatan untuk menghubungi Vella. Tak terbesit itikad baik untuk meminta maaf.

Ada rasa penyesalan, namun enggan meminta maaf. Pembalasan dendam telah terbayar tuntas. Semua sudah impas dan inilah yang diinginkan Regha.

“Perbuatanmu itu keterlaluan, Gha. Aku heran kenapa papa mempercayakan perusahaan padamu. Kamu boleh benci sama perempuan itu. Tapi, jangan mengambil harta paling berharga miliknya, bodoh!” maki Alice sambil menoyor kepala adiknya.

Regha bukan anak kecil lagi yang harus diawasi. Sedikit saja Alice lengah adiknya akan berulah lagi. Seperti saat ini ia kecolongan dalam mengawasi gerak-gerik Regha. Dari dulu pria itu tidak mau berubah dan sekarang bertambah parah.

Alice tidak peduli jika perkataannya menyakiti adiknya. Dengan cara begini ia harap Regha mau berubah dan mengakui kesalahannya. Alice tidak bisa mengawasi Regha selama 24 jam. Ia sudah berumah tangga dan waktunya terbagi bersama keluarganya.

“Aku bosan mendengar ocehanmu, Kak. Lebih baik diam saja, jangan membuat kepalaku semakin pusing,” protes Regha.

Kesal, itulah yang dirasakan Alice saat ini. Regha benar-benar adik yang tidak tahu diri. Alice mengomel pun demi kebaikan pria itu.

Tak ada cara lain. Alice mengambil ponselnya lalu mencari nama ayahnya. Ia tidak sesabar itu dalam menghadapi Regha.

Melihat Alice yang mengambil ancang-ancang demikian membuat Regha panik. Ia merampas ponsel milik kakaknya dan memperingatkan untuk tidak bertindak gegabah. Regha tidak mau terlibat masalah dengan ayahnya lagi.

Kehidupan Regha sudah sangat sempurna dari sisi ekonomi. Semua keinginannya selalu dituruti. Namun, akibat kebiasaan itu Regha menjadi sosok yang suka bertindak semaunya karena terlalu dimanjakan.

Alice mengambil kembali ponselnya dari genggaman adiknya. Gertakannya berhasil membuat Regha terdiam seribu bahasa dan tidak melawan lagi padanya. Regha paling takut jika sudah melibatkan orang tua, meskipun terkenal nakal. Pria itu tetap memiliki sisi lemah.

“Temui perempuan itu sekarang!” perintah Alice tak mau dibantah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status