Share

Dendam Terbalaskan

“Regha,” ucap Vella lirih.

Deon menanggapi dengan senyuman terpaksa. Pantas saja Vella seolah menutupi identitas sang pelaku. Sahabat sekaligus musuh bebuyutannya lah yang menjadi duri dalam hubungannya bersama Vella.

Pria itu menggali informasi atas kejadian yang menimpa Vella. Berkaitan dengan Vella sama saja berurusan dengannya.

Vella tidak bisa menghindar dari paksaan Deon. Semakin ia diam, semakin bertambah pula kemarahan pria itu. Ia menceritakan dari awal hingga akhir perbuatan bejat Regha. Tak lupa ia juga mengatakan kalau tidak tahu mengenai tempatnya bekerja adalah milik Regha.

Setelah menceritakan semuanya, Vella bukannya mendapat ketenangan malah semakin risau. Deon pergi begitu saja meninggalkannya dalam keadaan seperti ini. Ia takut Deon akan menghampiri Regha dan membuat kekacauan.

Tenaga Vella tak tersisa sama sekali. Tubuhnya terasa sangat lemas. Takutnya jika ia mengejar Deon dan ikut bersama pria itu akan memicu masalah baru. Ia harus merapikan kamarnya sebelum orang tuanya pulang. Terlambat sedikit saja, ia akan mendapat pukulan dari ayahnya karena telah membuat ulah.

Di tempat lain Regha tengah mengobrol santai dengan kakaknya. Sebenarnya, Regha tak suka dengan kedatangan wanita itu. Seenaknya masuk tanpa permisi. Sejak tadi ia berusaha mengusirnya, tetapi justru Regha yang kena omelan.

“Mau sampai kapan kamu seperti ini? Kakak lelah mengurusmu. Lebih baik kamu cari calon istri,” perintah Alice.

Lihatlah betapa bawelnya ibu satu anak ini. Regha tidak pernah menyuruh untuk dilayani layaknya anak kecil. Ia sudah dewasa dan bisa menentukan pilihan hidupnya sendiri. Tetapi, Alice selalu saja ikut campur urusannya.

Setiap kali Regha meminta Alice agar tidak mengaturnya. Wanita itu selalu beralasan demi kebaikannya dan atas perintah dari orang tuanya.

Mereka tinggal di Indonesia sedangkan ayah dan ibu menetap di luar negeri. Wajar jika Alice mengemban tanggung jawab untuk menjaga adiknya.

Bosan sekali rasanya menghadapi Alice. Regha memilih pergi meninggalkan kantor dan disusul Alice. Regha malas menanggapi omong kosong kakaknya itu. Pernikahan terkesan prestasi yang membanggakan. Jika telah tiba saatnya ia akan menyebar undangan dan tidak perlu didesak terus-menerus.

Regha baru saja melangkahkan kakinya ke luar perusahaan. Pria itu baru akan masuk ke dalam mobilnya. Akibat kurang mengantisipasi bahaya yang mengintai, ada seseorang yang menonjok wajahnya tanpa alasan yang jelas.

Sontak saja Regha terhuyung hingga perutnya mengenai bagian depan mobilnya. Alice yang melihat adiknya dipukul oleh pria tersebut tidak tinggal diam. Namun, ia mengurungkan niatnya ketika mengetahui siapa yang melancarkan pukulan pada Regha.

“See? Regha Alfarezi ternyata masih pengecut,” ejek Deon.

“Jaga ucapanmu!” Regha memperingatkan ucapan Deon yang keterlaluan.

Ejekan yang dilayangkan Deon sukses membuat Regha naik darah. Kilat api permusuhan di antara mereka begitu kentara. Keduanya merasa paling benar dari sudut pandang masing-masing.

Regha bisa saja membalas perbuatan Deon. Bukan hal yang sulit untuk membuat Deon babak belur. Akan tetapi, ia tidak bisa melakukannya di depan Alice.

Ia tidak mau Alice mengadu pada orang tuanya. Regha sudah muak mendengar nasihat setiap harinya. Seolah tidak ada kebanggaan yang ia miliki.

Deon tak gentar digertak oleh Regha. Ia menganggap pecundang itu berlindung di ketiak Alice. Deon akan membongkar semua kelakuan bejat Regha. Tak peduli jika dulunya mereka pernah berteman baik. Kalau pria itu bisa bertindak semaunya, ia juga bisa. Bahkan lebih parah dari Regha.

“Santai, aku ke sini hanya mau bilang. Jangan dekati Vella lagi, biar aku saja yang bertanggung jawab,” kata Deon.

“Bertanggung jawab apa?” sahut Alice.

Alice bingung mencerna situasi saat ini. Ia pun tahu kalau hubungan adiknya dan Deon tidak seakrab dulu. Pertemanan mereka merenggang dan ia tidak tahu penyebabnya. Setiap kali ia menanyakan kabar Deon, Regha seringkali melarangnya membicarakan hal tersebut.

Kedatangan Deon mendatangkan masalah baru. Regha menatap sengit pria itu. Vella pasti sudah bercerita pada pria itu. Sebentar lagi kelakuannya pasti akan terbongkar.

“Kak Alice yang terhormat. Adikmu yang pengecut ini telah meniduri tunanganku. Dan lebih parahnya dia meninggalkan tunanganku di pinggir jalan setelah memakainya,” jelas Deon.

Mudah bagi Deon untuk membongkar kebusukan Regha. Setelah mengatakan itu, Deon segera pergi. Ia yakin Alice tidak akan tinggal diam. Lalu akan tercipta pertikaian di antara dua saudara itu.

Regha masuk ke dalam mobil begitu saja. Semua terjadi begitu cepat. Alice kini tahu akan motif di balik dendamnya selama ini. Persahabatannya bersama Deon rusak karena memperebutkan wanita.

Mencengkram erat gagang kemudi tanpa menghiraukan pertanyaan dari Alice. Regha membawa kakaknya pergi dari tempat tersebut. Ia tidak berselera lagi untuk makan siang.

Alice kecewa pada Regha. Adiknya sudah bertindak terlalu jauh. Ia mempunyai anak perempuan yang dijaganya dengan erat. Alice tentu akan marah besar jika mendengar kabar kurang baik yang menimpa wanita.

Kenakalan Regha tidak dapat ditolerir. Pria itu harus bertanggung jawab dan Alice tidak akan membiarkan Regha lepas. Alice sangat khawatir akan psikis wanita yang dijadikan alat pemuas oleh adiknya. Nalurinya sebagai seorang ibu muncul. Menjaga anak perempuan bukanlah hal yang mudah. Ia bisa berpikir seperti itu lantaran anaknya juga perempuan.

Pergaulan Regha sudah keluar jalur. Didikan Alice selama ini seolah angina lewat. Tidak digubris sama sekali. Terkesan disepelekan sehingga menghancurkan nama baik keluarga. Alice tidak bisa membayangkan hukuman yang akan diterima Regha jika orang tuanya tahu.

***

“Untuk apa kamu ke sini lagi?” tanya Vella.

Merasa ada yang mengetuk pintu. Lantas Vella membuka pintu kamarnya, melihat siapa yang datang. Vella sudah selesai membereskan kekacauan yang disebabkan oleh Deon. Pria itu kembali setelah pergi meninggalkannya tadi.

“Aku sudah membuat perhitungan dengan Regha,” ucap Deon.

Ia sudah bisa menebak kepergian Deon untuk menemui Regha. Vella lelah harus menanggapi seperti apa. Semua bentuk upaya dukungan dari Deon tidak bisa mengembalikan kesuciannya. Vella tetaplah wanita kotor yang tidak pantas diperjuangkan.

Dengan pintu sedikit terbuka, Deon mengajak Vella untuk duduk di kasur. Ia mencoba menenangkan batin tunangannya yang tengah terguncang. Sebenarnya, tak hanya Vella yang merasakan rasa sakit. Deon juga merasakan hal yang sama.

Vella meraung meratapi nasibnya. Ia terus mencaci maki dirinya sendiri. Bersuara bahwa ia bukan wanita yang baik untuk Deon. Vella menyuruh Deon pergi dari hidupnya.

Tak tahan dengan sikap Vella yang terus menyalahkan diri sendiri. Deon memeluk erat wanita itu dari belakang. Ia menghiraukan Vella yang mencoba mengelak dari pelukannya.

Di luar sana Regha pasti tersenyum puas setelah berhasil merenggut masa depan Vella. Saat ini Vella tidak bisa berpikir jernih.

“Kalau nanti aku hamil, tapi bukan anak kamu gimana?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status