Home / Romansa / Gairah Menantang di Rumah Mertua / Chapter 42 | Pelukan Hangat di Apartemen

Share

Chapter 42 | Pelukan Hangat di Apartemen

last update Last Updated: 2025-10-29 21:03:43

Selina mencoba memutar ingatannya.

Jas hitam seperti itu bukan hal langka, semua orang memilikinya, bahkan Giovanni dan Dusan pun punya lebih dari satu, tapi ada sesuatu pada pria di foto itu. Sikapnya, posturnya, atau cara berdirinya … lebih tepatnya, Selina seperti pernah melihatnya.

Namun, entah dimana, dan entah kapan … ia juga tidak yakin.

Selina mencoba itu menatap layar lebih lama, berharap otaknya memberi petunjuk, secuil nama, atau momen yang bisa dihubungkan. Sayangnya, tidak ada satupun wajah dalam ingatannya yang cocok dengan pria di gambar yang dikirim adiknya itu.

Hingga waktu berlalu, suara sopir taksi online membuyarkan lamunannya. “Sudah sampai titik tujuan, Bu.”

Wanita berambut panjang itu mendongak, lalu merogoh tasnya dan menarik selembar uang kertas merah.

“Ini tip buat Bapak, ya,” katanya sambil tersenyum singkat sebelum membuka pintu dan turun dari mobil.

Langit tidak terlalu cerah pagi itu. Awan kelabu menggantung rendah, dan butiran air mulai turun, membasahi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah Menantang di Rumah Mertua   Chapter 52 | Kalian Sedang Apa?

    Dusan terus berjalan membawa Selina menuju sebuah kamar tamu yang hanya dipakai jika ada tamu atau kerabat yang menginap. Pintu tertutup, Selina diturunkan pada sebuah ranjang bersprei putih. “Papa mau bicara apa? Kenapa nggak bicara di luar aja? Gimana kalau Gio sama Mama tahu?”Dusan tidak langsung menjawab. Ia duduk di samping Selina, lalu meraih tangan putrinya yang saling bertaut di pangkuan. “Nggak usah panik,” katanya lembut. “Papa cuma mau kasih ini.”Pria itu mencondongkan tubuh sedikit, meraih sebuah paper bag hitam di dekat bantal.“Kamu susah dihubungi seharian ini,” ujar pria itu pelan. Kemudian menyerahkan dua kotak hitam pada Selina. “Jadi Papa ambil dua-duanya.”Selina menerima paper bag itu tanpa bicara. Saat dibuka, ia menemukan dua box parfum dengan merek berbeda, tapi sama-sama beraroma lavender. “Suka?” tanya Dusan lagi.Selina mendongak, kemudian menerbitkan senyum sekilas sebelum mengecup pipi Dusan. “Asal wangi lavender, Selina pasti suka. Terima kasih, Pa.”

  • Gairah Menantang di Rumah Mertua   Chapter 51 | Hasutan Ibu Mertua

    Fokus Selina terbagi. Di satu sisi, ia ingin memastikan Gracie baik-baik saja. Di sisi lain, ia harus tetap menenangkan Giovanni agar tidak curiga.“Selina? Ada masalah, Sayang?”Suara bariton Giovanni kembali terdengar saat Selina tak juga menjawab. Nada suaminya terdengar tenang, tapi Selina tahu pria itu mulai khawatir.Ia berdehem beberapa kali, mencoba menetralkan gugup yang terasa di tenggorokannya. “Enggak, Sayang. Nggak ada masalah. Itu tadi salah satu karyawanku terlambat makan, asam lambungnya naik. Jadi, aku kayaknya pulang telat karena harus antar dulu ke rumah sakit.”“Memangnya Shifa di mana? Kenapa nggak minta dia buat antar?” tanya Giovanni lagi.“Shifa lagi cuti, Sayang,” jawab Selina pelan. Ia menarik napas sebelum melanjutkan, “Lagipula, tadi dia kerja sama aku dari siang sampai petang. Kalau aku minta dia periksa sendiri, kelihatannya aku nggak tanggung jawab, kan?”“Hm, rupanya begitu.” Nada suara Giovanni merendah. Selina tahu, suaminya berusaha memahami meski ter

  • Gairah Menantang di Rumah Mertua   Chapter 50 | Tidak Tertarik Pada Perempuan?

    “Katakan saja, siapa tahu rumor itu berguna.” Selina menjawab tanpa keraguan sedikitpun. Sejak awal, Selina memang tidak pernah main-main dengan keputusannya. Selagi bisa melancarkan segala aksinya, ia akan menempuh jalan apapun.Ersa kembali meluncurkan napas panjang. "Aku sendiri nggak yakin rumor ini bisa dipercaya atau nggak, karena sampai sekarang itu cuma gossip para perawat.” Selina tidak mengalihkan pandangan. Ia baru bergerak ketika meraih botol air mineral kecil di meja tamu, tutupnya berbunyi klik ketika ia buka. “Masalah bukti bisa dicari belakangan,” ujarnya santai sebelum meneguk air.Ersa ikut mencondongkan tubuh ke depan. Nadanya merendah, seolah ada kamera gosip yang mengintai. “Aku cuma dengar dari beberapa senior, kalau adik iparmu itu…” Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan suara lebih pelan. “Nggak tertarik sama perempuan.”Uhuk!Air mendadak menggelincir salah arah di tenggorokan Selina. Ia buru-buru menunduk, batuk kecil, menutup mulut dengan punggung t

  • Gairah Menantang di Rumah Mertua   Chapter 49 | Rumor Tentang Adik Ipar

    Selina cepat mendekat, ia duduk di tepi ranjang, mengusap pelan punggung adiknya yang dingin. Melihat adiknya begitu tak berdaya, rasanya dunia Selina ikut terbalik. "Kenapa bisa begini? Kamu sudah minum obat?" Telunjuk Selina bergerak pelan merapikan rambut adiknya yang berantakan.Gracie tidak menjawab hanya menggeleng pelan, kedua tangannya menekan perutnya sendiri seolah menahan rasa sakit di sana.Selina cepat meraih ponsel dan menekan nomor Ersa dengan tangan yang sedikit gemetar. Terlalu cepat membuatnya salah menekan ikon panggilan video. Untungnya, tak sampai sepuluh detik, panggilan itu terhubung. “Ada apa, Selina?” suara Ersa terdengar berat di tengah bising mobil. Ia menatap layar, tangannya berhenti merapikan lipstik. “Kalau soal tes DNA, masih dalam proses.”"Aku nggak nanya soal itu. Kamu sekarang dimana?" "Aku baru saja sampai rumah. Baru pulang praktek,” jawab Ersa lalu memasukkan lipstiknya dalam sebuah pouch berwarna biru muda. Namun, menyadari ekspresi dan suar

  • Gairah Menantang di Rumah Mertua   Chapter 48 | Andai Saja

    Wajah tenang Selina tidak menunjukkan perubahan, tetapi jemarinya tak berhenti mengetuk layar ponsel, seperti waktu berjalan lebih lambat dan napasnya ikut gelisah.Selina bergegas mengetik balasan. [Sayang, maaf Kakak baru balas. Kakak nggak dengar panggilan.][Sekarang bagaimana keadaanmu? Sudah periksa belum?]Menit-menit berlalu tanpa balasan. Selina akhirnya mencoba menelepon, tapi sambungan tidak pernah terhubung, seakan ponsel Gracie lenyap dari jaringan.Takut terjadi apa-apa pada adiknya, perempuan itu menaruh ponselnya kembali ke dalam tas. Saat melangkah, mata Selina terpaku pada sudut ruangan. Tidak ada kamera di sana. Bahkan koridor menuju toilet pun bersih tanpa satu pun titik pengawas.Wajar kalau Dusan bisa keluar masuk dengan santai tanpa khawatir sedikitpun.Secepat kilat, Selina kembali ke ruang tunggu. Dusan dan Marissa sudah tidak di sana, hanya Giovanni yang duduk sambil menatap layar ponselnya.Ketukan ujung sepatu Selina membuat pria itu mendongak. “Sayang, su

  • Gairah Menantang di Rumah Mertua   Chapter 47 | Menuntut Penjelasan

    Rasanya Selina baru saja memejamkan mata, tetapi alarm ponselnya sudah berbunyi tanda hari sudah berganti.Dan, tepat seperti yang dikatakan Giovanni semalam, Selina akhirnya tiba di bandara. Lounge premium itu tidak hanya diperuntukkan bagi penumpang yang baru tiba. Keluarga atau pihak penjemput bisa masuk selama memiliki akses khusus. Tidak heran tempat itu terasa sepi, hanya dihuni segelintir orang berkantong tebal yang lebih memilih menunggu di ruangan eksklusif ketimbang berdesakan di luar.Sudah tidak terhitung beberapa kali Selina melirik arloji yang melingkar di tangannya. Jam Sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih tetapi adik Giovanni itu belum menampakkan batang hidungnya. Tak jauh dari Selina, Dusan dan Marissa duduk di kursi tunggu. Saling bertukar geming dan berselancar dengan gawai masing-masing. Sesekali, Marissa mengajak bicara suaminya, meminta pendapat bagaimana barang yang ia temukan dalam iklan sosial media. Sementara Giovanni sejak tadi sibuk bertelepon dengan s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status