Share

2. My hero

Author: Tari suhendri
last update Last Updated: 2023-11-30 14:24:01

Aku berdiri di depan pintu rumahku sambil melambai pada James. Menggeleng kuat untuk menghilangkan pengaruh hipnotis yang membuatku seperti kerasukan. Merasa nyaman bersama pria yang baru saja aku kenal, itu bukanlah diriku yang biasanya.

Saat menyadari kantong yang aku pegang berisi pakaian bersih yang aku kenakan semalam, aku langsung membuangnya di tong sampah. Berusaha membuang jauh-jauh kenangan buruk bersama Bobi.

Aku berjalan masuk ke dalam rumah dengan perasaan berbunga- bunga. Menatap diri di cermin yang terasa bukan aku. Biasanya, kaos dan celana jeans menjadi outfit andalanku sehari-hari. Melihat tubuhku dalam balutan gaun, membuatku menjadi orang yang berbeda.

Ponselku berdering, Cici memanggil...

"Halo, Ci," aku mengangkatnya di deringan pertama, Cici pasti khawatir.

"Oh syukurlah!" Cici berseru lega, "kau dari mana saja? Semalaman aku menghubungimu dan rumahmu kosong!" nah, Cici menunjukkan taringnya.

"Maaf, hapeku lowbat," jawabku beralasan. Saat bertemu nanti dia pasti meminta detailnya.

"Apa kau masuk hari ini?" tanya Cici lagi, suaranya sarat kekhawatiran.

"Mungkin besok, aku masih merasa sakit kepala,"

"Baiklah, sampai jumpa besok"

Panggilan berakhir.

***

Keesokan paginya, setelah alarmku berbunyi untuk ke tiga kalinya, aku terbangun. Hal pertama yang ku lakukan saat sudah mengumpulkan nyawaku ialah memeriksa ponsel.

Mataku membelalak seketika, saat sebuah nomor baru mengirim sebuah pesan padaku. James, dia menyebutkan namanya. Dua panggilan tidak terjawab pagi ini.

Aku mendekap ponselku dengan hati yang berbunga-bunga. Tapi lalu aku berpikir. Apakah James seorang penguntit? Pertama, dia mengetahui alamat rumahku tanpa ku beritahu. Dan hari ini, dia tau nomor ponselku? Pasti dia sudah mencurinya saat aku tidak sadarkan diri.

Fakta yang baru saja aku pikirkan itu tidak semerta-merta membuat perasaan bahagiaku menguap. Sebaliknya, hatiku menjadi cerah secerah hari itu untuk memulai hari yang baru tanpa pria menyebalkan seperti Bobi.

"Alice!" Cici memanggil saat aku baru sampai di halaman kampus.

Aku menghampiri nya yang sedang duduk bersama sinta dan lainnya. Cici meminta penjelasan saat aku menghilang kemarin malam, tapi aku mengelak dengan memberinya topik pembicaraan lain.

Aku tidak sengaja melihat iklan produk make up baru saat berselancar di internet kemarin. Brand itu merupakan merek favorit Cici. Jadilah aku terselamatkan dari jiwa yang ingin tau segalanya.

Aku tersentak saat sebuah tangan menarik ku. Temanku memekik kaget. Pelakunya sudah jelas si brengsek Bobi.

"Kita harus bicara," sergah Bobi tanpa meminta persetujuan dariku. Dia menarik tanganku menuju mobilnya.

Dengan berusaha keras aku melepaskan diri, lalu menampar wajahnya. Semua orang di sana melihat adegan itu dengan bibir membentuk huruf O.

"Kamu gila ya!" dampratku kesal. Berani sekali dia berlaku kasar terhadapku.

"Alice, itu hanya salah paham," kata Bobi berusaha menjelaskan, "kami sedang mendiskusikan bisnis."

Aku tau Bobi akan beralasan seperti itu, karena dia sudah pernah bercerita sebelumnya tentang membuka kafe baru ditempat yang lebih strategis. Tapi aku tidak sebodoh yang dia kira.

Aku menunjukkan bukti-bukti yang di dapatkan secara tidak sengaja. Entah sudah berapa kali aku melihatnya bersama tante girang. Itupun dengan tante girang yang berbeda-beda. Belum lagi, bukti chatting nya bersama wanita lain.

Dari mana aku mendapatkannya? Jelas saja teman-temannya yang mengirimkan itu padaku. Dengan harapan, mereka dapat simpatiku dan mau mempermainkan aku juga. Mereka semua buaya!

Bobi tidak dapat mengelak lagi, ketika aku menunjukkan beberapa video yang aku rekam sendiri. Bukan suatu hal yang bisa di edit, jika videonya saja masih asli.

Dengan frustasi Bobi menarik tanganku lebih kuat. Membuatku meringis kesakitan.

"Lepaskan aku Bob, lepas!" aku memberontak. Namun, sekeras apapun aku berusaha, Bobi tetaplah seorang pria.

Tiba-tiba saja seseorang meninju wajah Bobi. Pria bongsor, kekar yang aku kenali. Dia mengangkat Bobi melalui kerah bajunya. Bobi tampak kecil ketika berhadapan dengannya.

"Berani kamu sama perempuan?" James menggeram sambil menatap Bobi dengan emosi.

Aku yang baru sadar pun berlari untuk melerai mereka. Orang-orang yang tadinya hanya menonton dengan santai kini sudah berdiri dengan waspada. Beberapa ada yang berlari ke kantor.

"James!" aku berteriak dengan putus asa. Sia-sia aku menariknya, dia kuat sekali.

"Ku mohon James, ayo kita pergi dari sini. Aku akan kena masalah," kataku merengek pada James.

James melepaskan cengkeraman nya pada baju Bobi. Membuatnya jatuh terjerembab ke tanah yang basah. Jika saja dalam keadaan berbeda, aku mungkin sudah menertawai wajah Bobi.

James menarik tanganku, dan kurasakan nyeri yang luar biasa menjalari sarafku.

"Aww...aw... Sakit James!" aku meringis kesakitan.

James langsung memeriksa tanganku. Dia menoleh lagi kearah Bobi yang yang sudah berhasil menyelamatkan diri. Baguslah. Setidaknya, James terbebas dari masalah.

"Ayo, kita pergi saja dari sini," bujuk ku pada James yang sepertinya sedang mempertimbangkan sesuatu.

James melihat wajahku yang memohon. Mataku melirik ke arah koridor , dimana beberapa temanku datang bersama rektor. Aku mencoba menarik tangan James agar cepat pergi. Tapi dia malah menggendongku.

Astaga! Aku malu sekali tapi tidak bisa mengelak. Bisa kurasakan tatapan mata Cici sesaat sebelum James membawaku. Matanya bulat sempurna dengan mulut menganga, Sinta juga tidak kalah heboh mengipasi wajahnya.

"tanganku yang sakit, bukan kakiku tau!" aku menggerutu saat kami sudah dalam perjalanan.

James membawaku ke klinik terdekat. Karena aku menolak dibawa ke rumah sakit. Menurutku itu terlalu berlebihan. Setelah ditangani dokter, tanganku hanya cedera ringan. Tapi harus di perban untuk mengurangi pembengkakan dan diberi obat anti radang non steroid.

Untuk menghiburku, James membawaku ke festival makanan yang baru saja buka. Senyum sumringah ku tidak pernah pudar selama berkeliling di festival itu.

"Aku ingin semuanya," gumamku sambil mendamba samyang korea. Jika saja tidak dapat dikendalikan, air liurku sudah mengalir tanpa henti melihat banyaknya makanan dari seluruh mancanegara yang di suguhkan.

James tertawa renyah, dengan tatapan lembut sambil merapikan rambutku, "kau boleh membeli semua yang kau mau, aku yang traktir."

Tawaran James membawa angin segar untukku, tapi aku jadi semakin mencurigainya, "bagaimana kau tau aku hobi jajan, tuan James?"

James mengedikkan bahunya acuh, "hanya menebak. Aku pikir wanita akan senang jika melihat makanan"

Setelah memastikan tidak ada yang aneh dari sikapnya, aku memulai perburuan kuliner ku hari itu. Sungguh luar biasa, saat aku sedang menghemat uang jajanku ada yang menawarkan makanan gratis. Sungguh surga dunia bagiku.

James hanya duduk menunggu di meja khusus pengunjung. Sementara aku yang berkeliaran mendatangi setiap stand. James menghampiri ku yang sedang menimbang-nimbang.

"Ada apa?" tanya James lembut, tangan kanannya memeluk pinggangku. Sayangnya, jantungku berdegup tidak karuan.

"Tidak mungkin bisa mencoba semuanya sekaligus," gumamku sedih.

"Kalau begitu, bungkus saja sebagian. Atau kita bisa datang lagi besok, bagaimana?"

Saran James cukup bagus, "bungkus saja," timpalku memutuskan.

Tidak mungkin besok bisa kembali lagi, karena aku banyak tugas, mengurus toko, belum lagi ke rumah sakit. James setuju dengan apapun keputusanku. Aku sangat berterima kasih padanya.

Kami pulang ke rumahku saat hari sudah mulai sore. James tidak keberatan mampir. Dia sangat kontras dengan keadaan rumah kontrakanku yang sempit dan berantakan.

Aku meminta izin bu siti, pemilik kontrakan yang rumahnya ada di belakang rumahku. Dia mengizinkan James masuk setelah aku menyogok-nya dengan dua box makanan khas korea.

James memberikan KTP ku saat aku tengah memasukkan makanan yang kami beli tadi ke dalam kulkas. Aku mendongak bingung dengan tatapan bertanya.

"Sebenarnya kemarin aku mengambilnya dari tasmu, untuk mengetahui nama dan alamatmu. Maaf," ujar James sedikit menyesal.

Aku mengambil kartu itu sambil tersenyum menenangkannya, "tidak masalah, kau hanya berniat baik."

"Apakah kau menghampiri ku ke kampus untuk mengantarkan ini?" tanyaku penasaran setelah berpikir sebentar.

"Ya, benar,"

Jawaban itu membuatku sedikit kecewa. Pupuslah sudah harapan yang terbit dihatiku.

"Setidaknya, aku punya alasan bagus untuk menemuimu lagi," kata James menambahkan.

Aku melihatnya yang sedang duduk bersila dilantai. Wajahnya benar-benar tampan. Membuatku terpesona.

"Hei," tiba-tiba James mendekat sambil menyentuh bibirku dengan jarinya. Aku mematung.

"Bisa biarkan aku saja yang menggigiti bibirmu?" sergah James bertanya.

Aku tidak sadar sedang menggigiti bibirku. Dengan sedikit menghindar, membuat James melepaskan jarinya.

"Maaf, tapi bibirku masih suci," jawabku sok polos.

Mata James membulat terkejut. Lalu dia tersenyum mengejek, "tidak mungkin," katanya tak percaya.

"Terserah, tapi aku hanya akan memberikan tubuhku untuk suamiku kelak. Jadi jangan banyak berharap!" ucapku sedikit tersinggung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Aditiya Sr
lanjut hajar sikat
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Paman Sahabatku   116

    Aldrick yang sedang bersantai di hotelnya mendadak seperti kena serangan jantung. Berdegup kencang dengan irat kepala yang hampir putus samgking senangnya. Alice mengirimi pesan akan menemaninya menjenguk Bella yang masih di rawat dirumah sakit. Nut terheran-heran melihat tingkah anak asuhnya itu. Tidak biasanya dia bersikap kekanak-kanakan. Tapi jika menyangkut Alice, semuanya mungkin. Sesekali Nut melaporkan keadaan Aldrick pada ayahnya. Dia memang terlihat cuek, tapi sangat mengkhawatirkan keadaan putranya. Sejak kecil Aldrick ditinggal oleh ibunya yang memilih meninggalkan mereka. Cukup membuat Tuan Beufort frustasi. Karena dia sangat mencintai istrinya itu. Tapi disisi lain, dia tidak dapat menahan keinginan istrinya untuk berpulang di Alaska. Dia sudah menyiapkan kepergiannya dengan sebaik mungkin. Membuat beberapa kenangan yang akan diberikan kepada putra mereka saat dia sudah dewasa. Sayangnya, Beufort tidak dapat menemani istrinya itu karena dia menolak. "Akan terjadi

  • Gairah Paman Sahabatku   115

    Luna membuat rencana baru keesokan paginya, karena Betty kebetulan masuk shift pagi dan akan masuk di mata kuliah setelah sore hari. Alice mengosongkan semua prasangka selama berada di dekat Betty, dia tidak ingin memiliki fikiran buruk terhadapnya. Karena Betty sudah cukup banyak membantunya akhir-akhir ini. Dia hanya ingin berhati-hati saja karena Betty terlihat tidak menyukai kehadiran Luna. Alice menduga Betty cemburu, karena dia tipe orang yang posesif. Jadi sebisa mungkin dia bersikap biasa saja terhadap Luna. Berusaha menampakkan sikap kasihan karena Luna menjadi korban dan dia tidak bisa berbicara lagi. Luna sudah menunjukkan bagaimana ia dapat kabur dari penjara bawah tanah itu. Juga bagaimana kondisi selama ia dikurung disana. Berita kebakaran di sebuah pabrik kertas menjadi topik utama di televisi tiga hari terakhir. Tentu saja sudah dapat ditebak ada apa dibawah sana. Tapi tidak ada laporan terkait penemuan ruang bawah tanah pabrik kertas itu. Dalam cerita Luna, awal

  • Gairah Paman Sahabatku   110

    "ayolah sayang satu ronde lagi" "Tidak, aku sudah lelah ,james" rengek Alice menjauh. "Jangan menolak, atau " "Apa? Aku tidak takut" James mengalah, dia turun dari kasur dan memakai celana jeansnya yang berserakan di lantai. "Siapapun yang menguping di luar sana, masuk sekarang!" Bentak James kesal. Dengan gugup, Gedeon membuka pintu sedikit. Hanya tangannya saja yang masuk, memegang ponsel hitam mirip walkie talkie. James berdecak, "masuk saja Ge, apa kau mau aku yang berjalan kesana?" "Ma..maf bos, tapi aku takut nona Alice belum siap" ucap Gedeon gugup dari balik pintu yang ikut bergetar. Entah guncangan dari tawa yang ditahan atau gemetar karena takut karena ketahuan menguping. Alice berjalan mencak-mencak ke arah pintu, membukanya lebar-lebar sambil berkacak pinggang. "Apa yang kau maksud aku belum siap?" Mata Alice melotot lebar-lebar, seakan ingin menelan Gedeon bulat-bulat. Terdengar suara gelak tawa dari balik dinding, diiringi suara saling puk

  • Gairah Paman Sahabatku   114

    Keesokan paginya, Luna sudah bangun lebih dulu. Dia sudah merapikan kamar dan memasak sarapan untuk mereka bertiga. Itu salah satu bentuk terima kasihnya pada Alice yang masih mau menerimanya dan bersikap sangat baik. Betty masih cuek terhadap Luna. Dia tidak tertarik untuk mengetahui perjalanan Luna hingga sampai bertemu Alice. Pagi itu hingga siang harinya, mereka belajar bersama untuk beberapa ujian yang akan di laksanakan di akhir semester ituAlice dapat dengan mudah memahami semua pembelajaran berkat ringkasan yang dibuat oleh Argus. Dia akan berterima kasih setelah mereka selesai. Luna hanya diam memperhatikan. Terutama gerak gerik Betty yang biasa saja. Meski begitu, Luna tidak memiliki sama sekali kepercayaan padanya. Mereka sama-sama bekerja sebagai pemburu. Dan hidup dengan uang hasil menjual tangkapan mereka. Tapi Luna sudah merasakan akibat fatal dalam hidupnya. Bahkan kabar belakangan yang ia dapatkan bahwa, ayah yang membesarkannya ternyata bukanlah ayah kandungny

  • Gairah Paman Sahabatku   113

    "tidak mungkin" gumam Alice shock, Betty langsung berdiri membelakangi Alice dengan sikap defensif. Dihadapan mereka, berdiri seorang gadis berpakaian compang camping, dengan rambut gimbal dan wajah penuh noda. Dia berusaha mendekat tapi Betty mengancamnya. "Bagaimana mungkin ini bisa terjadi, Alice?" "Entahlah, dia tidak berbahaya. Ayo bawa saja dia ke dalam mobil" pinta Alice buru-buru .Ya, gadis itu adalah Luna. Dia berkeliaran dijalanan selama berhari-hari, mencoba mengingat jalan kembali ke asrama sekolahnya. Dia tidak peduli dengan keadaan fisiknya yang mulai melemah. Sampai kemarin, Luna melihat Scott melintas dan berhenti di depan restoran tempat Betty bekerja. Sepanjang hari, Luna memgawasi tempat itu. Berharap Alice akan muncul dan dia dapat bertemu dengannya langsung. Luna tidak mau mengambil resiko, jika dia meminta bantuan Scott atau Betty, dia tidak akan bertemu Alice lagi. Betty dengan enggan membawa Luna masuk kedalam mobil. Alice langsung mengemudi menuju asr

  • Gairah Paman Sahabatku   112

    Seperti biasa, menjalani hari-hari tanpa James akan terasa hambar bagi Alice. Jadi, dia berencana langsung melaksanakan perintah James untuk pergi ke asrama. Scott menawarkan bantuan untuk pindahan, tapi Alice tidak mau dekat-dekat dengannya. Merasa kesal entah karena apa. James sudah memberikan kunci mobil yang bisa dia pilih yang mana saja. Meskipun mobil itu pasti menganggur jika dia tinggal di Asrama. Berkas-berkas yang diberikannya juga ternyata berkaitan dengan beberapa tugas yang harus di kerjakannya. Alice curiga, Argus memiliki andil dalam pengerjaan tugasnya itu. Jadi Alice memutuskan akan mempelajarinya jika sudah sampai di asrama nantinya. Dengan bawaan berat dan banyak, Alice menuruni tangga lambat-lambat. Scott dan Gedeon datang tanpa meminta izin langsung mengambil barang bawaanya. "Sudah kukatakan tinggalkan aku sendiri!" gerutu Alice kesal. Tapi mereka pura-pura tidak mendengar dan membawanya saja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status