Share

Aku Tidak Memakai Pengaman

“Dia tidak akan tahu jika tidak ada di antara kita yang memberitahunya.” 

Suara serak Aaron menyentak lamunan Jessica yang tengah memikirkan scenario-skenario lain di dalam otaknya.  

Jessica tertegun, dia sudah berhenti menangis dan membalas tatapan Aaron dengan alis yang berkerut dalam. “Apa maksudmu?” 

“Jika kamu tidak ingin dia tahu, maka jangan katakan padanya tentang apa yang telah terjadi di antara kita berdua,” terang Aaron dengan lebih jelas hingga membuat Jessica benar-benar mengerti.

“Bagaimana denganmu?” Tatapan Jessica masih tertuju lurus pada Aaron, dia ingin memastikan. “Kamu juga tidak akan mengatakan apa pun padanya, kan?”

Andai saja Aland langsung menyentuhnya sejak mereka menikah, mungkin Jessica tidak akan sepusing ini. Bagaimanapun, cintanya pada Aland telah bersemi sejak dirinya berusia dua belas tahun dan telah melakukan berbagai cara untuk menarik perhatian pria idamannya yang memiliki garis hidup berbeda dengannya.

Hingga akhirnya, Jessica merasa dirinya telah diberkahi Tuhan ketika Dewa Nasib pun berpihak padanya saat Aland bersedia mengucapkan janji pernikahan padanya di hadapan Tuhan, orang tua dan tamu undangan.

Hanya saja, dia tidak tahu kenapa Aland tidak pulang sejak hari mereka menikah hingga tiga hari kemudian, pria itu pun memutuskan pergi ke Sky Hill.

Malang, begitu Aland dikabarkan kembali, Jessica malah berakhir dengan Aaron, bukan suaminya.

“Tentu saja.” Aaron mengangguk dengan penuh keyakinan, lalu lanjut berkata, “Aku tidak mungkin mengatakan padanya, kecuali jika aku ingin mati di tangannya.” 

Mendengar itu, Jessica berhenti memikirkan perjuangannya untuk mendapatkan cinta Aland di masa lalu. Dia bergedik ngeri, membayangkan jika dirinya mungkin saja akan menyusul Aaron ke alam baka jika sampai Aland tahu tentang kesalahan satu malam mereka. 

“Baiklah, aku harap ini hanya akan menjadi rahasia di antara kita berdua,” peringat Jessica pada Aaron dengan raut wajah serius, lalu melanjutkan. "Sama sepertiku, kamu juga harus menganggap kejadian semalam tidak pernah terjadi." 

Selesai berbicara seperti itu, Jessica meraih bathrobe yang teronggok di ujung ranjang dan mengenakannya. 

Di sampingnya, Aaron diam-diam tersenyum tipis, sementara matanya tak lepas dari menatap gerak-gerik Jessica.

Jessica perlahan turun dari ranjang hanya untuk memungut pakaian Aaron yang berserakkan di lantai. Kemudian, dia melemparkan pakaian tersebut ke arah pria itu sambil berkata, “Cepat pakai pakaianmu dan pergilah sebelum Aland pulang.”

Aaron memungut pakaiannya, lalu menatap Jessica dengan tatapan tidak setuju. “Biarkan aku mandi dulu.”

“Terserah jika kamu mau mandi, tapi jangan di sini!” Jessica berseru dengan tidak sabar. Dia benar-benar khawatir Aland akan segera pulang dan melihat apa yang seharusnya tidak dilihat. “Cepatlah pergi!”

Melihat tatapan dan ekspresi memaksa dari Jessica, Aaron akhirnya menghela napas pasrah sambil berkata dengan kesal. “Iya, iya, aku pergi sekarang.”

Setelah berbicara, pria itu segera berpakaian dan Jessica pun sudah berbalik dan hendak masuk ke kamar mandi. Akan tetapi, langkahnya dihentikan oleh suara berat Aaron.

“Jessi, ada yang ingin aku katakan padamu.”

“Apa lagi?” Jessica menghela napas lelah dan berbalik dengan kesal. Dia merasa Aaron terlalu bertele-tele, padahal dirinya sudah sangat berdebar hingga jantungnya seperti ingin meloncat keluar dari rongga dada hanya karena takut tertangkap basah oleh Aland. 

Ketika Jessica berbalik menghadap ke arah Aaron, dia mendapati pria itu sudah mengenakan celana, tetapi masih bertelanjang dada hingga dia kembali membelakanginya lagi. “Cepat pakai bajumu dan katakan apa yang ingin kamu katakan!” 

Aaron tahu bahwa Jessica sudah hampir kehilangan kesabarannya, jadi dia pun bergegas menuruti perintah wanita itu sebelum dirinya diamuk. 

“Aku hanya ingin mengatakan bahwa tadi malam, aku tidak memakai pengaman.” 

“Apa?!” Jessica membelalak kaget, dia bahkan sudah kembali menghadap ke arah Aaron dengan ekspresi terkejut, sebelum akhirnya memelotot dengan garang pada pria itu. “Kenapa kamu tidak memakai pengaman?” 

Detik berikutnya, ekspresi frustasi kembali melintas di wajah wanita itu.

“Apa yang terjadi di antara kita diluar predikisi dan perencanaan, jadi bagaimana mungkin aku bisa mempersiapkan pengaman?” Aaron bukanlah tipe pria yang suka bergonta-ganti wanita, jadi mana mungkin dia membawa benda sialan pencegah kehamilan itu ke mana pun dirinya pergi. “Kamu seharusnya lebih marah jika mendapati aku memakai pengaman. Karena itu berarti, aku telah merencanakannya, bukan?”

Mengabaikan omelan Aaron, Jessica memilih diam sambil memperhitungkan masa suburnya. 

‘Astaga! Bagaimana jika aku hamil?’

Kepala Jessica yang sejak awal sudah pusing, terasa semakin pusing seperti ada benang kusut tak kasap mata yang saling tarik-menarik di dalam sana.

Saat ini, Jessica merasa kepalanya seperti mau pecah.

“Jessi, jangan khawatir. Jika kamu hamil, aku pasti akan bertanggung jawab.” Seperti tahu apa yang tengah dipusingkan oleh Jessica, Aaron berbicara dengan lembut, penuh kasih dan tanpa beban.

Kata-kata Aaron berhasil menarik adrenalin Jessica sehingga wanita itu menatap penuh padanya.

Saat ini, Jessica memang agak membutuhkan kata-kata yang menenangkan seperti itu. Hanya saja, dia tidak berharap Aaron yang akan mengatakan itu.

Lagipula, dia sama sekali tidak berpikir ingin meminta pertanggungjawaban dari Aaron.

Jika di awal tadi dia memikirkan bagaimana menyembunyikan skandalnya dengan Aaron, maka kali ini dia memikirkan bagaimana cara menyembunyikan kehamilannya dari Aland, jika kesalahan indah semalam  berbuah bayi mungil di rahimnya.

Namun, tidak ingin ketakutannya menjadi nyata, Jessica buru-buru mengenyahkan pikirannya.

“Siapa yang ingin hamil anakmu?!” Seketika, tatapan Jessica tampak seperti haus darah, bahkan aura membunuh sudah menyelimutinya. “Sebaiknya kamu pergi sekarang, sebelum aku membunuhmu!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status