“Jessy, berhentilah menangis.”
Aaron yang masih berada di sisi Jessica tidak bisa berpikir dengan jernih. Bahkan, dia merasa kepalanya yang masih sakit akibat minuman semalam, hampir pecah karena suara tangisan wanita itu. Jessica memang menghentikan tangisnya, tetapi tatapan setajam silet langsung dia layangkan pada Aaron seakan ingin mencabik-cabik pria itu. “Daripada memintaku berhenti menangis, bukankah seharusnya kamu memberikan penjelasan padaku?!” Aaron terbungkam, dia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Jadi, bagaimana dia bisa memberikan penjelasan? “Aaron!” Jessica menyentak paksa Aaron dari lamunannya dan mendesak pria itu untuk menjawab rasa penasarannya. “Aku juga tidak tahu ….” “Tidak tahu?!” Jessica semakin geram, napasnya pun tampak turun-naik. “Setelah merenggut kesucianku, kamu masih bisa mengatakan tidak tahu?” Dengan tatapan penuh kebencian, wanita itu terus menatap Aaron. Jika saja dengan tatapannya dia bisa memecahkan kepala Aaron … mungkin kondisi pria di hadapannya sudah tidak lagi tertolong. Namun, dia masih bisa menahan diri dengan sedikit kewarasan yang tersisa. Bagaimanapun, dia juga bersalah karena telah salah mengenali Aland dan Aaron sehingga hanya bisa menyesali kebodohannya sendiri. ‘Ya, Tuhan … apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku harus menghadapi Aland nanti?’ Melihat kemurkaan yang bercampur dengan rasa frustasi di wajah Jessica, Aaron segera membuka mulutnya. “Hanya saja, aku ….” “Apa? Penjelasan apa yang kamu punya, Tuan Aaron?” Jessica menyela, ekspresi dan tatapannya tampak tak bersahabat. “Hari ini, Cisal Enterprise mengadakan pesta untuk menyambut kepulanganku. Sebagai Direktur Utama, tentu saja aku harus menghadirinya dan seingatku … aku membawa Katherine bersamaku.” Aaron memijat bagian tengah alisnya yang berkerut dan terasa nyeri. Dia mencoba mengingat kembali kejadian sebelum dirinya bisa berakhir di rumah kakaknya, Aland Albert, yang dihadiahkan untuk Jessica. Awalnya, beberapa kolega bisnis Aaron yang berasal dari luar dan dalam negeri mengajaknya bersulang. Namun, setelah meminum dari gelas tersebut, entah kenapa tiba-tiba kepalanya sakit hingga dia merasa sekelilingnya seperti berputar-putar. Meskipun Aaron bukan penikmat anggur, tetapi dia juga bukanlah tipe orang yang bisa tumbang hanya karena meneguk dua gelas anggur. Saat itu, Aaron tidak memiliki pemikiran apa pun yang menjerumus kepada kecurigaan. Lagipula, siapa yang harus dia curigai? Aaron pikir, itu mungkin hanya efek jet-lag biasa. Karena itu, Aaron tanpa pikir panjang meminta Katherine yang merupakan asisten sekaligus sekretarisnya mengantarnya pulang ke rumah. Namun, melihat fakta, juga pengakuan Jessica barusan …. Itu artinya ... Katherine tidak mengantarkannya pulang ke Esse Mansion, rumahnya, melainkan ke rumah sang kakak ipar. "Jessi, aku benar-benar tidak tahu kenapa bisa ada di sini. “Sama seperti Jessica, Aaron juga merasa frustrasi dengan isi pikirannya sendiri yang tidak bisa diajak bekerja sama untuk mengingat segala hal dengan jelas. “Padahal, aku meminta Kathy untuk mengantarku ke Esse Mansion." Pada saat bersamaan, dia juga memiliki banyak pertanyaan yang ingin dipertanyakan langsung pada Katherine secepat mungkin. Aaron berkata dengan penuh kejujuran, netranya bersitatap dengan netra Jessica yang tampak sedikit memerah. Sejak awal Aaron membuka mulut, Jessica hanya diam dan mendengarkan sambil berpikir. “Tunggu dulu.” Tiba-tiba Jessica teringat satu informasi yang terasa janggal. "Kalau kamu pulang untuk jadi direktur di Cisal Enterprise, bagaimana dengan Aland? Bukankah dia yang seharusnya menjadi direktur?" Jessica akhirnya tidak tahan untuk menyuarakan isi pikirannya. Sebelumnya, dia juga tahu tentang pesta yang diselenggarakan oleh Cisal Enterprise untuk menyambut kepulangan direktur baru mereka. Menurut sepengatahuannya, Aland Albert-lah yang seharusnya pulang untuk menjabat sebagai Direktur Utama di Cisal Enterprise. Setidaknya, itulah yang dikatakan Nyonya Susan pada Jessica. Namun, kenapa malah Aaron yang pulang dan dijadikan Direktur Utama? Bagaimana dengan Aland? Dia tidak tahu harus mencari jawaban ke mana atas pertanyaan-pertanyaan yang membuat isi kepalanya runyam. "Entahlah. Aku tidak tahu," sahut Aaron apa adanya. Jessica menggigit bibir bawahnya. Meski bersaudara, dia tahu jika Aaron dan Aland tidak cukup dekat untuk saling bertukar infomasi mengenai urusan pribadi masing-masing. Akan tetapi, keduanya juga tidak saling menunjukkan sikap permusuhan. Percuma saja bertanya pada Aaron tentang Aland, dia tidak akan tahu apa-apa. Meskipun tahu, Aaron juga belum tentu ingin berbagi dengannya. "Untuk kejadian tadi malam ...." Aaron berhenti sejenak, dia menatap wajah Jessica yang menyiratkan kegundahan. "Maafkan aku." Sebenarnya, masih ada lagi yang ingin Aaron utarakan pada Jessica, tetapi dia memilih untuk menyimpannya dulu di dalam hati. Bagaimanapun, wanita itu tidak dalam suasana hati yang baik. Mungkin, Aaron bisa saja mati pada detik berikutnya setelah mengutarakan isi hatinya itu. "Mengenai alasan Katherine mengantarku ke sini, aku akan bertanya langsung padanya dan memberikan penjelasan padamu." Aaron kembali berbicara pada Jessica yang masih saja diam. Bukan alasan Katherine yang tengah dia pikirkan hingga membuat kepalanya seperti ingin pecah, tetapi…. Jessica mengangkat kepalanya, dia menatap Aaron dengan kedua netra yang sudah berair lagi. "Bagaimana dengan Aland? Bagaimana jika dia tahu tentang kita? Apa yang harus aku lakukan?""Kenapa kau di sini?" Suara dingin Aland mengagetkan Jessica yang baru saja berganti pakaian dan hendak pergi meninggalkan Snow Butique sambil menenteng jas Aaron. Dia sedikit terkejut melihat keberadaan Aland yang sebelumnya sangat dia cintai dan dirindui siang-malam. Kini, perasaan itu musnah berganti dengan kekecewaan yang meninggalkan rasa permusuhan. Jessica menatap Aland, lalu dengan sinis melirik Natasha yang menempel di lengan pria itu. Kemudian, tatapan Jessica kembali tertuju pada Aland. "Apa masalahnya? Kenapa aku tidak boleh ada di sini?" Natasha melihat Jessica dari ujung kepala sampai ujung kaki, dia selalu iri hati saat menyadari saudari perempuannya selalu terlihat cantik meski hanya dibalut pakaian sederhana. Detik selanjutnya, tatapan Natasha jatuh pada jas pria di tangan Jessica. "Adik, kenapa kamu memegang pakaian pria di tanganmu? Itu bukan pakaian Aland, kan?" "Oh, aku bertanya-tanya kenapa kau belum sampai ke Orleander Breeze, padahal ibu bilang kau sud
"Apa?" Jessica menghentikan kegiatannya, dia menatap pria di sampingnya. "Aaron, kenapa kau mendesakku bercerai? Aku tidak sedang terburu-buru. Aku....""Apa kau pikir, kau tidak perlu bertanggung jawab setelah tiga kali tidur denganku?""Tanggung jawab?" Jessica menatap Aaron dengan tatapan tak percaya. "Hmmmm." Aaron mengangguk tanpa dosa. "Anggap saja sebagai kompensasi atas hilangnya waktu berhargaku dan kerusakan mental yang disebabkan olehmu.""Hah ... kerusakan mental?" Jessica terkekeh sinis. Bukankah dia yang merusak mentalku? "Kau tidak hanya mengambil kepolosanku, tapi juga berkali-kali mencoba memanfaatkan aku. Jadi, tentu saja kau harus bertanggung jawab!""Kau—" Jessica mengacungkan jari telunjuknya ke arah Aaron dengan gigi yang saling gemertakan seolah-olah ingin melumat pria itu. "Gila!""Apa aku salah?"Jessica diam, dia tidak punya kata-kata yang tepat untuk membalas Aaron. Lebih tepatnya, dia tidak ingin berdebat dengan Aaron untuk mencegah dirinya menjadi gila
Jessica terdiam. Sebelumnya, dia berniat meminta bantuan pada Aland untuk berinvestasi pada Smith Company agar kesepakatannya dengan Alex bisa terpenuhi. Namun, begitu mengetahui perselingkuhan Aland dan Natasha, Jessica membuang jauh-jauh pemikirannya itu. Di matanya, aku hanyalah wanita yang tidak diinginkan. Bagaimana mungkin bajingan itu bersedia membantuku? Jessica menggertakkan gigi, sementara otaknya sedang berpikir dengan liar. Detik selanjutnya, dia langsung menoleh ke arah Aaron saat pemikirannya membawa satu nama. "Aaron ...." Jessica memasang senyum terbaik yang terlihat begitu dipaksakan hingga Aaron menatapnya dengan aneh. Bukannya senang ditatap oleh Jessica dengan dengan netra berbinar dan senyum lebar, Aaron justru bergedik ngeri. "Apa?" "Maukah kamu membantuku?""Bantuan seperti apa yang kamu inginkan?"Jessica menggigit bibirnya, tampak ragu mengutarakan niatnya. Meski demikian, dia tetap berbicara dengan perlahan. "Aku ingin kamu berinvestasi pada Smith Comp
"Aland, kamu sudah lama kembali ke Jincheng City, kenapa tidak menemui istrimu?" Seorang wanita bertubuh sintal menggulingkan pria bertubuh kekar yang menindihnya, sebelum akhirnya dia bertengger di atas tubuh pria itu dengan begitu menggoda. "Hanya wanita membosankan yang bahkan tidak diinginkan oleh ayahnya sendiri, untuk apa aku menemuinya?" Pria itu membalas dengan sinis dan menatap wanita di atasnya dengan tatapan mendamba. "Hanya kamu yang aku inginkan!"Detik selanjutnya, apa yang seharusnya terjadi pada sejoli haram itu akhirnya terjadi. Tanpa sepengetahuan mereka yang sedang dimabuk asmara, Jessica langsung membeku di depan pintu yang tidak tertutup rapat itu. Mata Jessica langsung basah, bahkan telinganya juga berdengung karena mendengar percakapan dan menyaksikan kegiatan bejat kedua orang di dalam sana yang mengeluarkan suara-suara sialan. "A—land ... Natasha ...." Jessica tergugu dalam diam, dia berusaha keras meredam suara tangisnya agar tidak didengar oleh siapa pun
"Alex, apakah menurutmu Jessica akan membantu Smith Company? Jika dia tidak berinvestasi, tidak akan ada lagi Keluarga Smith di Jincheng City." Dengan suara lembut mendayu-dayu, Veronika yang tengah duduk di sofa berbicara pada Alexander yang berdiri membelakanginya. "Aku ayahnya!" Alexander melepaskan genggaman Veronika padanya, lalu berbalik dan duduk di sofa yang berhadapan dengan wanita itu. "Apa dia punya hak untuk tidak membantu?" Alexander sangat percaya diri, statusnya sebagai seorang ayah akan membuat Jessica patuh padanya. Veronika duduk di sebelah Alexander, dia pun kembali berbicara sambil menyentuh paha sang suami dengan cara yang menggoda. "Jika Jessica ingin mengambil kesempatan ini untuk kembali ke Smith Company, dia ...." "Smith Company bukan tempat yang bisa dia masuki hanya karena dia mau, bahkan jika dia melakukannya, aku juga tidak akan membiarkannya mengancam posisi Natasha dan Rebecca di Keluarga Smith!" "Mengapa Tuan Smith memintaku kembali?" Suara Jessi
"Jalang sialan!" Rebecca menatap Jessica dengan penuh kebencian, tangannya sudah terangkat tinggi-tinggi hendak memukul wajah wanita itu. Namun, gerakannya dengan cepat ditahan oleh Aaron yang tiba tepat waktu di sisi Jessica. "Jangan gunakan tangan kotormu untuk menyakitinya!" Aaron melayangkan tatapan haus darah kepada Rebecca, dia menggenggam tangan wanita itu dengan keras seolah-olah hendak meremukkan tulangnya. Detik selanjutnya, Aaron menghempaskan tangan Rebecca dengan kasar hingga wanita itu tersungkur ke lantai. Kemudian, Aaron mengambil sapu tangan dari sakunya dan membersihkan tangannya seolah-olah ingin memusnahkan najis yang menempel akibat menyentuh Rebecca. Melihat amarah yang melintas di mata Aaron, Rebecca tidak bisa menahan getaran di hatinya. Dia juga tidak punya keberanian untuk melawan, meski sangat ingin. Di samping, Veronika justru tidak menyangka seseorang akan masuk tanpa izin ke rumah Keluarga Smith, dia pun mengamati pria yang berdiri di samping Jes