"Anita! Kenapa kau hanya diam? Anita!" seru Rayhan. Wajah Rayhan terlihat sangat khawatir. Ia menekan bel yang ada di dekat ranjang istrinya untuk memanggil perawat.
Perawat segera datang ketika mendapatkan panggilan dari Rayhan. Ia memeriksa kondisi Anita. Ternyata Anita sedang tertidur.Namun anehnya, kali ini Anita tertidur dengan kondisi mata yang agak terbuka. Saat menarik nafas, dadanya juga terlihat datar hampir tak bergerak.Ia ingin mengajukan beberapa pertanyaan lagi pada perawat. Tapi perawat dengan buru buru mengusirnya keluar dari ruang ICU.Perawat itu mengatakan jika kondisi Anita masih sangat lemah. Jadi Anita butuh banyak istirahat.Rayhan tak bisa berbuat banyak, selain mengikuti ucapan si perawat. Ia pergi dari sana. Kembali ke ruang bayi dan menemui anaknya.Satu minggu berlalu, namun tak ada perubahan yang cukup signifikan pada kondisi Anita. Sementara biaya rumah sakit makin membengkak.Dengan bSandra melihat ke sekelilingnya, kondisi toko sangat sepi. Hanya ada 3 pengunjung di sana termasuk dirinya."Hai." "Aryo, bagaimana kabarmu?" Sandra menjabat tangan si pria yang pernah menjadi adik iparnya."Baik Kak." "Kakak apa kabar?" Aryo melirik ke arah Boy. "Kakak memiliki 2 anak.""Tidak bukan seperti itu. Ceritanya cukup rumit. Bagaimana denganmu? Lama sekali kita tidak bertemu." Sandra dan Aryo duduk di kursi yang ada di dekat jendela toko. Mereka berbincang menceritakan masa lalu dan apa saja yang pernah mereka lalui di masa lalu. Sedangkan Boy duduk sambil memakan cemilan.Setelah beberapa saat, hujan pun mulai reda. Sandra menawarkan tumpangan pulang untuk Aryo."Kenapa aku harus menolak rezeki. Tentu saja aku mau jika diantar pulang." Aryo mengangguk.Aryo duduk di sebelah Sandra. Sesekali ia melirik ke arah Sandra yang sedang fokus menyetir."Kak, mampir ya ke rumah." Aryo mena
Rayhan mencoba untuk menghubungi Sandra lagi, tapi ia tak berhasil. Sandra masih memblokir nomornya.Rayhan tak patah semangat. Ia memutuskan untuk mencari pekerjaan di daerah tempat tinggal barunya.Pekerjaan di bengkel mobil sebagai montir segera ia dapatkan dalam waktu singkat.Hari ini, adalah hari pertama Rayhan bekerja di bengkel mobil. Karena hari ini adalah hari Sabtu, banyak sekali pelanggan yang datang ke bengkel untuk memperbaiki mobil.Rayhan sedang berjongkok di dekat mobil pelanggan. Ia bicara pada pelanggannya agar segera mengganti ban mobilnya.Tiba tiba seorang rekan kerjanya memintanya untuk menemui pelanggan lain. "Kau ke sana! Mobil hitam itu perlu bantuanmu!" Rayhan mengangguk. Ia berjalan sambil membersihkan kedua tangannya yang menghitam karena terkena noda oli bekas. Ia mendekati mobil hitam yang ditunjuk oleh rekannya."Selamat siang, apa ada yang bisa saya bantu?" ucap Rayhan pada seo
Si pria mengerutkan kening. Matanya memindai dengan cepat ke arah sekeliling. Ia memicingkan mata ke setiap sudut kamar. Sulastri dengan buru buru mematikan ponselnya. Si pria menatap tajam ke arah Ayunda. "Apa kau memasukkan orang lain ke kamar ini?" "Bagaimana bisa aku membawa orang lain masuk ke sini, sementara kedua kakiku sudah lumpuh." "Ada suara ponsel yang berdering! Pasti ada seseorang di dalam kamar ini. Jika aku menemukannya, maka kau tahu apa akibatnya." Si pria mengancam.Ayunda hanya membuang muka. Ia hanya pasrah dengan keadaan yang menimpanya saat ini. Tak ada rasa takut ataupun sedih. Perasaannya datar. Hanya 1 hal yang ia inginkan, rumah besar Lantana tidak dikuasai oleh orang lain.Sulastri dengan buru buru merangkak keluar. Asisten rumah tangga yang bersama dengannya tadi, sedang berdiri di dekat plat besi."Ssst!" Sulastri memberikan kode. Asisten rumah tangga membuka plat besi lagi. Membiarkan Sulastri ke
Wanita berpakaian hitam dan putih itu melihat ke kanan dan kiri. Lalu meminta Sulastri untuk memindahkan tempat parkir mobilnya. Alasannya agar tidak menggangu lalu lintas.Sesuai dengan saran asisten rumah tangga tersebut, Sulastri menyuruh Lukman untuk memarkir mobil di tempat yang agak jauh.Asisten rumah tangga beralasan, jika sudah setahun terakhir, jalan raya di depan rumah besar itu dilarang oleh pemerintah setempat untuk dijadikan lahan parkir.Sulastri hanya mengangguk saja. Asisten rumah tangga membuka pintu pagar. Ia mempersilahkan Sulastri untuk masuk.Saat Puspa hendak ikut masuk, sang asisten melarangnya. "Maaf hanya boleh 1 orang saja yang masuk.""Kenapa seperti itu?" tanya Puspa."Saya tidak tahu. Saya hanya menjalankan tugas. Majikan saya yang meminta." Asisten rumah tangga membungkukkan badan, tanda permohonan maafnya."Baiklah kalau begitu, kalau kau mau masuk, kau saja yang masuk. Aku akan menunggu d
Sore harinya, Arya pulang ke rumah dengan wajah muram. Ia membanting pintu kamar lalu menarik rambutnya sendiri.Saat itu Sandra baru saja selesai mandi. Ia melihat suaminya seperti sedang frustasi."Ada apa? Apa hal buruk sedang terjadi?" Sandra ingin tahu."Hmm! Kau tahu para pemangku kebijakan di kota ini, mereka mendatangi kantorku. Mengajakku untuk melakukan kerjasama." "Kerjasama?" Sandra mengerutkan kening."Untuk mendukung mereka berjualan vaksin. Vaksin vaksin itu akan diperdagangkan di wilayah perkampungan yang orang orangnya minim edukasi." Arya menjelaskan."Kau bisa menolaknya kan! Sejak kapan perusahaanmu berkerjasama dengan pemerintah!" sahut Sandra, sinis."Tapi perusahaan diiming imingi dengan uang yang jumlahnya lumayan banyak." "Aku tak mau kau menerima uang suap. Kita tidak hidup dengan uang haram itu, tapi masalah selalu datang silih berganti! Apalagi jika kita hidup dengan uang haram!" se
Keesokan harinya, Sandra memasak di dapur. Seperti biasanya, ia turut andil menyiapkan sarapan di meja makan. Anak anak dan suaminya akan turun ke bawah, saat makanan sudah siap.Namun berbeda dengan Boy yang terbiasa bangun pagi. Suara berisik dari dapur dan wangi masakan, membuat bocah itu keluar dari kamar.Boy berjalan ke dapur. Ia melihat Sandra dan 2 orang wanita lain sedang sibuk memasak."Apa boleh aku membantu?" Boy menawarkan diri.Sandra menoleh. Ia heran melihat bocah berumur 7 tahun itu sudah bangun di jam 4 pagi."Kau sudah bangun Boy? Apa kau tidak bisa tidur?" Sandra bertanya karena penasaran."Aku tidur nyenyak. Tapi aku memang terbiasa bangun pagi.""Oh begitu rupanya." Sandra tersenyum. Sandra meminta Boy untuk duduk di kursi kecil dekat dapur. Setelah itu, ia membawakan bocah itu secangkir susu. Sandra meminta Boy untuk minum segelas susu sambil menikmati beberapa potong kue.