"Kenapa diam?" tanya Arya pelan.
"Tentu saja. Katakan dimana kita akan makan malam?" Sandra menerima ajakan Arya."Apa kau yakin bisa keluar malam nanti?" Arya memastikan."Tentu saja aku pasti datang. Rayhan dan anak anak pergi keluar kota. Siang ini aku makan bersama Pak Tarjo dan Bi Inah.""Baiklah sayang kita bertemu di Resto Viola jam 7 malam ya. See You." Arya mengakhiri pembicaraan.Sandra segera menyelesaikan makan siangnya. Ia memberitahu kepada asisten rumahnya, jika akan pergi malam nanti. Jadi malam nanti, tak perlu menunggunya untuk makan.****Jam yang ditentukan Arya untuk bertemu, hampir tiba. Sandra mengenakan gaun berwarna hitam dengan hiasan payet mutiara warna emas di bagian dadanya.Ia datang ke Resto menggunakan taksi online."Hai sayang. Kau nampak sangat cantik hari ini." Arya mencium tangan Sandra.Sandra tampak tersipu malu. Ia duduk di kursi yang letaknya ada di dep"Bukan begitu Anita. Jangan salah paham. Saat itu, Budhe kira Arya akan lebih baik bersama--." "Sudah cukup Budhe! Jangan bicara lagi. Semuanya tentang Sandra kan? Apalah aku ini? Aku hanya anak dari keluarga yang tidak mampu. Selain menerima perintah dari Budhe, aku mau apalagi?" Kalimat Anita terdengar kasar bagi Sulastri."Kau salah paham. Aku menolong keluargamu tanpa mengharapkan apapun! Aku murni menolong kalian!" seru Sulastri.Saat ini, keduanya sedang bicara di dapur. Anita tak lagi menyahuti ucapan Sulastri. Ia sedang mengangkat teko berisi air mendidih untuk membuat kopi. Bersamaan dengan ini, Sandra datang ke dapur. Wajahnya terlihat berbunga bunga."Kau sedang membuat kopi untuk Arya?" tanya Sandra."Ya!" sahut Anita."Terima kasih Anita. Terima kasih karena mau mengerti keadaanku yang seperti ini." Sandra memeluk Anita.Anita memperlihatkan senyum palsunya. Ia menoleh ke arah Sandra."Ba
Arya hampir putus asa, ia mencari Sandra kemana mana, tapi hasilnya nihil. Sandra tak kunjung ia temukan."Aku akan coba cari ke terminal, bandara, dan stasiun kereta api," ucap Arya.Arya mencari ke stasiun dan terminal, melihat setiap sudut stasiun dengan wajah cemas. Tapi ia tidak menemukan Sandra di sana, Arya pergi ke bandara, ia menanyakan kepada petugas bandara apakah ada penumpang bernama Sandra."Aku sudah mencarimu ke semua tempat. Tapi kenapa aku belum menemukanmu!" Arya kembali mengendarai mobilnya dan menyetir dengan pikiran kosong. Karena melamun ia hampir saja menabrak seorang nenek tua. Arya yang kaget langsung memarkirkan mobilnya dan turun, untuk melihat nenek tua."Nenek maafkan aku. Aku tak melihatmu tadi," ucap Arya sembari mengatupkan kedua tangannya."Tak apa, Nak. Nenek tidak terluka.""Maafkan aku Nek." "Kau banyak masalah ya? Wajahmu terlihat sangat cemas.""Iya Nek. Aku seda
"Novi, kamu sedang bicara apa? Kamu jangan ngawur seperti itu!" Dani menegur. Ia tak yakin dengan apa yang dikatakan oleh Novi."Om, untuk apa aku berbohong. Video itu masih aku simpan. Video dimana kita berdua saling merengkuh satu sama lain. Aku bahkan membuat salinannya."Dani diam sejenak. Kali ini ia tak bisa mengelak. Karena Novi memiliki bukti video percintaan mereka di hotel."Om janji Novi. Om akan mengeluarkan kamu dari sana.""Sebaiknya Om cepat. Om tidak ingin kan kalau video kita saat bermesraan tersebar luas." Novi menekan."Jangan bertindak bod*h! Saya tidak akan lari dari tanggung jawab." Dani menegaskan."Iya Om. Aku percaya kok."Dani mematikan sambungan teleponnya. Ia tak ingin diganggu oleh dering telepon masuk yang lain.Dani menarik nafas panjang. Kali ini ia benar benar terpojok. Ia harus cepat bergerak agar bisa menolong Novi.*****Sulastri tertegun melihat foto Florist yang menggantung di dinding rumah."Ibu.. salah Nak. Ibu nggak pernah memahami bagaimana sa
Novi dan Ayunda saling memandang. Keduanya jadi mematung ketika mengetahui polisi, sedang berdiri di halaman rumah. Beberapa polisi menggunakan pakaian dinas lengkap, masuk ke dalam rumah Rayhan. Salah satu diantaranya melihat Novi dengan tatapan tajam. "Silahkan duduk, Pak." Rayhan mempersilahkan. "Terima kasih Pak. Mohon maaf mengganggu waktunya, tujuan kami kemari adalah untuk menyampaikan kabar, bahwa kami sudah menemukan saksi kunci dan juga barang bukti terkait kasus kecelakaan yang menimpa istri anda." "Lalu siapa dalangnya? Siapa orang yang berani merencanakan pembunuhan terhadap Sandra?" Rayhan penasaran. Ayunda juga tampak penasaran. Mata Ayunda tak berkedip, saat mendengar penjelasan dari polisi. Para petugas saling berbisik. Mereka mengamati Novi yang sejak tadi duduk, dan mencoba menutupi wajahnya menggunakan majalah. "Apa surat penangkapan sudah keluar?" "Sudah Pak." "Dia wanita yang sama, dengan wanita yang ada di CCTV." "Siap! Benar!" Rayhan menautka
Matahari sudah berpindah posisi ke arah barat, tapi Arya masih mengemudikan mobil di jalan raya. Ia masih terus mencari Sandra. Ia berkeliling ke setiap tempat. Tapi tak ada hasilnya.Sulastri sudah kembali ke rumah. Ia berjalan mondar mandir di ruang tamu. Sesekali, ia melirik ke arah ponselnya. Sulastri benar benar tak mengira, jika Sandra bisa menghilang seperti sekarang."Nek... Mama mana?" Ana menarik pakaian Sulastri. Wajahnya mungilnya terlihat khawatir."Iya... Mama kok belum pulang. Tadi Nenek dan mama pergi bersama, Tapi kenapa sekarang, Nenek pulang sendirian?" sahut Levin yang berdiri tepat di sebelah Ana.Sulastri bingung, harus menjawab apa."Budhe... Sandra pergi kemana?" Anita juga khawatir."Aku tidak tahu. Aku juga bingung kenapa dia pergi begitu saja setelah persidangan selesai." Sulastri menggelengkan kepala."Bagaimana dengan hasil persidangan tadi?" Anita ingin tahu."Hakim sudah mengabulkan gugatan Sandra. Dia dan suaminya sekarang resmi berpisah.""Jadi, Budhe
"Pergi ke rumah Sandra? Tapi untuk apa Budhe?" Anita merasa heran, kenapa Sulastri tiba tiba saja memintanya untuk datang ke kediaman anaknya. "Sandra punya rumah baru. Akan ada acara syukuran untuk rumah barunya." Sulastri berbohong agar Anita tidak banyak bertanya. "Oh begitu rupanya. Baiklah Budhe. Anita akan berangkat besok pagi." "Kok besok pagi? Persiapan acaranya banyak sekali. Pokoknya siang ini, kamu harus berangkat naik bus. Budhe akan kirimkan alamatnya." Sulastri mematikan sambungan telepon. Dengan lincah, jemarinya mengetik pada layar ponsel. Ia mengirimkan alamat rumah Sandra yang baru. **** Liya membuka pintu. Ia terkejut melihat seorang wanita asing berdiri di depan pagar. "Cari siapa ya?" tanya Liya. "Cari Ibu Sulastri." Liya memanggil Sulastri keluar. Setelah mengobrol agak lama di depan pintu pagar, Anita ikut masuk ke dalam rumah. "Mana Sandra, Budhe?" "Tidur. Anak anaknya juga tidur. Anita, Budhe terus terang saja ya. Budhe minta kamu datang ke