Mobil warna hitam yang sering terlihat oleh Sandra menuju ke arah gudang tembakau. Sandra memastikan lagi, apakah mobil tersebut benar benar mobil yang ia kenal. Wanita muda itu mengamati nomor plat mobil dengan mata menyipit."Mobil keluarga Wijaya." Suara Sandra bergetar ketika menyebut nama belakang suaminya."Ayunda, pasti Ayunda yang bersekongkol dengan mereka berdua." Arya menuduh.Sepatu hitam dengan ujung lancip terlihat menyembul keluar, sesaat setelah pintu mobil dibuka.Keduanya melotot dengan bibir sedikit terbuka, kaget melihat seseorang yang berdiri di depan mereka."Om Dani?" ucap Arya."Pa - pa?" Dani menghembuskan nafas panjang. Ia menatap wajah Sandra dan Arya secara bergantian."Sandra, aku harap kau tak meneruskan kasus ini. Cabut laporanmu dan biarkan Novi pergi," ucap Dani."Apa Pa?" Sandra terkejut mendengar ucapan Dani."Papa tahu hubunganmu dengan Arya. Demi menjaga nama baik keluarga, sudahi semua ini, Sandra.""Menyudahi semuanya ini? Setelah apa yang aku
Tapi Jefri tak mudah dikalahkan begitu saja. Meski kakinya tertembak, ia masih berusaha melawan. Ia memegang obengnya dan mengarahkan obeng tersebut ke arah petugas. Dari arah lain, petugas yang baru saja datang ke TKP langsung meluncurkan tembakan ke arah punggung kiri Jefri. "DuuaaRr.. !" Kali ini, Jefri terkapar, bajunya basah karena cairan kental warna merah terus keluar dari punggungnya. "Maafkan aku, kau melawan petugas kepolisian dan berusaha menyakiti kami. Jadi aku harus menembakmu. Panggilkan ambulans. Antar dia ke rumah sakit." Ambulans datang dan membawa Jefri menuju ke rumah sakit dengan pengawalan ketat dari polisi. Arya mengikuti mobil ambulans. Ia menyetir mobilnya tepat di belakang mobil ambulans. "Entah kenapa aku merasa, pembunuhan yang ia lakukan sudah banyak." "Kenapa berpikir begitu?" "Kau lihat sendiri kan, bagaimana caranya kabur dan melawan kita tadi. Hanya pembun*h profesional yang bisa seperti itu. Pegawai bengkel biasa tak mungkin seperti itu."
"Bicara apa, maksud Ibu?" Sandra pura pura tidak tahu.""Rayhan marah saat mengetahui kebenaran mengenai kecelakaan yang menimpamu, hal itu adalah hal yang wajar. Kenapa kau bilang kalau itu bukan urusannya?" "Ehm itu, aku." Sandra tak bisa beralasan."Kau juga bilang jika Rayhan sudah punya kehidupan sendiri. Ada apa sebenarnya dengan kalian berdua?" Suara Sulastri terdengar penuh emosi."Tidak ada apa apa Bu. Kami baik baik saja." Wajah Sandra menyimpan kesedihan mendalam. "Sulastri, Sandra baru saja sembuh. Kenapa kau memarahinya seperti itu!"Sulastri memejamkan matanya, mengatur nafas agar emosinya stabil. "Maafkan Ibu. Mungkin Ibu yang terlalu sensitif. Ibu berpikiran yang tidak tidak."Rayhan berjalan ke arah Sandra. Ia duduk di tepi ranjang. Keduanya bersikap biasa saja di depan Sulastri."Ibu seharusnya tidak datang ke sini." "Kau bicara apa barusan?" Suara Sandra terdengar tidak jelas.
Chandra dan seorang perawat berlari ke kamar pasiennya. Ia memeriksa kondisi Sandra."Hasil CT scan apakah sudah keluar Suster?" "Sudah Dok.""Bawa ke sini," ucap Chandra.Dokter melihat hasil CT scan milik Sandra. "Ada sedikit luka pada lambungnya. Ini mungkin saja terjadi ketika pasien mengalami benturan pada bagian perut." "Jadi dia muntah darah karena benturan pada perutnya?" tanya Rayhan, memastikan."Iya. Untuk hasil lebih akurat, saya akan melakukan endoskopi."Dengan segera, Chandra melakukan tindakan untuk pasien. Semua keluarga menunggu dengan cemas. Setelah beberapa saat menunggu, hasil endoskopi keluar."Ada sedikit luka dengan lambungnya. Saya akan memberikan obat melalui selang infus. Kalian tak perlu cemas. Dia tak akan muntah darah lagi setelah ini."Mendengar ucapan Dokter Chandra, semuanya merasa lega. Hanya wajah Sulastri yang masih terlihat tegang.Ia mengingat moment dima
"Tok! Tok! Tok!" "Permisi!" Suara parau terdengar dari balik pintu kamar hotel."Siapa sih yang datang ke sini? Kamu memesan makanan?" tanya Novi."Tidak!" David menggeleng."Lalu siapa yang tiba tiba datang?" "Tolong dibuka pintunya! Kami petugas kepolisian!" Novi melongo kaget. David tak kalah kagetnya dengan Novi."Kenapa polisi tiba tiba datang ke sini? Apa kau sudah ketahuan!" David menuduh.Novi bersembunyi ke dalam lemari. Ia membawa semua pakaian, sepatu, tas serta pernak perniknya ke dalam lemari.Setelah Novi bersembunyi, David baru membuka pintu kamar. "Selamat malam Pak. Mohon maaf mengganggu kenyamanannya.""Ya Pak. Ada apa ya?" "Kami mendapati laporan, jika di dalam hotel ini sedang ada pesta s*bu." Polisi bicara dengan tatapan lurus. Sorot matanya seperti sinar laser yang tajam."Pesta s4bu?" David menjawab dengan suara terbata."Kami akan memeriksa semua kamar yang ada di hotel ini." Polisi masuk ke dalam kamar. Mereka mulai melakukan penggeledahan.Polisi membuka
"Pak! Buka gerbangnya. Saya mau masuk," ucap Novi dengan suara meninggi."Maaf Non. Nggak bisa. Tuan nggak ada di rumah!" Tarjo menyahut."Kemana dia?" tanya Novi mencoba mencari tahu dimana Sandra sedang dirawat, saat ini."Nggak tahu saya Non. Saya di sini cuma penjaga rumah. Bukan anggota keluarga." "Yang benar saja Pak! Masa iya Bapak nggak tahu Rayhan pergi kemana!" "Nggak tahu Non! Maaf Non saya sedang sibuk! Non lebih baik pulang saja!" Tarjo mengusir."Br3ng$*!" Novi kesal. Ia mengumpat sambil menendang tempat sampah yang ada di depannya. Saking kencangnya tendangan Novi, membuat bak sampah terguling ke jalan raya. Beberapa sampah bahkan berhamburan keluar dari tempatnya.Mata Novi tertuju pada secarik kertas kecil yang keluar bersama sampah lain. Ia memungutnya dan memperhatikan setiap tulisan yang tertera di kertas."Kantin Rumah Sakit Catra Hutama. Ini pasti tempat dimana Sandra dirawat! Aku yakin sekali!" Wanita itu dengan segera memesan taksi online dan pergi menuju k