Home / Gairah / Gairah di Jalur Umum / Bab 1: Pertemuan Menggoda

Share

Gairah di Jalur Umum
Gairah di Jalur Umum
Author: Yaya

Bab 1: Pertemuan Menggoda

Author: Yaya
Namaku Selina Halim, usiaku 28 tahun, seorang wanita bersuami.

Wajahku sangat polos, tapi tubuhku jauh lebih menggoda daripada model-model muda. Buah dadaku yang besar seperti buah persik, setidaknya berukuran 36F. Keduanya selalu bergetar setiap kali berjalan sampai rasanya tidak bisa menahannya lagi.

Sepertinya aku makin lama makin gatal, sama sekali tidak bisa menahan dorongan tubuhku sendiri. Aku terus membayangkan kenikmatan yang membuat seluruh tubuhku kejang karena terlalu menggairahkan.

Begitu ada yang menggoda sedikit saja, hasratku langsung meluap seperti banjir besar yang menenggelamkanku sepenuhnya.

Semua ini dibentuk oleh suamiku, tubuhnya kekar dipenuhi otot-otot yang kuat. Setiap kali ia bersungguh-sungguh meniduriku, tubuhku jadi basah dan begitu menggoda sampai rasanya aku tak ingin berpisah darinya sedetik pun.

"Sayang... sayang, aku mau... mau kamu tiduri sekuat-kuatnya..."

Desahanku terdengar satu demi satu, tubuhku panas di bawah himpitannya. Tatapanku setengah tertutup dan penuh gairah, seolah sedang mencari rahasia terdalam dari naluri manusia.

Dia benar-benar besar... dan buas!

Dari tubuh sampai hatiku benar-benar dikuasai olehnya, kesadaranku makin kabur, tubuhku pun bergetar hebat.

Telapak kakiku menegang lurus, ibu jari kakiku menekuk naik tak terkendali, dua urat biru di leherku pun sudah tampak membengkak...

Tapi di detik berikutnya, suamiku justru membuatku kecewa. Diiringi getaran halus, wajahnya dipenuhi rasa bersalah.

"Sayang, aku..."

Api di dalam tubuhku baru saja menyala, sekarang sudah mau kabur?

Tanganku yang putih mulus langsung meraih bagian bawah pinggangnya, lidahku yang kemerahan melingkar di tepi bibir. "Seperti dulu... lanjut ronde kedua."

Tapi semakin besar harapan, semakin besar pula kekecewaanku. Suamiku seperti terong layu yang tak bisa diandalkan, benar-benar lemas tak berdaya.

Perempuan itu terbuat dari air, tubuhku yang penuh gairah ini kalau tidak diberi kelembapan dan siraman, akan segera kering sepenuhnya.

Awalnya kupikir itu cuma sekali, tapi ternyata selama sebulan penuh keadaannya tetap seperti itu. Hal ini nyaris membuatku frustrasi sampai gila.

Setiap kali berjalan, aku harus menggesekkan kedua pahaku, mencoba mencari sedikit kenikmatan samar hanya dengan melihat pria-pria gagah di sekitarku.

Adakah pria yang bisa benar-benar memuaskanku? Mengisiku sepenuhnya tanpa sisa!

Hari itu aku menyadari, naik bus pulang ke rumah bisa memberiku kenikmatan lewat desakan dan sentuhan di tengah keramaian. Itu pun jadi caraku melampiaskan hasrat.

Aku suka saat mereka diam-diam memperhatikanku dengan tatapan tajam. Bahkan aku sengaja bersikap genit dan menggoda. Kadang-kadang aku pun sengaja mengangkat rokku, memperlihatkan celana dalam tali berwarna merah muda, dengan berani memperlihatkan sisi liarku.

Lagian mereka hanya bisa melihat, tapi tak bisa menyentuh!

Bibir mereka sedikit terbuka, seolah sedang memaki dalam hati, 'Perempuan gatal.'

Betul, aku memang perempuan gatal. Aku ingin sekali ada yang benar-benar meniduri aku. Sampai bikin para lelaki hidung belang ini kepengin setengah mati, hehe...

Hal ini membuatku terbawa dalam fantasi, tegang dan bersemangat hingga tubuhku bergetar tanpa kusadari.

Hari ini aku berjuang sekuat tenaga naik bus yang penuh sesak, bergoyang-goyang seperti ikan sarden dalam kaleng. Dengan satu tangan memegang pegangan, dan kedua kakiku sedikit terbuka, barulah aku bisa berdiri dengan stabil.

Tapi sejurus kemudian, aku langsung disambut dengan banyak tatapan penuh nafsu liar. Tenggorokan mereka bergerak menelan ludah dengan kasar. Apa mereka berniat menyerangku?

Detik berikutnya, ada tubuh kuat dan berotot yang sengaja menempel di pantatku. Meski terhalang rok hitam yang ketat, aku tetap bisa merasakan kekuatan dan panasnya pria itu.

Ototnya keras seperti baja, tubuhku yang dibaluti ototnya pun langsung mulai bergetar.

Seiring goyangan bus yang terus berjalan, dia mulai menggesekkan pangkal pahanya tanpa henti di pantatku yang montok, membentuk berbagai tekanan dan lekukan.

Apakah ini pria cabul di bus? Selama naik bus sekian lama, biasanya cuma ada orang punya niat tapi tidak berani. Akhirnya hari ini ada yang benar-benar berani juga.

"Mmhm..." Aku mengeluarkan suara pelan yang memalukan, benar-benar terasa perih dan geli!

Dengan rasa penasaran, aku melirik pria di belakang. Tapi seketika seluruh tubuhku terasa panas membara, jantung berdetak sampai ke tenggorokan.

Ternyata dia adalah adik kandung suamiku, adik iparku, Alvin Herman!
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah di Jalur Umum   Bab 8: Cerai

    Hatiku benar-benar hancur. Seperti ada pisau yang ditusukkan ke dalam dada, lalu diputar dengan kejam sampai remuk."Ardhan Herman, kamu tega sekali. Demi memaksaku cerai tanpa harta apa pun, kamu bahkan rela membiarkan adikmu sendiri dipakai! Jadi kacaukan hidup orang lain gitu enak, ya?"Wajah suamiku langsung berubah drastis. Dia menatapku dengan mata membelalak, jelas tak percaya kalau aku bisa tahu semuanya. Seolah pikirannya masih berusaha mengolah apa yang barusan aku katakan.Tapi mulutnya tetap jahat seperti biasa. "Selina, kamu lebih baik nurut saja dan ceraikan aku. Kalau tidak, rekaman ini akan kuungkap ke publik. Nama baikmu bakal hancur total, kamu ngerti!?"Heh... sampai di titik ini pun, dia masih begitu sombong dan lancang.Aku benar-benar heran, apa sebenarnya daya tarik si rekan kerjanya itu sampai-sampai bisa membuatnya berbelok arah sepenuhnya?Senyum sinis makin terpahat di wajahku. Menarik. Ini benar-benar menarik sekali."Ardhan, sekarang giliran aku kasih kamu

  • Gairah di Jalur Umum   Bab 7: Kebenaran

    Obat yang bisa diminum itu juga nggak begitu manjur, kalau sebelumnya nilainya cuma 30, sekarang paling naik jadi 50. Tapi adik ipar dari dulu memang selalu nilainya penuh.Ada pepatah yang bilang, kalau kamu belum pernah melihat cahaya, kamu nggak akan menolak kegelapan.Haaah...Aku memang sayang sama suamiku, tapi hari-hari ke depannya harus gimana? Masa iya aku balik lagi ke adik ipar?Karena benar-benar suntuk, aku akhirnya cerita soal kondisi suamiku ke sahabatku, Lili Santoso.Kalau aku ini ibaratnya gelombang tenang di bawah permukaan, dia itu terang-terangan menggoda.Sudah sekian tahun dia nggak menikah, malah asyik main-main dengan berbagai pria.Kata dia, kalau seumur hidup nggak bisa main sama seribu pria, hidup ini terasa sia-sia.Dia sudah ketemu terlalu banyak tipe pria, pengalamannya segudang. Aku cuma bisa berharap dia bisa kasih saran yang benar-benar berguna buat bantu suamiku pulih. Kalau nggak, aku bisa-bisa meledak karena nahan semua ini.Begitu mendengar ceritak

  • Gairah di Jalur Umum   Bab 6: Terjerat

    Tubuhku terasa panas sekali, rasanya seperti jiwaku hampir tercabut. Dia benar-benar makin keterlaluan, selalu saja suka menyentuh dan menggoda aku.Tangan besar yang gelap dan kasar itu menyapu bokongku dengan suara nyaring dan bokongku hampir terbelah. Rasanya memalukan sekaligus menggairahkan, dan gelombang panas masih terasa di perut bagian bawahku.Dia menatapku dengan penuh gairah dan tertawa lebih riang, "Kakak Ipar, aku tidak akan memaksamu. Perasaan itu nggak bisa dipaksain. Kau sudah melihat bentuk tubuh dan kelaminku. Aku belum menemukan wanita selama bertahun-tahun ini. Semua kemampuanku itu menunggumu untuk dilepaskan!"Kata-kata itu membangkitkan hasrat yang kuat dalam tubuhku, dan aku ingin merasakan kenikmatan ekstasi.Dia seperti tuan besar yang mengendalikan segalanya, melambaikan tangannya padaku, memperlakukanku seperti anjing kecil paling rendah dan hina!Aku perempuan jalang yang mendambakan pria. Aku merasa senang saat dia mempermainkanku dan aku menunggu ledakan

  • Gairah di Jalur Umum   Bab 5: Mulai Curiga

    Suamiku bukannya lembur? Kenapa tiba-tiba pulang?Kalau sampai dia memergoki kami, habislah semuanya. Memang sebelumnya dia pernah bicara kotor dan menyuruhku bantu adiknya melepaskan, tapi aku paham maksudnya, paling jauh cuma pakai tangan, bukan benar-benar melakukannya seperti ini.Tapi sekarang, adik ipar malah seperti anjing liar yang nempel terus dan nggak mau lepas. "Kakak Ipar, lagian dia nggak punya kunci, ya kita lanjut aja. Dia nggak bakal bisa masuk!" katanya tanpa sedikit pun berniat mundur.Dia memang lagi kecanduan, nggak tahu ya kalau nafsu itu bisa bikin celaka?Akhirnya, karena aku terus memaksa, adik ipar pun tidak melanjutkannya. Mungkin dia sendiri sebenarnya juga belum benar-benar siap untuk memaksaku.Entah kenapa, saat melihat matanya yang memerah dan tubuhnya yang gemetar, ada bagian lembut di hatiku yang ikut tergerak. Pria ini pasti sedang menahan diri dengan sangat tersiksa.Setelah kembali mengelap tubuh dengan handuk mandi dan mengenakan piyama, aku membuk

  • Gairah di Jalur Umum   Bab 4: Hubungan Terlarang

    Setelah suamiku berkata begitu, aku dan adik ipar sama-sama terdiam di tempat. 'Apa mungkin suamiku sudah tahu sesuatu?'Aku memaksakan diri untuk menekan pikiran-pikiran penuh nafsuku. Sebenarnya, aku bisa melakukannya. Sejak mengetahui betapa besar kemampuan adik ipar, aku ingin ditiduri dengan keras olehnya.Tapi adik ipar dengan tegas menolak, "Kakak, jangan bercanda seperti itu. Itu namanya hubungan terlarang, kamu paham nggak sih?"Adik ipar benar-benar pandai berpura-pura, padahal di bus tadi ucapannya sama sekali nggak seperti ini.Bibirku yang kemerahan sedikit terbuka. Tenggorokanku pun terasa kering.Saat ini tiba-tiba suamiku menerima telepon, katanya ada urusan mendadak di kantor dan harus lembur semalaman. Setelah bicara beberapa patah kata, dia pun buru-buru pergi.Tinggallah aku dan adik ipar saling menatap, dan di matanya terlihat sorot tajam yang nyaris membakar seolah ingin melahapku habis hingga tak tersisa sedikit pun.Dia merentangkan kedua tangan lalu memelukku e

  • Gairah di Jalur Umum   Bab 3: Adik Ipar

    Dari mulutku keluar suara lirih penuh rasa malu dan permohonan. Hanya dalam hitungan detik, aku sudah nyaris tak sanggup menahannya.Tubuhku seakan terbakar oleh hasrat yang tak terkendali. Gairah ini hampir membuatku gila. Aku menginginkannya... kenikmatan itu yang manis dan menyiksa, menggoda sampai ke tulang.Kenikmatan yang bisa membuatku melayang tinggi lalu jatuh seperti antara hidup dan mati... antara rasa asam yang menyesakkan dan gatal yang menggoda.Aku menggeliat dan bergesekan dengannya penuh hasrat seperti seseorang yang lapar akan sentuhan. Kepalaku sudah melayang, pikiranku kabur dan tanpa sadar tanganku menyentuh bagian belakang tubuhku sendiri, mencari sensasi yang lebih dalam."Aku... aku nggak tahan lagi... aku mau... aku..."Leher seputih salju itu sedikit terangkat, dan mulutku terbuka dan tertutup penuh kenikmatan mengeluarkan desahan yang memalukan dan cabul.Sekarang yang lain sudah turun dari mobil, dan hanya aku dan dia yang tersisa!Adik iparku langsung mende

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status